#2 [Move! Move!]

5.5K 261 4
                                    

Hari pertama di Bandung bawaannya hanyalah tidur... tidur... tidur... masa ngambekku dengan mama sudah kuputuskan ku akhiri. Kemarin aku mulai mengajak mama bicara walau aku terdengar terpaksa dan mama menjawabku dengan ogah-ogahan. Tapi yah, untung saja akhirnya kami berbaikkan.

Hari pertama bahkan mama sudah berangkat ke kantor barunya. Aku salut sekali dengan mama. Mama memaksaku untuk pergi ke calon sekolahku hari ini untuk sekedar melihat-lihat walau aku masuknya mulai Senin depan. Tapi apalah dayaku? Turun dari kasur saja aku tidak sudi. Yang menyemangatiku untuk mandi saja ketika Radit meneleponku dan menanyakan aku sudah mandi atau belum, makan atau belum, dan hal-hal berbau pacaran lainnya. Aku benar-benar menyesal karena sok-sok-an anti LDR kemarin. Seharusnya aku menerimanya saja, dasar aku bodoh.

Ketika selesai mandipun aku kembali memeluk kasurku. Aku bahkan tak berminat berkeliling untuk sekedar melihat sekeliling rumah. Mama memberi tahuku kalau di dekat rumah kami terdapat danau, tapi kasur ini tak membiarkanku pergi barang satu senti.

"Good Morning, Marsya." Tiba-tiba saja pembantu baruku, Teh Yuli (tapi dia memaksaku untuk memanggilnya Julia) masuk tanpa mengetuk pintu. Dia itu TKW dan baru saja pulang dari Singapura. Bahasa Inggrisnya bahkan lebih bagus dariku. Tapi dia ini sok sekali, dikit-dikit bahasa Inggris, sepertinya dia tau kelemahanku dan bermaksud mengejekku. Apa lagi kalau aku memanggil Teh Yuli, dia bakal menceramahiku, padahal baru bertemu beberapa jam tapi sudah ngelunjak. Tapi kalau mama disini, dia ku panggil Teh Yuli-pun akan menyahut dengan senang hati.

"Ketok dulu dong, Teh Yuli." Kataku, sengaja memancingnya.

"No, no! My name is Julia, Marsya." Bantahnya. Padahal nama aslinya Yuli Suponyon.

"And my name is Chaca." Balasku.

"Why? Marsya is very cute. Chaca itu kayak candy." Ujarnya sok-sok-an. Ya, namaku memang Marsya Desembri. Udah ketebak banget kan, arti Desembri itu apa? Sebenarnya aku sedikit tidak percaya diri dengan namaku ini. Suatu saat mungkin aku akan mengganti namaku di pengadilan tinggi negri. Yang jelan nama belakangku ini sama sekali tidak keren.

"Udah pergi sono ah Suponyon!" ujarku sambil melemparnya dengan bantal. Aku memang tidak pernah bermaksud memiliki kesan pertama yang bagus didepannya.

"Marsyaaa!" jeritnya. "Pokoknya Julia bakal manggil kamu Marsya. Titik." Ujarnya lalu keluar dari kamarku sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Oiya, fried rice udah ready, cepet makan terus wash dishes kamu sendiri, ya. I have to siram tanaman!" ujarnya. Ah, aku tarik kata-kataku kalau dia lebih jago berbahasa Inggris dariku. Lihat betapa belepotan bahasanya. Pembantu seperti dia memang benar-benar unik.

Jarum jam menunjukkan pukul 3 sore, sementara aku masih bermalasan di kasurku. Aku adalah tipe-tipe remaja jaman sekarang, menutup diri dari dunia luar dan asik dengan gadget masing-masing. Dan aku juga jauh menyukai kebiasaan itu, lagi pula, kalau disini mau keluar main, aku harus main dengan siapa? Si Suponyon itu? Mana mungkin. Jadi aku memilih melanjutkan aktivitasku.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar. "Marsya, beli toge sana." Ujar Suponyon.

"Kenapa aku? Kok kayaknya posisi kita terbalik, yah?" tanyaku sambil menyindirnya.

"You ask me why?" tanyanya tak percaya. Astaga, dasar ratu drama. "Niat Julia baik kok, biar kamu nggak kekurung disini terus, butuh sinar matahari, kalo di Singapur itu, yaa... you know lah, mereka itu mentingin healthy mereka banget." Ujarnya bertele-tele.

Belong To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang