[20]

1.2K 96 8
                                    

Just in case kalian lupa, Jarvis itu nama daddynya Nick. Bella itu nama istrinya Reynold, Ares itu nama anaknya Reynold. Wkwk resiko update setahun sekali ya gini ✌✌

***

"Katakan," satu kata tegas yang langsung diucapkan Claude seketika menginjakkan kaki di pelataran depan rumahnya. Ia bahkan tidak berniat membawa Nick duduk di depan rumahnya terlebih dahulu.

Nick menghela napas pelan. Ia mengepalkan tangannya gugup. Otaknya seperti buntu sekarang. Berkali-kali ia berusaha mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi otaknya namun selalu berakhir lenyap di udara.

"Aku akan masuk sekarang."

"Tu-tungu, Claude!"

Claude mengangkat alisnya, menunggu sesuai dengan apa yang disentakkan pria di depannya itu.

Beberapa detik berlalu, namun lagi-lagi Claude tidak mendengar apa-apa. Claude menghela napas kasar. Saat ia membalikkan tubuhnya dan hendak melangkah masuk ke dalam rumah, satu pertanyaan keluar dari mulut Nick membekukan seluruh pergerakannya.

"Siapa Juliver Ocean itu, Claude?"

Nick melihat Claude mengepalkan tangannya kuat. Ia kemudian melangkah ke depan dan menghadapnya.

"Apa benar dia-"

"Bukan."

Nick mengerutkan alisnya tidak mengerti.

"Apapun yang kau pikirkan tentang siapa dia, maka itu bukan dia."

Nick semakin mengerutkan alisnya. Nick tahu ada yang Claude sembunyikan. Claude terlihat sangat gelisah saat ini, namun ia tak mau membuat Claude ketakutan karena mencecarnya dengan keingintahuan akan pertanyaannya. Nick menghela napasnya pelan.

"Kau tidak mau memberitahuku dia siapa?" tanya Nick sekali lagi dengan intonasi yang lebih dipelankan agar tidak terkesan memaksa. Namun hal itu malah membuat Claude terdiam. Ia sudah berdamai dengan Juliver beberapa minggu ini. Ia tidak mau perasaan bencinya muncul lagi karena Nick.

"Kau tidak perlu mengetahuinya. Dia tidak akan mempengaruhi apa-apa dalam hidupmu karena dia sudah pergi."

Claude hendak berjalan melewati Nick saat lagi-lagi kalimat yang dikeluarkan Nick seakan menusuk jantungnya hingga membuatnya mematung.

"Apa kau membencinya, Claude?"

Napas Claude memburu. Jantungnya seperti diremas-remas begitu kuat. Nyeri yang ia rasakan sampai tidak terasa membuat air mata menetes melewati pipinya. Ia menunduk dan menghapusnya dengan cepat.

"Bukan urusanmu."

"Kau berhak membencinya, Claude."

Claude mendongakkan kepalanya. Alisnya mengerut dalam, meminta penjelasan.

"Kau berhak membencinya karena dia datang dari pria bajingan yang menghancurkan hidupmu. Tapi aku berterima kasih, sangat berterima kasih karena meskipun begitu kau masih mau berusaha mengandungnya. Meskipun pada akhirnya dia yang memilih pergi. Dan itu sama sekali bukan salahmu. Maafkan aku, Claude."

Nick tersenyum lega. Lega karena merasa telah mengatakan sesuatu yang benar.

"Aku akan pergi sekarang. Maaf mengganggu malammu. Tapi aku masih akan datang menemuimu lagi. Aku tidak akan menyerah untuk membuktikan bahwa aku datang bukan untuk menyakitimu lagi. Aku benar-benar menyesali perbuatanku dulu. Selamat malam."

How It EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang