Part 7

8.4K 506 10
                                    


Rio berdiri mematung di tengah lapangan basket. Apa bola basket yang ia lempar barusan keluar dari lapangan dan mengenai seseorang?

Sepertinya begitu.

Rio segera berlari kecil membelah kerumunan gadis-gadis yang menikmati pemandangan dirinya, di luar ia bisa menatap kerumunan orang-orang. Rio tidak begitu tertarik, sampai ia melihat Ray melangkah keluar dari kerumunan. Bukan Ray yang menarik minatnya, tapi seseorang yang digendong Ray.

"Ify?" gumam Rio menyipitkan matanya.

Apa bolanya tepat mengenai Ify tadi? Lalu kenapa..., kenapa ada Ray? Apakah tadi Ify sedang bersama Ray?

"Tuh, pingsan gara-gara passing lo," salah seorang temannya menyadarkan Rio

"Dia siapa?"

"Ify,"

Rio melangkah cepat, meninggalkan temannya tanpa mengucapkan apapun. Ia ingin segera melihat keadaan Ify

+++

Ruang medis kosong, tidak ada siswa atau petugas yang berjaga. Ray mendesis, terpaksa harus menunggu. Ia tidak mengerti tentang obat, ia tidak mau kalau justru akan membahayakan Ify.

Ray menarik bangku di samping kasur tempat Ify berbaring tidak sadarkan diri. Tatapannya jatuh pada wajah yang tidak berekspresi itu. Nafasnya teratur, tetap cantik meskipun wajahnya tampak sedikit pucat.

Ray beranjak berdiri. Ia menatap wajah itu lebih lekat, lebih mendekat. Tidakkan wajah itu begitu manis untuk dipandang? Pipinya yang tirus, bulu matanya yang melengkung indah, hidungnya yang kecil, dan bibirnya yang tipis

Perlahan, Ray menundukkan tubuhnya. Sedikit demi sedikit, menghapus jarak.

"Gue bisa ambil alih dari sini,"

Ray tersentak dan menegakkan tubuhnya dengan cepat, ia mengusap wajahnya sekilas sebelum menoleh, "Gadis ini tadi ......, Rio?"

Dahi Ray berkerut melihat wajah Rio yang keras tengah berdiri tepat di depan tirai, kedua mata itu menatapnya lurus-lurus

"Iya, gue," Rio melangkah mendekat, ia bahkan masih dengan seragam basketnya

"Sejak kapan lo jadi petugas di ruang medis?"

"Sejak hari ini," jawab Rio asal sembari membuka lemari obat. Ia pernah mengikuti beberapa pelatihan saat mengikuti kamp musim panas, itu bisa sedikit membantunya di sini

"Kita bisa tunggu sampai petugas datang, petugas yang sebenarnya" tukas Ray dengan nada tidak suka

"Kenapa? Supaya lo bisa lebih leluasa ambil keuntungan dari orang yang sedang pingsan?" balas Rio membuat Ray membelalak

"Apa maksud lo? Gue cuma nggak mau lo bertindak gegabah, dan justru malah bikin Ify tambah sakit!"

"Bullshit. Lo bisa keluar sekarang, gue bisa atasi," Rio menarik tangan Ray dengan kasar, sedikit susah memang karena Ray terus berusaha mengelak. Tapi akhirnya Rio berhasil membuat Ray berada di luar dan kemudian mengunci ruangan medis

Rio mendekatkan telunjuknya yang dibaluri minyak dengan aroma menyengat ke hidung Ify. Seingatnya, hal ini bisa sedikit membantu.

Benar saja, beberapa detik kemudian kelopak mata Ify mulai bergerak-gerak dan kemudian gadis itu mengerjap

"Bagus, lo udah sadar," ujar Rio mengembalikan wadah minyak di tangannya ke tempat semula, "Jangan banyak gerak!" perintah Rio, tahu betul Ify pasti sedang berusaha turun dari kasur

"Gue kenapa?"

"Kepala lo kena bola basket yang gue lempar,"

"Lo sengaja?"

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang