Nick menggosok-gosok telapak tangannya karena dingin yang mulai menyerang. Sudah hampir 30 menit ia duduk di depan pintu belakang cafe untuk menunggu seorang wanita yang terus memenuhi otaknya akhir-akhir ini.
Sejak kejadian malam itu, Nick dan Claude sudah semakin dekat. Claude sudah tak lagi malu-malu apabila berhadapan dengan Nick. Wanita itu pun sudah mulai terbuka dan banyak bercerita tentang kehidupannya pada Nick.
Hampir setiap hari Nick selalu datang ke cafe Aimèr, tempat Claude bekerja. Saat jam makan siang dan setiap pulang dari kerja pun Nick selalu mampir ke cafe itu. Meskipun alasannya hanya karena kebetulan saja ia melewati cafe karena searah dengan halte, namun tak dapat dipungkiri kalau Nick sebenarnya ingin menjemput Claude dan mengajaknya pulang bersama naik bus. Tak tanggung-tanggung Nick bahkan rela menunggu hingga berjam-jam dan larut malam sampai seluruh pekerjaan Claude selesai.
Claude sendiri pernah bertanya curiga kenapa mobil Nick masih saja di bengkel padahal ini sudah hampir 4 minggu sejak pertemuan pertamanya dengan Nick di halte waktu itu. Namun Nick selalu beralasan kalau pihak bengkelnya saja yang tidak becus sampai membuatnya harus menunggu hingga berminggu-minggu sampai mobilnya selesai di-service.
Dan Claude selalu tertawa apabila mendengar alasan itu. Claude tahu kalau Nick hanya mengada-ada, namun tak urung Claude membiarkan saja dan memilih tak mengungkit-ungkit lagi. Toh, kalau memang Nick sudah lelah naik bus, dia pasti akan memakai mobilnya kembali.
"Hei, maaf membuatmu lama menunggu," Claude keluar dari pintu belakang cafe yang membuat Nick berdiri dan tersenyum menghadap Claude.
"Ya. Tidak apa-apa. Aku sudah bilang kan, kau tidak perlu cemas mengenai itu."
"Tapi, Nick, apa kau tidak punya kesibukan lain? Kau tidak seharusnya membuang-buang waktu berjam-jam hanya untuk menungguku seperti ini. Sudah ku bilang, aku bisa pulang sendiri."
"Woah! Jadi ceritanya kau sedang mengusirku, huh?"
Claude mendengus dan memilih berjalan meninggalkan area cafe.
"Hei! Kau belum menjawab pertanyaanku, Claude!" Nick berjalan menyusul Claude dari belakang.
Claude menghentikan langkahnya secara tiba-tiba dan berbalik menghadap Nick, "Kau tahu bukan itu yang aku maksud, Nick."
"Terserah sajalah. Aku kan sudah bilang, aku hanya ingin menjagamu. Aku tidak mau kalau sampai kejadian seperti malam itu terjadi lagi," Claude mengerutkan alisnya namun tetap diam menunggu Nick selesai berbicara.
"Kau tahu, kalau seandainya waktu itu yang sedang berada di belakangmu bukan aku, tapi laki-laki lain yang mungkin memang ingin menyakitimu. Dan hal yang kau takutkan benar-benar terjadi, ak-"
"Seandainya itu terjadi, aku tidak mungkin bisa berada di sini, di depanmu saat ini, Nick," sambar Claude cepat memotong ucapan Nick.
"Ya, aku tahu semua memang sudah terjadi dan kenyataannya kau memang masih baik-baik saja sampai sekarang. Tapi aku hanya merasa, sudah menjadi tanggung jawabku untuk menjagamu."
"Tanggung jawabmu? Memangnya kau siapa?"
Nick diam membisu. Hatinya benar-benar tertohok karena pertanyaan Claude.
Ya, memangnya kau siapa Nick? Kau hanya pria bajingan yang menghancurkan hidup seorang wanita buta dan tidak tahu bagaimana cara menebus dosa-dosamu!
"Pfffttt..." Nick mengerutkan alisnya bingung karena melihat ekspresi Claude seperti sedang menahan tawa.
Sedetik setelah itu, meledaklah sudah tawa Claude yang ia tahan sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How It Ends
RomanceNick Ashworth dihantui rasa bersalah semenjak mengetahui bahwa ia telah menghancurkan hidup seorang wanita yang bahkan telah memiliki beban yang begitu berat. Lalu haruskah ia mengungkapkan segalanya disaat wanita itu bahkan telah mempercayainya leb...