Closer

2.3K 143 74
                                    

Author POV


Sesampainya di dalam vila, Lily dan Lala langsung menuju ke arah kamar yang telah di sediakan untuk mereka bertiga termasuk Bulan. Rasa lelah karena perjalanan yang cukup jauh membuat mereka memilih untuk mengistirahatkan tubuh mereka sejenak. Sedangkan Endru, ia lebih memilih untuk bergabung bersama teman-teman panitia lain yang sedang asik mengobrol di ruang tamu. Ada yang sedang membahas strategi untuk mengerjai para maba ada pula yang hanya sekedar menghabiskan waktu menunggu jam makan siang.

Tidak ada panitia yang melakukan kegiatan masak-memasak, karena kebutuhan konsumsi sudah di atasi dengan katering.


"Dru, kamu aja yah yang disini, aku masih mau jalan-jalan sebentar" ucap Bulan yang sedari tadi hanya diam mengikuti kemana langkah sang kekasih membawanya.

"Kamu ngga cape?, ngga mau istirahat saja dulu?, dari pada jalan-jalan mending kamu sandaran di bahu aku atau gabung sama Lily dan Lala di kamar"

"Ngga ah, makasih atas tawaran yang menggiurkan itu"

Ucap Bulan sambil tersenyum manja dan membuat gerakan kecil dengan tangannya seolah sedang menghapus debu di atas bahu Endru, bahu yang baru saja ia tolak secara halus. Setelah mengetahui kekasihnya tidak mempermasalahkan penolakannya, Bulan lalu melanjutkan ucapannya.

"Aku ngga mau gangguin mereka, mereka terlihat sangat lelah, lagian aku cuma mau jalan-jalan ke taman belakang aja kok"

Bulan kembali mencoba meyakinkan Endru, sebenarnya yang ingin ia lakukan saat ini hanyalah bertemu dengan sang adik, adik ketemu gede yang selalu membuatnya kangen.

Tetapi tidak mungkin bagi Bulan untuk mengetuk satu persatu pintu kamar vila ini dan membuat tangannya babak belur karena jumlah kamar yang tidak wajar untuk ukuran sebuah vila.

Vila ini memiliki 20 lebih kamar, satu ruang dapur yang dilengkapi dengan berbagai peralatan masak masa kini, sebuah kolam renang besar, ruang tamu yang luas dan nyaman untuk bercengkrama, sebuah taman yang terletak di bagian belakang vila dan dipenuhi dengan berbagai jenis bunga warna-warni yang mampu membuat sang penikmat merasa sedang berada di syurga dunia, belum lagi deretan pohon pinus yang berada tidak jauh dari taman bunga, hanya sekitar 20 Meter. Pohon pinus yang menjulang tinggi dan berjajar rapih itu membuat manusia disekitarnya terlihat seperti liliput .

"Okey, kalau begitu aku temani yah" ucap Endru lalu berdiri dan meraih tangan Bulan untuk membantu Bulan berdiri.

"Dru, kamu disini saja, aku cuma mau istirahat sebentar di taman, tadi aku melihat ada sebuah kursi malas di taman belakang, aku ingin bersantai sebentar".

Ucap Bulan sembari meraih tangan Endru agar memper mudah Ia berdiri dari duduknya.

Setelah mengungkapkan keinginannya dan mendapatkan persetujuan dari Endru, Bulan lalu melangkahkan kakinya dengan perlahan dan anggun bak seorang putri inggris ke arah taman belakang, langkah yang pelan tapi pasti itu mengarahkannya pada sebuah kursi malas.

"Aaah, nyamannya"

Lokasi vila yang berada di puncak kota bogor dan di kelilingi oleh pohon pinus dan taman bunga itu membuat udaranya kaya akan oksigen. Bulan lalu menghirup dalam-dalam oksigen yang bercampur dengan wewangian dari berbagai bunga di sekelilingnya. Bulan merasakan tubuhnya sangat ringan seolah ia tidak memiliki satu pun beban dalam hidupnya.

Bulan lalu mengedarkan pandangannya, mencoba memanjakan mata dengan berbagai jenis bunga warna-warni yang di tata dengan sangat elegan. Saat matanya sedang asik memperhatikan satu persatu bunga yang ada di hadapannya, tak sengaja matanya menangkap sesosok bayangan di balik pohon. Satu-satunya pohon yang terdapat di dalam taman bunga, pohon yang tumbuh rindang dengan daun lebatnya membuat siapa pun yang berteduh di bawahnya tidak akan terjamah walau hanya seberkas cahaya matahari.

BULAN & MATAHARI (gxg) {Slow Update}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang