[5]

8.6K 439 17
                                    

PRANGGG!

Claude tersentak dari tidurnya. Ia bangun dengan kepala yang terasa sangat pening. Bunyi keras itu membuatnya sangat kaget namun berhasil menyelematkannya dari mimpi buruk yang panjang. Ia menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang sambil mengatur napasnya yang masih tersengal. Peluh yang bercucuran dari dahinya menandakan bahwa tidur wanita itu lagi-lagi bermasalah.

Ia mengusap wajahnya kasar lalu menghirup napas sedalam-dalamnya. Dan saat itulah ia baru menyadari sesuatu, bau itu... Kamar itu bukan kamarnya. Ia tidak bisa menemukan bau daisy dalam kamar itu.

Ia memang sangat menyukai bunga daisy. Dan dalam kamarnya, ia menggunakan perfume bunga daisy. Setiap pagi, setiap kali ia baru membuka matanya, bunga daisy selalu menjadi bau pertama yang akan ia cium. Lalu dimana ia sekarang?

"Pagi, kau sudah bangun Claude?" Nick memasuki kamar sambil membawa nampan di tangannya yang berisi sepiring sarapan dan segelas air putih. Nick kemudian meletakkan nampan itu ke nakas.

"Nick?"

"Yeah?"

"Dimana aku?"

Nick sedikit tersentak mendengar pertanyaan Claude. Namun ia berusaha menutupi kekagetannya dan tetap terlihat tenang, "Kau ada di kamarku, Claude. Makanlah sarapanmu dulu, aku sudah membuatkannya susah payah sampai dapurku berantakan," kekeh Nick berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba berubah menjadi tegang itu.

"Kenapa aku di rumahmu? Kenapa kau tidak mengantarkanku pulang?" Claude kemudian meraba lengannya dan baru menyadari kalau gaunnya yang kemarin malam kini telah berganti menjadi sweater tipis, "siapa yang menggantikan pakaianku?"

Nick duduk di sisi ranjang menghadap Claude. Ia mengambil napas sejenak dan mengeluarkannya perlahan.

"Kau kemarin terlihat sangat lelap di mobil. Aku tidak tega membangunkanmu. Jadilah aku membawamu ke sini."

"Kenapa tidak membawaku ke rumah? Kau kan sudah tahu alamat rumahku, Nick," ucap Claude dengan emosi yang mulai merasuk.

"Aku tidak tahu di mana kau meletakkan kuncimu. Sudah ku bilang aku tidak tega membangunkanmu, Claude," jawab Nick berusaha setenang mungkin. Padahal dalam hatinya, ia sudah getar-getir takut kalau wanita itu marah padanya.

"Lalu kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku yang tadi, siapa yang menggantikan pakaianku?"

Nick menghela napas panjang.

"Jawab aku, Nick!"

"Pemilik apartemen sebelah kebetulan seorang wanita. Kemarin malam aku meminta tolong padanya untuk mengganti bajumu. Dia memang sering menolongku. Aku tidak tega kalau kau harus tidur dengan gaun seperti itu," jawab Nick terpaksa bohong. Ia tidak mungkin mengatakan kalau ia yang menggantikan pakaian wanita itu. Bisa-bisa Claude akan marah besar. Meskipun ia tidak melakukan apa-apa pada wanita itu. Hanya menggantikan pakaiannya saja. Tetap saja Claude pasti tidak akan mempercayainya.

"Benarkah?"

Nick mengangguk cepat, "ye-yeah."

"Lalu bagaimana aku bisa tahu kalau kau berbohong?"

"Terserah saja kalau kau tidak mempercayaiku, Claude. Sekarang makanlah dulu sarapanmu," Nick berdiri dan mengambil nampan di nakas kemudian kembali duduk di sisi ranjang.

"Ini, kau mau ku suapi atau makan sendiri?"

Claude diam tak menjawab. Wanita itu masih merasa sedikit dongkol dalam hatinya. Satu-satunya orang yang ia percayai di dunia ini adalah Reynold. Ia memang sudah beberapa minggu ini mulai menjalani hubungan yang baik dengan Nick. Ia berusaha membuka hatinya untuk menerima kebaikan pria itu. Ia juga sudah mulai mencoba membuka benteng kepercayaannya untuk Nick.

How It EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang