Part 15 - The Pain

9.9K 494 12
                                    

Gabriel masih bersandar di tiang lampu yang pangkalnya diselimuti salju itu, tangannya memeluk tubuhnya yang masih terasa dingin meskipun sudah tertutupi jaket.

Tatapannya tidak beralih sedikitpun dari rumah luas yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ia mengamati dua gadis yang tampak bercakap-cakap sejenak sebelum akhirnya keduanya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

"Baguslah...," gumam Gabriel berbalik

Sedari tadi ia memang mengikuti Shilla. Tidak peduli apapun yang dikatakan Shilla, Gabriel tentu akan khawatir jika meninggalkan gadis itu begitu saja.

Tidak ada yang bisa menjamin bahwa Shilla tidak akan berbuat nekat saat ini, maka dari itu Gabriel tidak mau ambil resiko.

+++

Orang bilang, cokelat mampu membuat kita merasa lebih baik. Cokelat mengandung triptophan, sejenis asam amino esensial yang diketahui memiliki efek menghikangkan rasa sakit dan anti-depresi.

Dan green tea diyakini mampu memberikan efek menenangkan pikiran dan mengatasi stress.

Shilla tentu saja butuh semua itu.

Percaya atau tidak, Shilla ingin mencobanya. Mungkin kalau ia beruntung bahwa anggapan itu benar, ia bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

"Apa?" tanya Shilla menoleh pada Glam yang sedari tadi tidak berhenti menatapnya

"Ada sesuatu terjadi?"

"Kenapa tanya gitu?"

"Lo nggak seperti biasanya,"

Mendengar itu, Shilla justru hanya tertawa rendah dan melanjutkan menyesap secangkir teh hijau hangat setelah menghabiskan secangkir cokelat panas.

Shilla menghirup aroma teh itu sejenak sebelum menandaskan isi cangkirnya,

"Naik apa ke sini?" tanya Glam

"Jalan kaki," Shilla menjawab tanpa mempedulikan Glam yang terus menatapnya aneh.

"Wow...," ujar Glam masih mengernyit heran tapi tidak bertanya apapun, rasamua saat ini bukan waktu yang pas untuk bertanya-tanya, "Pasti capek, ya? Tidur gih,"

Shilla mengangguk, kepalanya memang terasa berat dan pikirannya sudah sedikit tenang berkat suplai minuman sehat itu.

"Lo bisa tidur di kamar biasanya, bersih kok. Orang tua gue baru aja pulang pagi tadi soalnya,"

Lagi-lagi Shilla hanya mengangguk, kemudian melangkah menuju kamar yang kosong itu. Tapi Glam tidak segera meninggalkannya, Glam menyandarkan tubuhnya pada bingkai pintu.

Ia menatap Shilla yang justru duduk di pinggiran kasur, tegap dan tatapannya jatuh ke lantai yang bermotif itu

"Shill...?" panggil Glam

Shilla mendongak dan tersenyum pada Glam, "Ya?"

"Gue nggak tahu apa yang terjadi, but..., I hate to see you like this." Glam melangkah lalu duduk di samping Shilla, "Lo bukan Shilla yang selama ini gue kenal,"

Shilla tertawa pelan, "People do change, right?" gumam Shilla yang justru lebih bertanya pada dirinya sendiri

Glam mengernyit mendengar pertanyaan itu. Jika yang mengatakannya adalah orang lain, maka akan terasa biasa. Tapi ini..., Ashilla Summers.

Bagaimana Shilla bisa mengatakan hal itu?

"Yes, they do. Tapi bukan berarti lo juga harus ikut berubah jadi... murung kayak gini."

SEASON TO REMEMBER (Book 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang