Gadis dengan rambut yang berterbangan kesana kemari siiring ia berlari. Tampak manis dengan pita kecil di rambutnya. Ia tampak tergesa-gesa begitu melihat gerbang yang sebentar lagi akan tertutup. Tak hanya dia beberapa siswa lainnya bernasib sama denganya. Wajahnya tampak memerah begitu sampai di muka gerbang.
"Maaf semua, kalian terlambat. Langsung ngadep bu eka aja, yak!" ujar seorang satpam seraya mengatur semua anak yang terlambat.
Bu Eka dengan tangan yang tertanam dipinggangnya tengah menanti deretan siswa yang tidak pernah bosan melakukan kesalahan. Didatanya setiap siswa tanpa terkecuali.
"Gitaaaa!" teriaknya sesaat setelah melihat data siswa terlambat
"I..iya Bu," gadis itu tetap tertunduk dengan rambut panjang yang menutupi hampir separuh wajahnya.
"Berapa kali kamu terlambat, ha?" bentaknya "kamu pikir ini sekolah kakek buyutmu? Berdiri didepan tiang bendera sekarang!" lanjutnya tetap dengan nada tinggi
Lantas gadis itu segera berdiri tepat didepan tiang bendera. Dengan jari selurus alis tanda hormat. Ia menguncir satu rambutnya agar tak merasa terlalu gerah. Ia berdiri cukup lama hingga bel istirahat berbunyi.
"Gitaaa!" suara itu datang kembali memanggil nama gadis yang sekarang mulai kelelahan.
Itu dia! Alvia, satu-satunya sahabat yang ia miliki saat ini. Ia tampak berceloteh. Tanpa ia sadari bu Eka yang mengawasi mereka lantas memberi hukuman pada Alvia pula. Setiap siswa yang berlalu-lalang hanya melirik sedikit kearah mereka lalu tersenyum bahkan tertawa.
"Tak! Liat deh, tuh orang ganteng banget kan?" Via berbisik dengan mata yang mengarah ke satu objek "namanya kak Devan! Anak boxing tau"
Gita hanya terdiam tanpa membalas perkataan temannya yang satu ini.
Tiga puluh menit berlalu hingga istirahat selesai. Tiba-tiba Alvia tersungkur dengan wajah merah tampak seperti udang rebus. Bibirnya yang merona itu seketika berubah pucat. Bergegas semua guru dan Gita membawanya ke UKS.
Kali ini bukan taktik menghindari hukuman, tapi Alvia tak kunjung sadar setelah tersungkur tadi. Gita hanya duduk di sofa UKS, wajahnya tampak sendu menatap kearah Alvia. Sesekali ia melirik kearah layar ponselnya. Ia tampak bosan.
"Ahh, Via! Bangun dong, bosen tau!" gerutunya sendiri "gue keluar sebentar ya?" ia pun beranjak dari sofa dan mulai melangkah kearah pintu.
Tak ada siapa-siapa diluar. Dalam benaknya pasti semua anak masih belajar. Tampak seorang dengan tegap berjalan kearahnya. Semakin dekat, hingga ia dapat menatap wajah orang itu. "Ah! Dia kan yang tadi.." ujarnya dalam hati.
"Minggir!" kata-katanya memecah lamunan Gita "biasa aja liatnya" laki-laki itu pun memaksa masuk. Ya, tubuh Gita menghalangi pintu.
"Eh! Lo mau mesum ya?" Gita tampak menarik kerah bajunya keluar
"Lepasin! Gue nggak doyan cewek kayak Lo!" cetusnya seraya membaringkan diri di sofa "kalo ada Bu Eka, bilang gue ke lantin!" lanjutnya
Gita hanya berdiri dengan wajah yang terlihat bingung. Ia tak memperdulikan semua yang dikatakan lelaki didepannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Novela JuvenilSenyuman adalah sebuah hiasan yang akan menimbulkan berbagai jawaban. Dengan senyuman semua orang dapat mengekspresikan diri mereka. Tapi, pada masa ini, apakah aku bisa mempercayai sebuah senyuman dengan hanya melihatnya? Bahkan aku tak percaya men...