Nick berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan Cassie yang telah tertinggal jauh di belakangnya. Sesampainya di depan ruangan yang dulu pernah ia datangi, ia melihat daddynya dan kekasih mommynya duduk di bangku besi depan ruangan. Mereka seketika berdiri saat melihat Nick mendekat.
"Nick," Jarvis menyambut Nick dan memeluknya sayang.
"Terima kasih sudah mau datang," ucap pria di belakang mereka berdua yang terlihat sangat lelah namun tersirat kebahagiaan akan kedatangan Nick.
"Dimana mommy?" tanya Nick.
"Dokter masih memeriksanya. Tunggulah sebentar."
Bersamaan dengan itu, pintu ruangan terbuka kemudian menampilkan seorang suster yang berjalan keluar.
"Siapa diantara kalian yang bernama Nick? Mrs. Thalia terus mencarinya."
"Saya, suster. Biarkan saya masuk."
Suster itu mengangguk kemudian mengikuti Nick yang telah memasuki ruangan.
Nick mematung di belakang dokter dan para perawat yang telah mengelilingi mommynya.
"Mrs. Thalia, ini Nick," suara seorang perawat di belakang Nick akhirnya membuat dokter dan para perawat itu menyingkir, memberi jalan pada Nick untuk mendekat.
"Mommy.."
Thalia menatap Nick dengan air mata yang telah menetes, "Nick!"
Seketika Nick menghambur memeluk mommynya. Tangis kerinduan mereka tumpahkan dalam pelukan itu. Bahu keduanya bergetar hebat, pelukan yang semakin erat itu seakan memberitahukan semesta bahwa mereka tak ingin dipisahkan.
Pemandangan yang sangat menyayat itu membuat para perawat dan dokter yang masih ada dalam ruangan memutuskan untuk keluar, memberi mereka ruang untuk menumpahkan segala kerinduan mereka.
"Maafkan mommy, Nick. Maafkan mommy.." Thalia berucap disela-sela tangisnya.
Nick mengeratkan pelukannya, "Aku sudah memaafkanmu mommy," ucap Nick lirih.
Thalia seketika terisak semakin dalam. Dadanya yang sejak dulu terasa sakit seakan terganjal batu besar, kini terasa sangat lega seakan batu itu telah hancur atas penerimaan maaf dari Nick. Ia bersyukur pada Tuhan masih diberi kesempatan merasakan kebahagiaan sebelum ia benar-benar meninggalkan dunia ini.
"Aku merindukanmu, mommy. Aku sangat merindukanmu."
Nick melepas pelukannya kemudian menangkup wajah mommynya. Ia menghapus air mata yang masih menetes di pipi Thalia.
Cassie benar, daddy juga benar, kini ia merasa tak ada lagi beban sakit yang mengganjal hatinya. Ia merasa sangat lega setelah mengatakan semua itu. Kesalahan mommynya mungkin sangat besar, namun ia sadar betapa peran mommynya sangat mempengaruhi proses kedewasaannya. Tuhan memberinya cobaan melalui rasa sakit atas perbuatan mommynya, semata-mata untuk menguji kekuatannya dalam menjalani hidup.
"Mommy bersyukur kau terlihat sangat sehat, Nick. Kau memang anak yang kuat," Thalia membelai pipi Nick sayang.
"Aku telah berjuang selama ini, mommy. Kini giliranmu untuk berjuang melawan rasa sakitmu. Kau harus bertahan, mommy."
Thalia tersenyum dan menggeleng pelan.
"Mommy sudah berjuang melawan rasa sakit mommy, Nick. Kini saatnya mommy untuk beristirahat. Tuhan telah mengabulkan doa mommy selama ini. Mommy hanya ingin melihatmu sebelum mommy benar-benar pergi."
"Mommy jangan berkata seperti itu. Kau tidak boleh pergi. Kau harus bertahan demi aku."
Thalia tersenyum perih. Kerutan-kerutan di sekitar mata dan dahinya menunjukkan bahwa ia sangat lelah akan rasa sakitnya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
How It Ends
RomanceNick Ashworth dihantui rasa bersalah semenjak mengetahui bahwa ia telah menghancurkan hidup seorang wanita yang bahkan telah memiliki beban yang begitu berat. Lalu haruskah ia mengungkapkan segalanya disaat wanita itu bahkan telah mempercayainya leb...