Prilly pov
Bahagia? Pasti. Mempunyai keluarga yang luar biasa hebat mendukungku dalam hal apapun dan suami yang selalu ada untukku dan calon anak kami. dan sekarang kebahagiaanku bertambah dengan mendapatkan gelar s1. Setelah 3bulan sibuk merampungkan skripsi yang sempat terpotong karna kondisi kehamilanku, akhirnya sekarang aku bisa diwisuda. Sedangkan Ali sudah di wisuda 2 bulan yang lalu. Kuhampiri suami dan keluaraku yang menunggu di lobby hotel setelah aku berfoto dengan teman-temanku, Walaupun hanya aku yang berfoto dengan perut yang mulai membuncit.
"Selamat ya sayang" mama memelukku dan memberi selamat. Begitu juga papa dan kedua mertuaku. Aku beralih menghampiri suamiku yang tersenyum dan merentangkan kedua tangannya menyambutku untuk memeluknya.
"Happy graduate sayaaang.." aku mengangguk dalam pelukannya
"Makasih ya udah selalu ada disamping aku dan bantu aku selama ini. Padahal kamu juga sama sibuknya sama skripsi dan kerjaan kamu" Ali mengelus pipiku lembut
"Udah tugas aku sayang"
"Yaudah yuk kita pulang, mesra-mesraannya lanjut dirumah aja" ucap mama menyadarkan kami yang masih berpelukan. Aku malu karna ternyata banyak yang memperhatikan kami berdua.
"Padahal tadi meluk kamu gak leluasa sayang, terhalang sama perut kamu" bisiknya dan kami terkikik bersamaan. Yah, usia kandunganku sekarang menginjak 7bulan, 2 bulan lagi akan hadir malaikat kecil yang akan melengkapi keluarga kecil kami. Tak sabar aku menanti kehadirannya.
Tiba dirumah, aku memijit kaki ku yang terasa pegal. Semenjak hamil aku gampang sekali lelah dan pegal dan itu yang membuat Ali menjadi siaga. Dia selalu memijitku bila aku merasa lelah dan pegal hingga aku tertidur pulas.
"Pegal sayang? Sini aku pijitin" seperti biasa, langsung memijit kakiku yang pegal tanpa ku minta. Dia memijit kakiku pelan. Tapi aku merasa gelenyar aneh saat dia memijit kaki sampai pahaku. Akhir-akhir ini memang gairahku sangat tinggi tak bisa tersentuh sedikit langsung bikin aku merinding. Aku memejamkan mata dan mengigit bibir bawahku menahan gairah. Saat membuka mata, kulihat Ali menyeringai menatapku. Sepertinya dia tau aku sedang menahan gairahku.
"Mau kekamar sayang?" Godanya membuatku tersipu.
"Ah, wajah meronamu membuatku semakin ingin menerkammu" ucapnya yang lalu menggendongku menuju kamar.
Ali membaringkanku di kasur, lalu merangkak naik keatas tubuhku dan menjadikan tangan kirinya sebagai tumpuan agar tak menindihku. Dikecupnya bibirku lembut, namun semakin lama ciumannya berubah menjadi lumatan lumatan kecil. Aku membuka mulutku memberikannya akses untuk menjelajahi rongga mulutku dengan lidahnnya. Tangannya yang menganggur kini mulai menggerayangi seluruh tubuhku..
"Mmmphh.. sshhh.." satu desahan berhasil lolos dari bibirku saat tangannya meremas payudara kiriku sedangkan bibirya menciumi leher. Aku tak tahu sejak kapan tubuh kami sudah poloa tanpa sehelai benangpun. Bibirnya mulai turun ke payudaraku, hembusan nafas hangatnya menerpa pucuk sensitifku yang sudah menegang. Aku meremas rambutnya dan menekan kepalanya membenamkannya untuk segera menghisapnya. Aku semakin mendesah kuat saat bibirnya mulai menghisap pucuknya secara bergantian. Aku sudah tak tahan untuk segera menyatukan tubuh. Mengerti dengan keinginanku, Ali memposisikan miliknya didepan milikku. Perlahan muali dimasukkannya kedalamku. Namun sebelum sepenuhnya masuk Ali mencium perut buncitku terlebih dahulu
"Papa izin masuk ya sayang, dan pastinya akan pelan agar tak menyakitimu" ucapnya meminta izin. Setelah mengecupnya, Ali langsung membenamkan miliknya secara penuh kedalam milikku. Aku mendesah nikmat saat Suamiku mulai memainkanku dengan tempo pelan. Namun semakin lama gerakannya semakin cepat pertanda dia akan mencapai puncak dan aku pun juga sudah mencapai klimaks terlebih dahulu disusul oleh Ali.
"Hhhhhhh.. yaang aku rela mengahamilimu setiap hari jika itu membuatmu selalu bergairah" ucapnya setelah ambruk disampingku. Apa dia bilang? Menghamiliku tiap hari?
"Kami kira aku ini kucing apa, yang gampang banget hamilnya? Mau kamu hamili tiap hari tapi kalu akunya belum hamil juga percuma"
"Namanya juga usaha" ucapnya tak mau kalah. Aku memutar bola mataku malas. Kalau soal ranjang dia selalu menang.
****
"Sakit li.. shhh" lirih Prilly menahan sakit diperutnya.
"Sabar ya sayang. Kamu kuat kan buat lahirin anak kita?" Ali menyemangati. Kini Prilly sudah berada di ruang persalinan. Perkiraan dokter Prilly akan melahirkan 1minggu lagi. Namun ternyata lebih cepat dari perkiraan. Tidak ada yang tahu kehendak Allah seperti apa.
"Kamu kuat sayang. Ini anak pertama kita" Prilly mengangguk lalu mulai mengikutin instruksi dokter.
Ruang persalinan yang tadinya terasa tegang dan hanya terdengar jeritan Prilly juga dokter yang menginstruksi kini semakin ramai dengan tangisan bayi laki laki yang tampan. Senyum bahagia terukir dari keduanya. Ali menghampiri anak pertamanya yang sedang digendonh suster.
"Mau di adzani dulu pak? Sebelum kami bersihkan" ucap suster menyerahkan bayinya pada Ali. Ali mengangguk lalu menggendong anaknya gugup. Ini pertama kalinya dia menggendong bayi yang baru lahir. Setelah mengadzani anaknya dan menyerahkannya pada suster untuk dibersihkan, Ali kembali menghampiri istrinya yang masih terbaring lemah. Dikecupnya kening Prilly lama.
"jagoan kita tampan sayang. Makasih ya, kamu udah berjuang untuk menghadirkan dia untuk keluarga kecil kita" Prilly tersenyum, mengelus pipi suaminya.
"Aku bahagia udah melahirkan buah cinta kita Li.."
"Iya sayang.. dan aku lebih bahagia lagi" Ali kembali mencium kening istrinya mengakhiri ucapannya.
"Cucu omaaaa mana?" Pekik mama Echi saat masuk ruang persalinan.
"Masih di bersihin ma" jawab Ali
"Gimana keadaan kamu sayang" tanya mama Ully
"Lebih baik ma. Bahagia bisa melahirkan putraku"
"Selamat ya sayang.. kalian sudah menjadi orangtua sekarang. Didik anak kalian dengan baik. Buat dia menjadi anak berbudi pekerti luhur, soleh, patuh terhadap orangtua" nasehat pak Adri
"Iya pa, pasti"
****
Setelah di pindah keruang perawatan, banya sanak saudara dan sahabat yang menjenguknya. Ully dan Echi sedang berebut menggendong cucunya, sedangkan Rizal dan Adri sedang asik bercengkrama di sofa yang berada didalam kamar rawat. Ali? Jangan di tanya, dia sedang bermesraan dengan istrinya.
Suara tangis juna mengalihkan perhatian semuanya. Sepertinya bayi itu lapar. Echi yang sedang menggendongnya langsung menyerahkan pada Prilly untuk diberi ASI secara perdana. Prilly meneteskan air matanya haru saat anaknya mulai menghisap nipple nya yang sudah mengeluarkan susu. Ada rasa bahagia sendiri ketika kita menyusui anak kita secara langsung.
"anak kalian mau di beri nama siapa?" Tanay pak Rizal
"Kalian sudah menyiapkan namanya belum?" Tanya Mama Echi
"Udah kok ma" jawab Ali "Aprillio sayrief" lanjut Ali lagi menyebutkan nama anaknya.
"Cucu ganteng panggilnya Lio ya sayang" ucap mama Ully menyentuh pipi cucunya yang sedang menyusui.
Kebahagiaan tak selamanya menghampiri. Adakalanya masalah menguji membuat sebuah keluarga menjadi kuat.
Terima kasih telah hadir dalam hidupku, menghadirkan cinta yang tak pernah aku duga sebelumnya. Memberiku kebahagiaan bersamamu dan anakku. Ali
Aku tak pernah menyangka cinta itu datang diluar dugaanku. Tapi aku bersyukur karna cintaku itu kamu. Prilly
_end_
Maaf endingnya gaje ya? Aku lagi stress honor belum turun. Hihi.. maaf banget jika tidak memuaskan..
Makasih yang udaj baca vote dan komen. Itu penyemangat buatku.
Berhubung endingnya gaje, ada yang mau extra partnya kalau ada aku bikinin. Kalau gak ya aku fokus ke pangeran impian aja deh.
Terimakasih semuanyaaa.. ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable love
Fanfictionketika kita harus menikah tanpa cinta, apalagi dengan seseorang yang tak pernah kita kenal. ketika cinta itu datang tanpa kita duga dan tanpa kita cegah..