"Lo mau kemana sih, Shill?" tanya Ify heran. Kelas baru selesai, dan Shilla tampak terburu-buru sekali membereskan barang-barangnya, bahkan hingga membuat beberapa barang jatuh karena ulahnya"Duh, gue telat! Gue ada janji sama Gabriel,"
"Janji?"
"Iya. Temenin gue, ya? Di lapangan basket,"
"Tapi gue kan harus ke..., sana," ujar Ify menyamarkan ucapannya. Ia tentu tidak mau membuat kehebohan pulang sekolah begini dengan menyebut nama Rio
"Nanti gue yang bilang ke Rio deh," ujar Shilla mengibaskan tangannya, tidak peduli akan Ify yang melotot begitu Shilla menyebutkan nama Rio dengan begitu lantang.
Akibatnya, beberapa murid di dalam kelas sudah menoleh ke arah mereka berdua
"Ayo!" Shilla menggamit lengan Ify untuk menarik gadis itu keluar dari kelas. Tidak peduli alasan apapun. Ify harus ikut dengannya.
Mereka berjalan setengah berlari, Shilla benar-benar sudah terlambat. Kuis mendadak di pelajaran terakhir tadi benar-benar membuat Gabriel harus menunggunya cukup lama.
Langkah Shilla perlahan memelan, ia menoleh pada Ify dengan kening berkerut,
"Ada apa?" tanya Shilla, membuat Ify ikut menoleh ke arah lapangan basket
"Mana gue tau,"
Lapangan itu ramai sekali. Seolah-olah ada pertandingan yang sedang berlangsung di sana. Shilla ataupun Ify tidak bisa melihat apa yang terjadi di tengah lapangan basket, karena murid-murid sudah mengelilingi lapangan tanpa celah sedikitpun.
Tapi..., sepertinya bukan Cuma murid SMA, karena beberapa mahasiswa juga ada di sana.
Apa ada pertandingan antara sekolah dan kampus?
"Ayo ke sana," ujar Shilla menggandeng tangan Ify untuk masuk ke kerumunan.
Memang ramai dan sumpek. Tapi percayalah, melewati kerumunan itu sangat tidak susah. Karena begitu keduanya datang, orang-orang langsung memberi celah untuk mereka lewat. Demi apapun, apa orang-orang itu sudah bersekongkol untuk memberi jalan pada mereka?
"Ada yang aneh di sini," gumam Ify, membuat Shilla menoleh padanya dan mengendikkan bahunya
"SHILLA!"
Suara orang berseru itu mengejutkan keduanya dan sontak menatap lurus-lurus ke depan. Kedua alis Shilla terangkat melihat Gabriel berdiri di tengah-tengah lapangan. Pria itu memberinya isyarat supaya mendekat,
Shilla melangkah ragu, ia masih belum yakin. Apa barusan ada acara besar di sini? Kenapa ramai begini? Mungkin ada pertandingan basket? Atau latihan lari? Atau mungkin barusan ada acara...
Duk.
Shilla berhenti melangkah begitu menyadari ujung pantofelnya sudah menyentuh ujung sepatu keds biru yang dikenakan Gabriel.
"Ya?" Shilla berdiri tepat di depan Gabriel, ia harus mendongak karena Gabriel memang lebih tinggi darinya.
Gabriel tersenyum, dan Shilla mengakui Gabriel memang jauh lebih tampan saat tersenyum seperti itu. Tidak ada ekspresi angkuh, meskipun pria itu pantas untuk bersikap angkuh. Jujur, Shilla menyukai senyum Gabriel, dan bagaimana cara pria itu tersenyum padanya.
"Um..., makasih udah mau ke sini," ujar Gabriel
"Maaf, gue telat,"
Gabriel tertawa kecil melihat wajah bersalah Shilla. Ia bahkan tidak memperhitungkan mengenai hal sekecil itu, yang penting Shilla sudah berdiri di depannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEASON TO REMEMBER (Book 1)
Fanfiction⚠️ tw // s h *Meet the summer ... Dia adalah musim panas. Musim panas yang hangat dan ceria. Musim panas yang membawa tawa dan bahagia. Musim panas berwarna. Dan musim panas yang tidak berlangsung selamanya. Ashilla Summers, putri tunggal Flint Sinc...