SEMBILANBELAS

12.6K 661 3
                                    

Prilly mengerjap ngerjapkan matanya saat sinar matahari masuk kekamar menyilaukan matanya. Ia merenggangkan otot ototnya yang terasa pegal, namun pergerakannya terasa berat karna ada yang memeluknya dari belakang yang tak lain adalah Ali, suaminya. Prilly membalikkan badannya memandang wajah tampan suaminya yang masih terlelap.

"Kamu tuh nyebelin.. harusnya kamu ceritain soal masalalu kamu dari awal biar aku juga gak salah paham" ucap Prilly mencebikkan bibirnya walaupun tak bisa dilihat oleh suaminya. "Justru aku tau dan dapat penjelasan dari Wina bukan kamu" lanjutnya lagi mengingat kejadian sehabis shalat subuh tadi.

"Prill.." panggil Wina yang berpapasan dengan Prilly di pintu kamarnya. Prilly memalingkan wajahnya, menahan air mata yang siap keluar akibat sesak didadanya.

"Prill pliiss dengerin gue dulu" tahan Wina saat Prilly akan berlalu darinya. Prilly berbalik menatap sepupunya itu lalu tersenyum kecut
"Lo harus denger cerita sebenarnya dulu baru lo berasumsi sesuka lo"

"Oke kita ke gazebo belakang" jawab Prilly akhirnya.

"Gue minta maaf soal semalam. Sumpah gue gak ada maksud buat deketin Ali apalagi ganggu hubungan kalian berdua" Wina mulai menjelaskan dan Prilly hanya diam. Tatapan nya dia tujukan pada air kolam renang yang tenang.

Wina kembali mejelaskan soal hubungannya dengan Ali dimasalalu yang hanya teman dekat. Ali memang pernah menyatakan cinta pada Wina, tapi Wina menolak karna harus meneruskan pendidikannya di Aussie walaupun sebenarnya Wina juga mencintai Ali. Karna Wina tak ingin menjalani LDR, Ali memutuskan untuk menunggu Wina. Namun baru beberapa bulan terpisah Wina sudah memilih memacari Pria bule yang satu kampus dengannya dan itu membuat Ali sakit hati dan tak pernah mau mengenal Cinta lagi.

"Enghhhh..." Ali mulai menggeliat membuat Prilly tersadar dan kembali memejamkan matanya pura-pura tidur. Ali mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa berat. Setelah mata terbuka sempurna dan bisa menyesuaikan dengan sinar matahari pagi yang menyilaukan dia memandang istrinya yang masih terpejam. Dielusnya pipi istrinya lembut kemudian dikecupnya kening, mata, hidung, pipi, dan bibirnya.

"I love you sayang. Sampai kapanpun hanya kamu yang aku cinta dan hanya kamu yang ada dihati aku" lirih Ali sambil terus mengelus pipi istrinya. Kembali dia mencium bibir istrinya singkat sebelum akhirnya beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Hari ini harus kembali bekerja setelah beberapa hari tak bekerja karna harus menemani istrinya dirumah sakit.

Prilly membuka matanya, senyuman terukir dari wajah cantiknya. "Aku cinta sama kamu lebih sayang. Aku percaya kamu Li" Prilly bangun dari berbaringnya. Ia membuka lemari menyiapkan pakaian kerja suaminya lalu di simpan di tepi ranjang yang sudan ia rapikan sebelumnya. Setelahnya Prilly keluar menuju dapur yang ternyata sudah ada bi Umi dan mamanya untuk menyiapkan sarapan.

"Eh sayang.. kamu kok turun sih? Kamu kan harus bad a rest dulu Ly" ucap mama Ully yang melihat anakanya mengahampiri mereka yang sedang masak.

"Prilly bosen ma dikamar. Prilly kan mau nyiapin sarapan buat Ali. Kan aku udah bilang kalau semua keperluan buat suami Prilly sendiri yang siapin"

"Iya tapi kan kamu baru keluar dari rumah sakit sayang. Inget pesan dokter kamu jangan dulu banyak kegiatan dan gak boleh capek"

"Iya non biar bibi aja yang siapin"

"Gak apa2 ma, bi. Nyiapin keperluan suami gak berat kok. Kalau gak ada kegiatan sama sekali gak bagus malah"

"Yasudah, kamu emang susah dibilangin" pasrah mama Ully. Prilly terenyum senang lalu kembali berkutat menyiapkan sarapan untuk suaminya serta menyiapakan teh hangat untuk suaminya karna Ali yang tak suka kopi.

Unpredictable loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang