Epilog

4.2K 276 9
                                    

2 years later...

Ariana POV

Gue mengalihkan pandangan gue ke jam tangan untuk kesekian kalinya. Jarum pada jam tangan gue menunjukkan jam 6 sore. Gue hanya bisa menghembuskan nafas perlahan. Dimana Justin?!

Gue mengusap layar iPhone gue dan menelepon Justin. Gue menggigit jari kuku gue, tidak sabar menunggu Justin mengangkat panggilan telepon Justin.

Gue mengutuk iPhone gue saat gue mendengar suara wanita yang mengatakan nomor yang gue tuju tidak aktif. Fine! Gue ngga tahan dengan kebosanan ini.

Hari ini seharusnya gue fitting wedding dress. DAN, Justin seharusnya udah menemani gue disini dari 3 jam yang lalu. Tapi apa? Justin ngeselin! Lihat aja nanti, gue bakalan abaikan dia sampai hari pernikahan kita.

Gue bangkit berdiri dari cafe ini dan berjalan keluar. Gue tersenyum tipis kepada pelayan yang berada di dekat pintu. Gue memilih buat berjalan ke rumah gue dengan mood yang benar-benar buruk.

"Hey beautiful,"ujar seseorang dari belakang gue. Gue langsung melompat dan berteriak. Who the hell is that?!

"What the hell Justin!"umpat gue dan memukul Justin dengan tas kecil gue.

Justin hanya tertawa dan melindungi dirinya dengan kedua tangannya. Gue menatap Justin tajam dan berjalan meninggalkan Justin.

"Ngambek ya?"ujar Justin yang membuat gue pengen menerjunkan dia ke jurang saat ini juga. Udah tahu kalau gue pasti ngambek, malah masih nanya!

"Tau."ujar gue mempercepat langkah gue tanpa mempedulikan Justin.

"Jangan marah dong, Ri,"ujar Justin merangkul gue.

"Ih, lepasin tangannya!"seru gue menurunkan tangan Justin dari bahu gue tapi ngga berhasil.

"Maaf, Ari,"ujar Justin. Gue masih menolak untuk menatap wajah Justin. Tiba-tiba gue merasa tubuh gue diangkat, dan tentu saja gue langsung berteriak. Justin menggendong gue bridal style.

"Justin! Turunin Ari!"seru gue memeluk Justin erat karena gue takut Justin tiba-tiba jatuhin gue.

"Ngga mau,"ujar Justin. Kami pun sampai di mobil Justin yang terparkir manis di depan cafe tempat gue menunggu Justin tadi.

Justin pun membuka pintu dan memasukkan gue ke dalam mobil dengan paksa. Dengan. Paksa. Justin pun dengan cepat lari ke kursi pengemudi.

"I'm sorry, Ari,"ujar Justin menatap gue dengan tatapan menyesal. Gue menatap Justin datar.

"Scooter tadi manggil aku buat ngurusin beberapa data dan konsep buat tour aku selanjutnya. Dia nyuruh aku buat nyelesaiin itu semua hari ini."jelas Justin masih menatap mata gue dalam.

"Kamu buat aku nunggu 3 jam, kamu bahkan ngga ngehubungin aku sama sekali,"ujar gue pelan sambil menundukkan wajah gue.

Oh God, gue pengen nangis. Gue dari dulu selalu membayangkan pernikahan yang sempurna. Setiap detailnya sempurna. Justin menggenggam tangan gue.

"I'm free tommorow. Besok kita persiapkan semua hal buat pernikahan kita. Setelah itu, kita lakuin semua hal yang kamu mau,"ujar Justin mengangkat wajah gue dan menunjukkan senyum lebarnya.

"Janji?"

"Janji."

Justin mencium kening gue dan mengacak-acak rambut gue.

***

"And now, you may kiss the bride,"ujar Pendeta.

Justin tersenyum dan meraih wajah gue. Justin mencium gue sekilas, namun benar-benar berarti bagi gue. Tepuk tangan pun memenuhi gereja ini. Gue dan Justin pun tersenyum bahagia. Justin memeluk pinggang gue dengan erat.

"I love you, Justin Bieber."

"I love you too, Ariana Bieber."

"You and me, got a whole lot of history. So don't let it go, we can make some more, we can live forever." -History (One Direction)

T H E E N D

The FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang