Part 20

9.5K 487 14
                                    


Liburan musim dingin sudah tiba.

Tidak ada sekolah, maka para pelajar yang biasanya menghabiskan sebagian besar di sekolah kini mulai berlalu-lalang di taman-taman bermain atau sekedar jalan-jalan di sekeliling kota New York bahkan sejak pagi, hingga larut malam.

Kota ini tidak pernah mati.

Tidak pernah padam, atau sedikit saja surut gemerlap lampunya.

"Shilla, kue jahenya sudah jadi!"

Shilla melompat berdiri dari kasur dan menemui bibinya yang sedang ada di ruang makan, tengah meletakkan sebuah nampan panas berisi limabelas kue jahe yang baru diangkat dari oven itu.

Aromanya sudah menghangatkan organ dalam Shilla, rasanya.

"Hei! Ini buat dimakan besok!"

Shilla menyeringai lebar namun tetap menggigit kue jahe itu ke dalam mulutnya, membuat Bibinya mendecak namun tetap terkekeh melihat kelakuan Shilla.

"Besok? Memangnya ada apa?"

"Paman belum beritahu kamu?"

Shilla menyusul Bibinya ke dapur dan melihat wanita yang sedang libur dari pekerjaannya dua hari lalu itu sedang menghadapi oven

"Minggu ini kita akan makan malam dengan keluarga Cakka. Cuma belum tahu pasti kapan."

Shilla tersedak kue yang dimakannya.

Dengan cepat ia meraih segelas air mineral hangat dari atas meja, entah milik siapa. Menenggaknya habis untuk melegakan tenggorokannya yang sarat.

"Si... siapa?"

"Keluarga Cakka. Kue ini buat Ozy, katamu dia suka kue jahe, kan?" Wanita itu tersenyum, tidak menyadari wajah keponakannya yang pucat pasi dan segera berbalik untuk menyembunyikan diri di kamar

+++

"Ini kopinya..." Ify meletakkan cangkir kopi itu ke atas meja, di dekat Ayahnya yang sedang melukis sembari sesekali menikmati cuaca musim dingin melalui jendela

"Terima kasih, sayang."

"Ya. Ify mau pergi sebentar, ada yang harus Ify beli di supermarket."

"Ya, hati-hati." Ayahnya itu menoleh, "Beli lah secangkir cokelat hangat di kedai favorit kamu, kamu terlalu banyak di rumah akhir-akhir ini."

Ify memakai mantel tebalnya dengan cepat, melindungi tangannya dengan sarung tangan kemudian melangkah keluar lumah.

Hah, benar-benar putih semuanya.

Ify menarik nafas panjang, mencium aroma salju musim dingin yang menyenangkan. Dan ia teringat... seseorang.

"Haish!" Ify cepat-cepat mengenyahkan apapun itu, sebelum bayangan seseorang melintas di benaknya. Si musim dingin.

Melewati sebuah kedai sederhana, Ify teringat oleh ucapan Ayahnya.

Segera saja ia membelokkan langkahnya ke kedai itu dan memesan secangkir cokelat hangat berukuran medium. Sebenarnya, ia bisa membuat sendiri, namun cokelat di sini terasa lebih pekat dan nikmat. Dengan harga yang terjangkau pula.

Selang beberapa saat, secangkir kertas cokelat hangat itu ada di tangannya.

"Hei... lihat ini!"

"Apa?"

"Mario Stevano! Ah, penyanyi ganteng itu!"

"Ah idola gue. Kenapa?"

"Dia dapat skandal!"

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang