[11]

4.9K 357 15
                                    

Nick, besok aku akan ke apartemenmu. Jangan mengusirku! Ini penting!

Sudah belasan kali Nick hanya memandang datar pesan dari Cassie yang telah masuk sejak kemarin malam. Hanya memandang tanpa ada niatan sama sekali untuk membalasnya. Jujur saja, Nick sedang sangat malas bertemu dengan kakaknya itu. Ia malas bila kakaknya lagi-lagi harus membahas mengenai wanita itu. Ditambah lagi peristiwa kemarin siang di rumah sakit, Nick semakin yakin kalau perihal penting yang dimaksud Cassie pasti lagi-lagi mengenai wanita itu.

Nick tersentak kaget saat tiba-tiba ponsel di tangannya berbunyi dan menampilkan sebuah nomor tengah memanggilnya.

"Halo?"

"Selamat pagi, dengan saya Nick Ashworth disini."

"Ah? Aubrey?"

"Benarkah? Hey! Aku bahkan tidak tahu kapan kau mengandung, tapi sekarang tiba-tiba membawa kabar bahagia ini."

"Rumahmu masih sama kan? Oh, oke, mungkin setelah ini aku bisa kesana. Hei! Aku bos, aku bisa bolos seenakku. Hahahaha oke. Emm..nanti kukenalkan langsung saja di sana. Iyah. Sama-sama..."

Setelah memastikan sambungan telah terputus, ia meletakkan ponselnya ke sofa, kemudian berbalik. Ia sedikit terkejut saat melihat Claude telah berdiri di belakangnya seakan menyimak dengan serius perbincangan singkatnya tadi.

Nick tersenyum miring, "Kenapa Claude?"

"Ah? Ti-tidak apa-apa." Claude menunduk dan sedikit merutuk dalam hati. Ia tidak tahu kalau Nick sudah selesai dan memergokinya yang tengah mendengarkan perbincangan pria itu bersama wanita diujung telepon yang kalau tidak salah ia mencuri dengar bernama Aubrey.

"Ma-maaf," ia kemudian memilih berbalik dan menggunakan tongkatnya untuk membawanya berjalan menuju dapur.

Sudah beberapa hari ini memang ia beraktifitas menggunakan tongkat. Nick yang membelikannya. Dan menurut Claude, hal itu sangat membantunya. Dikarenakan ia masih belum bisa beradaptasi dan mengingat dengan cepat segala tata letak apartemen Nick.

"Itu tadi Aubrey, teman semasa kuliahku."

"Oh?" Claude tersentak dari aktivitas mengoleskan selai kacang pada selembar roti di tangannya. Tiba-tiba, Nick mengambil roti di tangan wanita itu kemudian melahapnya, membuat Claude sedikit menggerutu sebal.

"Dia baru saja melahirkan dua minggu yang lalu."

"Me-melahirkan?" Claude bertanya tergeragap. Raut wajahnya sedikit berubah lebih tegang dari sebelumnya. Namun Nick sama sekali tak menyadari hal itu. Ia masih saja asik mengunyah roti di tangannya.

"Hmm.. Nanti siang temani aku ke rumahnya ya. Kita mampir ke toko bayi dulu untuk membeli hadiah."

Claude diam tak menjawab. Tangannya mengepal di atas paha. Ia sedikit mengusap-ngusap tangannya yang telah berkeringat pada rok katun yang membalut kakinya.

"Claude?"

"Uh-huh? I-iya."

"Oke. Makanlah dulu. Aku akan ke kantor sebentar lalu kembali lagi."

Nick kemudian berdiri meninggalkan Claude yang masih saja diam terpaku di tempat.

***

Claude tidak bisa berhenti berjalan gelisah di depan ranjangnya. Berkali-kali ia menyeka keringat yang menetes di dahinya seolah-olah kamar yang telah terpasang AC dengan suhu lumayan dingin itu tidak mempan sama sekali pada tubuhnya.

"Sudah siap Claude?"

Claude terperanjat hingga hampir saja terjatuh. Claude meneguk ludah susah payah, "Eh-uh, Ni-nick aku..."

How It EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang