Sixth Sense

1.6K 123 27
                                    

Dedikasi untuk @maulidya_kim follower pertama aku, tanks ya :) ,,, & @putrisolo yang udah ngasih bintang pertama buat cerita aku, nomu nomu gumawo :) ,,,

Bulan POV

Saat tiba di sumber suara, aku di sajikan pemandangan horor, reflek ku genggam erat lengan lengan Tata, tapi Tata melepaskan genggaman tangan ku.

Dia berjalan mendekat ke arah seorang lelaki yang sudah berumur. Akan lebih tepat jika ku sebut 'mayat?', melihatnya saja sudah membuat bulu halus di sekujur tubuh ku berdiri.

Apa itu ayahnya?, perawakannya mirip dengan tata. Air bening terus keluar dari mata ku saat melihat Tata menangisi lelaki itu. Aku seolah merasakan rasa yang Tata rasakan.

Ingin sekali aku mendekatinya, memeluknya, memberikannya rasa aman. Tapi aku hanya anak kecil yang penakut, sangat takut dengan situasi ini.

Kulihat seorang lelaki paruh baya umurnya sekitar 40 tahunan, sedang berteriak teriak dan mengarah sebuah pistol kearah Tata. Jantung ku seperti mau loncat dari tempatnya, mata ku melolot, keringat dingin bercucuran dari dahi ku, tubuh ku lemas seketika. Ingin sekali ku berlari melindungi Tata dari lelaki gila itu. Tapi tubuhku tidak mau menuruti ku.

DOOR!!! ...

Aku reflek memejamkan mata dan menutup telingaku dengan kedua tangan ku.

"Tata", bisik ku lirih  masih dengan mata tertutup dan tangan masih menutup telingaku, aku tak sanggup menghadapi kenyataan, harus kehilangan orang yang baru ku kenal tapi sudah sangat ku sayangi.

Ku coba kumpulkan keberanian ku, membuka mata secara perlahan, kulihat Tata memeluk seorang wanita paruh baya, aku tak melihat wajahnya karena posisinya yang membelakangi ku.

"Terimakasih Tuhan", hati ku benar-benar lega mendapati Tata baik-baik saja.

Tiba-tiba wanita itu, terjatuh di pangkuan Tata, dan lagi-lagi Tata menangis, tangis yang membuat hati ku serasa disayat-sayat benda tipis yang tajam.

"Hiks hiks hiks"

Air mataku kembali berderai, lalu ku coba melangkahkan kaki ke kearahnya, tapi langkahku terhenti bahkan sebelum aku sempat memulainya.

Ku dongakkan kepala ku, "Mamaaa", Mama tersenyum dan memeluk ku erat. Aku terisak di pelukan mama.

Saat ku balikkan tubuhku. Kulihat seorang lelaki yang tadi menembak sudah di tangani oleh beberapa security.

"DIA ADIKKU!!!",

Teriakan itu sangat keras membuat semua orang melihat kearah sumber suara itu. Lalu dia berlari ke arah Tata dan memeluknya erat.

"Kakaknya Tata?", tanyaku pada diri sendiri.

Kulihat Tata menatap ku, seolah mengharapkan ku untuk berada di sampingnya, atau mungkin hanya perasaan ku saja, karena memang aku yang ingin berada di sana. Ingin ku agar bisa meringankan rasa sakitnya.

"Mah, Bulan boleh kesana?", tanya ku meminta ijin Mama, sambil menunjuk ke arah Tata. Mama melihat ke arah yang ku tunjuk, ku lihat raut iba terpancar jelas di wajah Mama, Mama lalu mengangguk pelan.

Tata masih terus memandang ku, saat aku sampai di hadapannya,

"Bulan maukah kau menjadi malaikat terakhir ku?", katanya dengan sebuah senyuman tipis.

"Ak,,", belum sempat ku jawab pertanyaannya, Tata sudah rertidur dalam dekapan lelaki yang ku tahu kakaknya. Tangan ku terulur membelai lembut pipi wanita kesayangan ku yang basah oleh air mata yang masih saja mengalir ditengah ketidaksadarannya. Tak lagi ku hiraukan rasa gugup karena berada di tengah lautan darah sengan dua mayat ini, aku sedikit merunduk mencium kening Tata lamaa. Sambil menutup mata ku salurkan seluruh rasa sayang ku padanya. Berharap dapat mengobati sedikit saja perih di hatinya.

BULAN & MATAHARI (gxg) {Slow Update}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang