Ify menatap undangan pribadi berwarna putih dengan pita biru di atas meja riasnya sekali lagi. Undangan itu begitu spesial karena bukan sembarang orang berhak menerimanya.Tapi Ify sama sekali tidak merasa spesial.
Ia justru merasa ingin memporak-porandakan seisi rumahnya membaca isi undangan itu.
"Apa kamu akan datang?" Ayahnya yang masih berseragam lengkap muncul dari dapur dengan sorot mata lelahnya seusai bekerja
Ify menoleh pada Ayahnya dan mengangguk, "Sepertinya,"
"Jangan dipaksakan kalau kamu memang belum siap," Ujar Ayahnya tersenyum kemudian menutup pintu kamar putrinya
Ify menatap pantulan wajahnya di cermin. Dengan gaun sederhana berwarna biru laut milik Ibunya ini, Ia tidak punya banyak alat make-up sehingga hanya bedak dan lipstik saja yang menghiasi wajahnya.
Penampilannya tampak sudah siap.
Namun hatinya belum.
Apa ia yakin akan datang ke acara pertunangan sahabatnya itu?
"Ashilla dan Cakka...," gumam Ify meraih undangan yang tampak manis itu
Datang ke acara itu, sama saja menenggelamkan dirinya ke lautan asam. Membuka luka lama. Seolah mengguyurkan cuka ke luka yang masih basah.
Tapi Ify tidak ingin jadi pecundang.
Maka untuk terakhir kalinya, Ify menutup mata dan bernafas perlahan-perlahan. Meyakinkan dirinya, bahwa ia sudah siap.
Siap untuk menghadapi masa lalunya, setelah sekian lama.
+++
"Hai!" Shilla merangkul Glam yang sedang melangkah di koridor sekolah bersama seorang laki-laki, kemudian menyeret gadis itu bersamanya.
Tidak peduli akan tatapan heran laki-laki yang tadinya bersama Glam itu.
Glam menyeringai lebar begitu melihat Shilla kemudian balas merangkul gadis itu dengan erat, "Darimana aja lo? Kemarin nggak ikut di pestanya Kimberly?"
"Nope," Shilla tersenyum lebar, membuat Glam mengernyit.
"Ada apa senyum sampai gitu?"
"Gue jalan-jalan sama Cakka,"
"Ah..., I know. Jalan-jalan sama tunangannya, ya?" Goda Glam mendesis
Shilla tertawa lebar ketika Glam memukul lengannya dengan gemas. Dua hari yang lalu Shilla memang menolak ajakan Glam untuk pergi ke pesta ulang tahun salah satu teman mereka.
"Eh, nonton yuk?" ajak Shilla, "Pertandingan olah raga,"
"Ada angin apa tiba-tiba lo tertarik nonton pertandingan?" Glam menyipit mendengar ajakan Shilla
"Ada Cakka main! Pertandingan lari,"
"Hah, gue nggak tertarik deh. Tuh, ada Ify. Mending lo ajak dia aja,"
Shilla menoleh dan menemukan Ify duduk sendirian di bangku halaman dengan buku tebal di pangkuannya. Telinga Ify tersumpal headset.
"Jahat lo. Ya udah, gue ajak Ify aja," Shilla mendesis kemudian melenggang meninggalkan Glam dengan gaya sok ngambek. Glam tertawa saja melihat kelakuan Shilla
"Fy...," Shilla menduduki bangku di sebelah Ify sembari menarik salah satu headset yang menyumpal telinga gadis itu
Ify tersentak ketika melihat Shilla ada di sampingnya tiba-tiba. Benar-benar terkejut, seolah ia baru saja melihat hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEASON TO REMEMBER (Book 1)
Fanfiction⚠️ tw // s h *Meet the summer ... Dia adalah musim panas. Musim panas yang hangat dan ceria. Musim panas yang membawa tawa dan bahagia. Musim panas berwarna. Dan musim panas yang tidak berlangsung selamanya. Ashilla Summers, putri tunggal Flint Sinc...