Part 10

8.6K 438 4
                                    


Hari ini hari libur

Cahaya matahari sudah tampak di sela-sela gorden rumah sakit ketika Ify bangun tadi tidurnya. Ah..., apa agenda kegiatannya hari ini?

Mungkin ia harus mengecek keadaan Rio sebentar sebelum ia menemui dokter Ayahnya untuk membahas perihal Ayahnya yang ingin pulang

"Pagi, Ayah!" Ify mengecup dahi Ayahnya singkat, meskipun Ayahnya tampaknya belum bangun.

Ify memutuskan untuk membersihkan diri sejenak lalu menulis catatan kecil untuk Ayahnya sebelum melangkah keluar dari kamar

Lebih cepat ia pergi, lebih cepat ia pulang dan menemui dokter Ayahnya.

"Ify!"

Ify menoleh mendengar namanya dipanggil, ia menoleh sembari mengeratkan mantel ungu yang dipakainya. Pagi ini udara sangat berangin dan dingin.

Ray berlari-lari kecil menghampirinya, di tangannya ada sebuket bunga matahari

"Ya?"

"Um..., gue mau minta maaf. Soal kemarin," Ray menggaruk lehernya yang tidak gatal, ia melangkah menjajari langkah Ify

"Bukan masalah besar, santai aja," jawab Ify

"Oh, dan ini bunga untuk lo," Ray menyodorkan buket bunga di tangannya

Ify tersenyum melihat buket bunga itu, "Makasih. Gue suka bunga matahari," ujarnya

Ray menyeringai, mengetahui bahwa pilihannya benar, "Mungkin sekarang gue akan lebih sering kasih lo bunga matahari,"

Ify hanya tersenyum mendengar hal itu, meneruskan langkahnya.

"Mau kemana?"

Ify tersentak mendengar pertanyaan Ray, giliran ia yang kelimpungan menjawab sekarang. Ify mengusap pipinya yang memerah kedinginan,

"Jalan-jalan," jawab Ify

"Boleh gue temenin?"

"Nggak!" tolak Ify cepat – terlalu cepat, membuat Ray mengernyit mendengarnya. Ify buru-buru meralat, "Eh..., maksud gue, jangan. Gue..., lagi...," Ify bingung mencari-cari alasan

Ray tersenyum, "Takut Rio salah paham, ya?"

"Hm?" langkah Ify berhenti begitu saja mendengar ucapan Ray sedetik lalu, dahinya berkerut dalam. Entah kenapa saat Ray menyebut nama 'Rio', ada perasaan tidak enak dalam dirinya. Ify yakin itu karena pertengkaran mereka semalam.

"Maaf, Ray. Gue buru-buru. Bye!"

+++

Ify mengetuk pintu apartemen di depannya setelah mengamati keadaan yang aman. Ia tidak mau seseorang melihatnya ada di sini, di depan pintu apartemen Mario Stevano.

Tidak lama, pintu di depannya terbuka. Wajah suram Rio terkejut melihat siapa yang ada di depannya.

Ify diam. Rio diam. Keduanya tidak ada yang bicara, sampai Rio sadar ia seperti orang tolol hanya berdiri dan memandangi Ify. Cukup terkejut, karena ia kira Ify tidak akan mau hadir di sini lagi setelah pertengkaran mereka semalam

"Masuk," ujar Rio menyingkir dari pintu supaya Ify bisa melangkah masuk

Ify mengangguk dan melangkah ke dalam apartemen itu. Ia menukar sepatunya dengan sandal rumah yang ada di apartemen Rio

"Udah sarapan?" tanya Ify tanpa menoleh

"Belum,"

"Biar gue buatin," ujar Ify melangkah ke dapur, namun langkahnya berhenti begitu ia melintasi sofa di ruang tengah.

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang