Part 9

8.5K 457 2
                                    


Shilla membuka pintu rumahnya yang tertutup rapat. Ia tidak melihat bibi atau pamannya yang jika di rumah, biasanya akan berada di halaman untuk lari di sore hari begini.

Jika mereka tidak ada di halaman belakang, artinya mereka tidak ada di rumah ini.

Shilla menghela nafas dan mengendikkan bahunya. Bukankah sudah biasa?

"Nona Summer, mau makan apa untuk malam nanti?" tanya salah seorang pelayan rumahnya membawa nampan berisi minuman nutrisi untuk Shilla

Shilla melirik jam tangannya, "Nanti Shilla makan malam di rumahnya Cakka." ujar Shilla tersenyum

Pelayan yang tergolong masih cukup muda itu mengangguk dan undur diri. Shilla menatap ke penjuru rumahnya yang megah namun tampak sepi.

Dulu, meskipun hanya ada ayahnya, rumah ini tetap akan terasa ramai. Meskipun hanya dirinya dan ayah. Berdua, namun Shilla bisa merasakan kebahagiaan keduanya sudah cukup untuk mengisi tiap sudut rumah ini.

Ah..., betapa Ia merindukan ayahnya.

Drrt... Drrt...

Shilla tersentak dengan ponselnya yang bergetar, ia menemukan benda persegi panjang itu tengah berkedip di dalam tasnya dengan nama kontak ibu Cakka di layarnya.

Sebuah pesan.

Shilla membalas pesan itu sesaat sebelum kembali keluar dari rumah untuk menemui supirnya.

+++

"Fy...,"


"Hm?"


"Gue mau nanya,"


Ify menoleh pada Rio, "Nggak usah sok misterius deh. Tanya aja, biasanya juga gitu,"


"Foto yang jatuh di mobil waktu malem itu...,"


"Kenapa?" sahut Ify cepat, tampak tidak menyangka kalau Rio akan membahas hal itu


"Apa itu foto lo sama Ray?"

Ify tersentak dengan pertanyaan itu, ponsel yang ada di tangan Ify jatuh begitu saja menyisakan bagian-bagian ponselnya yang terpilah di atas lantai.

Ify memungutinya dengan gerakan cepat dan gugup

Rio mengernyit melihat reaksi Ify. Ia menunggu sampai Ify berhasil menyatukan bagian-bagian ponselnya kembali. Tapi sampai ponsel itu kembali menyala, Ify tidak juga menjawab pertanyaannya.

"Ify?"

Ify masih menunduk, berkutik dengan ponselnya yang baru kembali menyala. Hal itu membuat Rio tak sabar dan menyambar ponsel di tangan gadis itu

"RIO!" bentak Ify keras, kemarahan itu jelas ada di kedua matanya.

"Kenapa?"

"Balikin ponsel gue!"

"Kenapa lo nggak jawab?" tanya Rio memperjelas pertanyaannya

"Karena lo nggak berhak buat nanya tentang hal itu!"

"Cuma karena itu?" Rio menelengkan kepalanya menatap Ify lurus-lurus

Ify menegakkan tubuhnya kembali setelah sebelumnya berusaha meraih ponselnya yang sengaja dijauhkan oleh Rio.

"Lo mau tau kenapa gue nggak mau jawab? Karena asal lo tau, itu sama sekali bukan urusan lo." Jawab Ify

"Kenapa lo semarah ini?" tanya Rio mengernyit

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang