Part 23

9.6K 468 9
                                    

"Shilla pergi."

Kening Gabriel berkerut, "Kemana?"

Tapi wanita di depannya itu hanya menggeleng, dan tanpa mengatakan apapun segera mengucapkan pamit dan meninggalkan Gabriel di teras rumah Shilla yang kosong itu.

"Kemana dia?" Gumam Gabriel

Mereka ada janji sore ini, apakah Shilla lupa? Memangnya pergi kemana, dan kalau berniat membatalkan janji dengan Gabriel, kenapa tidak menghubungi lebih dulu?

Atau mungkin ada urusan yang darurat?

Tidak ada nada sambung.

Hanya suara operator yang mengatakan kalau ponsel Shilla tidak aktif.

Dahi Gabriel semakin berkerut dalam, kemana gadis itu?

+++

"Rio... lima menit lagi."

Pengatur acara show malam itu memperingatkan Rio yang tengah sibuk dengan ponsel. Pemuda itu hanya mengangguk seadanya, tanpa mengucapkan apapun.

Tidak peduli pada perempuan yang sibuk mengelap keringat di dahi dan lehernya. Pikirannya hanya berpusat pada benda persegi panjang di genggamannya itu,

"Bisa lo fokus?" Tanya Ale mengejutkan Rio karena ia menepuk pundak Rio keras

"Gue ada urusan."

"Tapi urusan ini lebih penting, dan... naik ke panggung!"

"Tapi_"

Rio tidak sempat bicara karena Ale sudah mendorongnya ke arah panggung. Rio mendecak, menepis tangan Ale yang mendorongnya

Ia menatap pembawa acara dan memberi kode supaya mengulur sedikit waktu untuknya. Meskipun sedikit bingung, namun pembawa acara itu mengangguk padanya dan kembali bicara pada penonton yang menyorakkan nama Rio

"Ada apa?" Tanya Ify menghampiri Rio

"Ponsel Shilla nggak aktif sejak kemarin malam."

"Lo sudah hubungi rumahnya?"

"Semuanya sudah gue hubungi, bahkan Paman dan Bibinya. Tapi nggak ada yang angkat telepon gue, dan parahnya ponsel Shilla mati."

"Apa dia pernah bilang mau pergi?"

"Gue nggak ingat apapun tentang itu."

"DAN INILAH YANG KALIAN TUNGGU-TUNGGU....!!"

Suara pembawa acara menggema di ballroom itu. Rio menghela nafas dan menyodorkan ponselnya pada Ify,

"Terus coba hubungi nomor Shilla."

"Ya." Ify menerima ponsel yang terasa panas di tangannya itu, karena sudah bekerja sejak pagi tadi. Ia men-dial nomor yang ia hapali sebagai nomor Shilla.

Tidak aktif.

Tidak ada nada sambung apapun.

Dahi Ify berkerut, tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kecuali yah... pada saat malam itu, saat Shilla... mengetahui semuanya tempo hari.

Perasaan Ify jadi tidak enak.

Apakah... terjadi sesuatu?

"Damn! Mikirin apa sih lo, Fy?" Desis Ify mengetuk pelipisnya gemas, dan kembali mencoba menghubungi ponsel Shilla

+++

Pintu kamar Cakka diketuk seseorang, pemuda itu beranjak untuk membuka pintunya dan menemukan Chelsea berdiri di sana

"Ada apa?"

"Apa Shilla pergi?"

Cakka mengangkat sebelah alisnya samar, "Pergi?"

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang