Ariana POV
"Hei Sweetie!"
Justin. Gue tersenyum dalam diam.
"Oh, hai Justin! What's up?"
"I was wondering... how about hang out today? I'm really bored. Maybe we have to discuss that duet,"
"Ugh, lo bilang lo mau mulai nulis lagu itu berbulan-bulan yang lalu, dan lo baru ngajak gue diskusiin duetnya sekarang? How nice, Biebs,"
Gue dapat mendengar kekehan dari suaranya.
"Sorry, okay? I'll be there in 10 minutes. Bye Ari!"
Gue hanya tertawa kecil.
***
"Kita sampai!"seru Justin sambil mematikan mesin mobilnya. Dia keluar dan berlari-lari kecil untuk membuka pintu mobil. Such a gentleman."Thank you, Sir."kataku tersenyum manis.
"My pleasure,"kata Justin. Kami pun memasukki cafe ini berdampingan. Gue melihat ada paparazzi yang bersembunyi di semak-semak.
"And here it comes, the paparazzi,"kata gue melirik paparazzi tersebut.
"Just ignore them, sweetie."
Alert. Why he keep calling me sweetie?! Blushed.
"Apa seorang Justin Bieber membuat pipi Ariana Grande memerah?"kata Justin terkekeh mengejekku. Gue mukul pelan bahunya. Kita pun duduk di sebuah meja dekat jendela.
Justin pun memesan dua gelas cappucino untuk kami, dan kemudian handphone-ku berdering.
Jai is calling...
What? Decline.
"Kenapa ngga diangkat?"tanya Justin.
"Huft... stupid Jai,"kata gue memutar bola mata gue.
"Lo putus sama dia ngga baik-baik ya?"tanya Justin polos.
"Mana ada putus dengan kata 'baik-baik'? Kalo baik-baik, ngga mungkin putus."kata gue termenung.
Kita terhanyut dalam pikiran masing-masing untuk beberapa menit kemudian Justin menarik lenganku, dan otomatis menarikku untuk duduk disebelahnya.
"You have to tell me everything."kata Justin menatap kedua mataku. Damn, that hazel eyes.
"It's fine, Justin."
"No. You have to tell me about this,"kata Justin menunjuk lenganku yang agak membiru. Gue terdiam.
"Ari..."
"Dia mukul gue. Dia membuat gue merasa ngga berguna. Gue bahkan gatau alasannya. Dia nuduh gue selingkuh, padahal yang selingkuh itu dia. I don't understand..."kata gue menunduk mengusap lengan gue.
"Lo ngga perlu cerita semuanya kalo lo ngga mau, Ri..."kata Justin menarik gue ke pelukannya. Deg. Butterflies?
Lalu, Justin berusaha membuat gue tertawa dengan berbagai cara. This boy know how to treat a lady.
Then... handphone Justin pun berdering. Tanda SMS masuk. Justin pun membacanya dan...
"Ari, I have to go. I think Selena need me now. So... lo ngga apa-apa gue tinggal sendiri?"tanya Justin dengan tatapan bersalah.
"Oh... It's okay, Justin,"kata gue tersenyum tipis.
"Gue bakal hubungin Kenny buat nganter lo, okay? Cappucinonya udah gue bayar kok,"kata Justin tersenyum. Gue mengangguk.
"Bye, sweetie!"kata Justin mengusap kepalaku lalu keluar dari kafe ini.
Dissapointed.
Wait, what? Gue ngga suka sama dia kan?
Then why I don't like him talking about Selena?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
FanfictionSemua orang tahu Ariana Grande - gadis manis dengan suara yang begitu indah. Semua orang pun mengetahui Justin Bieber - pria tampan dengan suara yang merdu. Bagaimana jika Ariana terjebak dalam pesona Justin, sedangkan Justin sendiri masih terjebak...