Ify melangkah menyusuri rak-rak buku usang, debu-debu berterbangan membuat nafas sesak, tapi ia menikmati aroma buku tua itu.
Gadis itu berhenti melangkah saat melewati sebuah jajaran buku Astronomi. Tatapannya menyusuri buku demi buku, berusaha menemukan buku yang belum pernah terjamah olehnya. Hampir semuanya sudah pernah ia baca.
Buku berwarna ungu di pojokan rak menarik minatnya, tangan Ify terulur untuk meraihnya tapi buku itu ditarik dari arah yang berlawan tepat saat Ify hampir menyentuhnya.
"Eh," gumam Ify spontan
Ketika Ify melongok lewat rongga kosong bekas buku itu, demi Tuhan, matanya nyaris melompat keluar. Lelaki itu berdiri di sana, dan sudah lebih dulu menatapnya.
Pertemuan pertama..., sejak acara pertunangan tempo hari.
"Hei." Suara berat itu menembus telinga Ify, membuatnya terpaku sejenak sebelum akhirnya berhasil menemukan suaranya kembali
"Oh..., hei,"
Lelaki itu pergi dari sana, sehingga Ify tidak lagi bisa menatap wajah itu. Ify menghela nafas kecewa, tapi sebelum perasaan kecewa itu berlanjut, sebuah buku terulur tepat di hadapannya
Ify mendongak, lagi-lagi jantungnya melonjak kegirangan tanpa ia minta
Lelaki itu sudah berdiri di sebelahnya
"Kenapa?" Tanya Ify berusaha bersikap normal
"Mau pinjem, kan?"
"I..., iya. Tapi nggak apa-apa kalau memang kamu mau baca, aku bisa lain kali kok" Ify menggeleng dan segera berbalik hendak pergi. Maksudnya untuk menghindari, ia tidak mau pingsan di depan lelaki itu.
Ify mengusap air mata yang sempat membasahi pipinya sedetik setelah ia berbalik.
Jemari itu..., sudah bercincin. Emas putih, tanpa ukiran apapun.
Tanpa sadar Ify mencengkeram kuat ujung baju seragamnya. Dadanya terasa sesak, dan Ify memutuskan untuk melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan lelaki itu.
Ia tidak ingin melukai dirinya sendiri.
+++
PLAKKK...
Rio mengerjap, merasakan pipinya begitu panas dan perih hingga tanpa sadar ia memegangi pipinya yang memerah itu.
Ia terperangah menatap Shilla yang berdiri di samping meja, menatapnya marah. Begitu dingin dan penuh emosi. Tangannya masih ia kibaskan di sisi tubuhnya, mungkin telapak tangannya juga terasa perih
"Shill...,"
Ify terkejut, terlalu terlambat untuk menahan tangan Shilla yang sudah terlanjur melesat ke pipi Rio yang kini tertegun di tempatnya
"Lo itu sepupu gue, Rio." Ujar Shilla penuh penekanan, "Gue percaya sepenuhnya sama lo. Dan..., kenapa lo malah..., kalau lo memang nggak suka Ify, bukan berarti lo bisa seenaknya fitnah dia kayak tadi,"
Rio terkejut mendengar hal itu, "Fitnah lo bilang?" tanya Rio
"IYA! Dan buat apa lo bawa-bawa Cakka. Kalau lo memang nggak suka hubungan gue sama Cakka, nggak usah lo ngarang cerita tentang mereka." Tandas Shilla
Rio tertawa pelan kemudian menatap Shilla dengan senyum dan tatapan yang sarat akan kecewa, "Ini yang lo bilang saudara? Bahkan percaya sama gue pun, enggak."
Giliran Shilla yang diam seribu bahasa, ada perasaan bersalah yang merayapi rongga hatinya saat melihat Rio berbalik dan menghilang di balik pintu café itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEASON TO REMEMBER (Book 1)
Fanfiction⚠️ tw // s h *Meet the summer ... Dia adalah musim panas. Musim panas yang hangat dan ceria. Musim panas yang membawa tawa dan bahagia. Musim panas berwarna. Dan musim panas yang tidak berlangsung selamanya. Ashilla Summers, putri tunggal Flint Sinc...