Rio menepikan mobilnya di sebuah apartemen mewah di pusat kota, ia mematikan mesin mobilnya dan menoleh ke samping
Kayla tampak duduk setengah sadar di sana, kepalanya tergulai menyentuh kaca jendela mobil
"Kay?" Rio menyebut namanya
Perempuan itu menegakkan kepalanya dengan susah payah, "Ya?"
"Ini apartemen lo?"
Kayla tertawa sembari sesekali cegukan, "Lo kok tahu sih? Ah! Jangan-jangan selama ini lo penggemar rahasia gue? Hm?"
Rio memutar mata. Ia bisa mencium aroma alkohol saat perempuan itu berbicara padanya. Rio mencondongkan tubuhnya untuk membuka seat-belt yang dipakai Kayla
Tapi perempuan itu justru memeluk bahunya sebelum Rio sempat kembali ke tempat duduknya,
"Ah... perhatian sekali?" Tanya Kayla diselingi tawa
"Lepas. Lo bisa turun sekarang." Ujar Rio menyentakkan tangan Kayla begitu saja
"Haruskah?" Perempuan itu menarik kerah kemeja Rio dan mendekati Rio, namun Rio menepis tangan itu dari kemejanya kemudian turun dari mobilnya
Rio mengitari mobil kemudian membuka pintu di sebelah Kayla, dengan tangan kanannya ia menarik lengan Kayla untuk keluar dari mobilnya
Melihat perempuan itu kesulitan bahkan untuk berdiri tegak saja, Rio mendengus.
Ia tidak mungkin membiarkan perempuan ini berjalan sendirian masuk ke dalam apartemennya. Bisa-bisa ia ambruk bahkan sebelum sampai di kamarnya.
"Ayo."
Rio membantu gadis itu untuk berjalan masuk ke dalam apartemennya. Susah sekali untuk bertanya nomor apartemen saja.
Bahkan gadis itu mulai ambruk saat menapaki anak tangga terakhir, dan membuat Rio terpaksa harus memapahnya. Mencium aroma alkohol yang menyengat saat gadis itu berulang kali mencoba merayunya dan meracau tak jelas.
Khas orang mabuk.
"Limapuluh tujuh?" gumam Rio menatap papan nomor yang tergantung di sebuah pintu, "Mana kartunya?" tanya Rio pada perempuan yang sudah seperempat sadar di bahunya itu
Perempuan itu mengobrak-abrik tasnya dengan kasar dan menarik keluar sebuah kartu. Rio mengambilnya kemudian memasukkan kunci itu ke dalam mesin di sebelah pintu untuk beberapa detik
Pintunya terbuka.
"Masuklah..." Rio melepaskan tangan Kayla dari bahunya dan membiarkan gadis itu berjalan kelimpungan
Hanya tiga langkah, dan Kayla terjatuh di atas lantai.
Rio mendecak, "Dasar!"
+++
Ify mendongak menatap langit. Titik-titik bercahaya itu berenang-renang di kedua matanya yang tampak bercahaya memantulkan sinar bintang.
Jemari-jemarinya yang terbungkus sarung tangan rajut itu berada di atas pangkuannya, menggenggam tangan seseorang.
Ify tahu ini salah, tapi percayalah... Ify bertekad, ini untuk terakhir kalinya
"Makasih." Ujar Ify
Cakka menoleh saat gadis itu memecahkan keheningan di antara mereka.
Ya, ia terbiasa berada di dalam atmosfir hening saat bersama Ify. Saat mereka bersama-sama membaca di perpustakaan, atau sekedar mengerjakan tugas bersama.
Hening, tapi Cakka ataupun Ify tidak pernah dihinggapi rasa bosan itu.
"Ya, sama-sama." Cakka tersenyum pada Ify, membuat Ify sekali lagi harus mengalihkan tatapannya dari senyum Cakka
KAMU SEDANG MEMBACA
SEASON TO REMEMBER (Book 1)
Fanfiction⚠️ tw // s h *Meet the summer ... Dia adalah musim panas. Musim panas yang hangat dan ceria. Musim panas yang membawa tawa dan bahagia. Musim panas berwarna. Dan musim panas yang tidak berlangsung selamanya. Ashilla Summers, putri tunggal Flint Sinc...