Part 24

10.5K 507 8
                                    

"Gue ada di sana..." Pricilla menoleh pada pintu tertutup itu, Gabriel ada di dalam. Masih belum sadarkan diri sejak kemarin

"Apa yang terjadi?" Tanya Cakka, ia mengenal Pricilla sebagai mantan manager klub olah raga larinya sewaktu di SMA, dan ternyata gadis itu yang mengangkat panggilan telponnya ke Gabriel tadi.

"Dia sedang cari... Shilla. Dia pikir Shilla pasti ada di makam kedua orang tuanya, tapi... ternyata nggak. Gabriel frustasi, dia nggak tahu lagi harus kemana." Pricilla mengendikkan bahu, "Lo bisa tebak seperti apa akhirnya, dia nggak fokus nyetir dan... mobil itu rasanya tiba-tiba aja muncul berlawanan sama mobil Gabriel. Gue baik-baik aja, tapi Gabriel_"

Pricilla tidak melanjutkan ucapannya.

Di pelipisnya masih ada perban persegi panjang yang membebat luka kecilnya. Ia jauh lebih beruntung dari Gabriel. Luka Gabriel cukup parah karena kepalanya membentur stir, ditambah kondisinya yang memang sedang tidak baik saat itu. Stress dan kelelahan mencari Shilla.

Cakka tidak mengatakan apapun.

Ia mengambil ponselnya, hendak menghubungi Alvin. Namun ketika ia berbalik, langkahnya berhenti melihat siapa yang berdiri dengan wajah pucat tak jauh di belakangnya

"Shilla?"

Bukan, itu bukan suara Cakka tapi suara Pricilla. Gadis itu heran, bukankah Shilla adalah gadis yang menghilang? Bagaimana ia ada di sini?

"Dimana Gabriel?" Tanya Shilla pelan. Suaranya seperti tercekik. Ia sudah mendengar cerita Pricilla pada Cakka sesaat lalu, dan hal itu benar-benar meremas jantungnya.

Shilla seperti ditampar keras-keras atas keegoisannya. Air mata itu seperti selapis kaca dari matanya yang meleleh menyusuri pipi pucatnya.

"Dia di dalam." Jawab Pricilla

Shilla hendak melangkah masuk, tapi Pricilla menahannya, "Kondisi Gabriel masih buruk, sebaiknya jangan ada yang masuk dulu. Kata dokter." Ujar Pricilla

Sebenarnya ia juga tidak ingin mencegah Shilla, ia masih berharap gadis itu akan memberi keajaiban dan membuat keadaan Gabriel membaik.

Tapi... apalah, ia tidak berani mengambil resiko.

Kalau kata dokter, Gabriel belum bisa dijenguk, biarlah untuk saat ini ia menurut saja. Orang tua Gabriel pun langsung terbang ke Amerika begitu mendengar berita mengenai anaknya dan saat ini mereka ada di ruang tunggu.

"Tapi gue harus ketemu Gabriel!" Pekik Shilla, tidak peduli kalau butiran kaca itu semakin banyak menetes dari kedua matanya.

"Shilla... tolong jangan kayak gini, Gabriel akan baik-baik saja. Kalau Gabriel sudah boleh dijenguk, gue pasti nggak akan tahan lo." Jelas Pricilla

"Shilla_"

"Jangan sentuh gue!" Seru Shilla menepis tangan Cakka yang menyentuh lengannya, kedua matanya menatap iris gelap Cakka dengan nyalang

Cakka cukup terkejut dengan reaksi Shilla itu, baru kali ini Shilla bersikap seperti itu. Shilla tidak pernah bertingkah seperti ini pada orang lain, apalagi Cakka.

Tahu apa yang membuat Cakka semakin terkejut?

Shilla menangis.

Di depannya, di depan Pricilla, di depan Alvin. Di depan semua orang di rumah sakit ini. Ya, Ashilla Summers yang berdiri di depannya itu menangis.

Bahkan Cakka tidak pernah melihat Shilla menangis di depannya, kecuali satu kali saat umur mereka masih anak-anak, saat permen Shilla direbut temannya dan Cakka kebetulan ada di sana,

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang