#4 [Meet, Preman]

3.4K 182 4
                                    

Aku senang sekali, karena Radit bilang ia akan datang ke Bandung, karena ada urusan OSIS. Terserah apa kepentingannya yang penting kami bertemu. Tadinya kami berencana pergi ke pusat perbelanjaan yang sedang heboh-hebohnya disini. Tapi mendadak Radit berubah pikiran dan meminta alamat rumahku. Ini pertama kalinya Radit datang ke rumahku yang di Bandung.

Radit juga datang bersama beberapa sahabatku, ada Yasmin dan Tasya. Aku benar-benar merindukan mereka! Mereka datang Sabtu ini. Sekarang masih hari Senin tapi aku benar-benar tidak bisa menunggu. Aku cepat-cepat ingin bertemu dengan mereka!

Saat sedang membayangkan apa yang harus kusiapkan, Ponyon masuk ke kamarku tanpa mengetuk seperti biasnaya, ia membawa ember berisi air dan pel-pelan. "Beli toge sana." Suruhnya.

"Lah kok nyuruh aku?"

"Itung-itung pahala, lah. Ini kerjaan lagi menumpuk."

"Ih, aku capek tauuu!"

"Jam segini biasanya ada topeng monyet, loh!"

"Nggak perlu, ini udah ada didepan mata."

"Siapa? Kamu?"

"Ih, Suponyooon!"

"Hei, hei! Julia!" ralatnya. "Sisa uangnya terserah deh mau beli apa."

"Nggak ah, teteh ngasihnya 5 ribu harga togenya 2 ribu."

"Lumayan buat beli permen."

"Males, aah!"

Ponyon menghela nafas, dia merogoh saku roknya dan mengangkat HP jadulnya tinggi-tinggi. "Terpaksa ibu harus tau kalau kamu tadi pulang sekolah diantar sama cowok! Naik motor, berduaan pula!"

"Hah?"

"Kamu kira Julia nggak liat?" tanyanya dengan senyum penuh kemenangan.

"Ponyon jahat!"

"Ih, Julia, Marsyaaa!"

"Sana kasih tau aja! Dasar ngelunjak!"

"Oke." Katanya lalu memencet nomor yang kuyakini nomor mama.

"Iya, iya, aku berangkat! Elah!" dengan kesal akhirnya aku pergi menuju pasar. Untung sekarang aku sudah tahu dimana letak pasarnya.

Pikiran manisku tentang Radit terusik karena hadirnya orang tak terduga dipikiranku. Ya, Langit. Bukan karena dia tidak mau memberitahu rahasia anehnya dan menyumpahiku akan memikirkannya semalaman. Bukan. Hanya karena tiba-tiba ia datang dan memasuki pikiranku melalui celah-celah otakku yang renggang. Jujur saja, aku tidak terganggu dengan kehadirannya, walau terkadang sisi menyeramkannya muncul. Dia sangat baik padaku, juga lucu, sekaligus aneh.

Aku tahu dia menyukaiku. Tapi aku tidak tahu ini hanya main-main atau sungguh-sungguh. Tapi aku yakin dia sedang mempermainkanku. Jadi aku berharap tidak usah ambil pusing. Jika dia sudah bosan, maka dia akan pergi. Jika dia menemukan perempuan yang menurutnya lebih cantik dariku, dia akan pergi. Bahkan, mungkin sekarang ia sedang dikelilingi perempuan-perempuan berbaju minim. Aku tidak tahu. Dia jahat atau baik, aku tidak tahu. Walau 60% diriku mengatakan dia orang baik.

Aku berjalan menuju pasar tanpa semangat. Aku merasa bersalah pada Radit. Dia pasti sudah menolak banyak perempuan karena ia berjanji akan menungguku. Dan sekarang aku malah memikirkan cowok lain yang baru beberapa hari kukenal. Tapi Langit tidak mau menyingkir dari pikiranku. Soalnya dia aneh, sih! Jangan salahkan aku! Coba kalian berada diposisiku! Apa yang akan kalian lakukan? Kalian pasti akan memikirkan keanehan yang Langit perbuat sama sepertiku. Jujur saja, ini pertama kalinya ada cowok yang sebegitunya padaku. 'sebegitu' dalam artian 'mengejar' atau melakukan pendekatan. Dia luar biasa gigih.

Belong To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang