DELAPAN

14.6K 798 6
                                    

Prilly berlari kedalan rumah menuju kekamarnya. Saat di ruang tamu ia disambut sang mertua yang menatapnya bingung karna melihatnya berurai air mata

"Loh, prilly? Kamu nangis? Kenapa sayang?" Tanya mama echi khawatir lalu menghampiri menantu kesayangannya itu. Prilly segera menghapus air matanya

"Illy gak kenapa napa kok ma. Lg kurang enak badan aja" kilah prilly. Echi menatap tak percaya. Ia yakin menantunya sedang tidak baik2 saja. Apa karna ali menyakitinya? Kalau iya, ia harus memberi pelajaran pada anak bungsunya itu.

"Yakin? Kamu sakit kok bilang gk knpa2?"

"Iya ma gpp kok, illy masuk kamar dulu ya mau istirahat aja"

"Yaudah, kamu istirahat gih" prilly mengangguk lalu berlalu menuju kamarnya.

Dalam mobil ali mengacak rambutnya frustasi. Ia membuat prilly menangis? ia menyakiti istrinya, itu yg ia sesalkan.
"Arrrrgghh... apa yg gue lakuin? Kenapa gue gak bisa nahan emosi gue?" Lirihnya penuh sesal. Ali keluar dari mobil menyusul prilly kedalam rumah untuk meminta maaf. Masalahnya harus selesai saat ini juga ia tak mau berlarut2.

"Ali tunggu.." teriak mama echi menghentikan langkah ali yg hendak menyusul istrinya ke kamar

"Apa yg kamu lakukan sama prilly? Kalian ada masalah apa? Atau kamu nyakitin prilly iya?" Lanjut mama echi mengintimidasi anaknya

"Cuma salah paham aja ma. Gak ada apa2. Ali susulin prilly dulu ya ma"

"Yaudah cepat selesaikan masalah kalian, mama gk mau kalian ribut" ali hanya mengangguk lalu pergi menuju kamarnya.

Sampai didepan kamar, ali mencoba membuka pintu berharap tak di kunci. Dan sepertinya memang dewi fortuna berpihak padanya, pintu tak di kunci. Ia segera masuk menghampiri prilly yang duduk di tepi ranjak sambil tertunduk. Tubuhnya bergetar sudah dipastikan ia menangis. Ali merutuki dirinya sendiri yang telah menyakiti istrinya, melihatnya menangis seperti ini membuat hatinya tersayat. Ali berjongkok didepan istrinya mengambil tangan prilly untuk di genggamnya namun prilly berusaha untuk melepaskan genggaman itu.

"Maaf" lirih ali sambil tertunduk

"Aku yang minta maaf" balas prill

"Kamu gak salah aku yg salah.. aku minta maaf udah berkata kasar sama kamu, maafin aku karna gk bisa ngontrol emosi aku yg akhirnya nyakitin kamu" ucap ali menatap istrinya penuh sesal

"Aku yg harusnya minta maaf, aku yg salah. Aku gak bisa jaga kehormatan aku sebagai istri. Aku gk bi.." ucapan prilly terpotong karna ali yg segera memeluknya

" Ssttt... kamu gak salah apa2. Bahkan kamu terlalu baik untuk menjadi istri aku. Aku yg berlebihan aku yg terlalu cemburu hingga tal bisa menahan emosi." Ucap ali sambil terus memeluk erat prilly

Prilly pov

"Aku yg harusnya minta maaf, aku yg salah. Aku gak bisa jaga kehormatan aku sebagai istri. Aku gk bi.." ucapanku terpotong karna ali yg tiba2 memelukku. Aku diam karna shok akan aksinya yg tiba2 namun aku juga merasa nyaman dengan pelukannya.

"Ssttt... kamu gak salah apa2. Bahkan kamu terlalu baik untuk menjadi istri aku. Aku yg berlebihan aku yg terlalu cemburu hingga tal bisa menahan emosi." Ucap ali yg masih memelukku erat. Apa dia bilang? Teralalu cemburu? Dia cemburu? Apakah aku tak salah mendengarnya? Ali cemburu padaku? Aku mendongak menatapnya yg juga menatapku. Hening.. ia masih terus menatapku sendu ada tatapan bersalah disana. Namun makin lama ali makin mendekatkan wajahnya padaku semakin dekat. Hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya yg menerpa wajahku dan aku merasakan sesuatu yg kenyal dan lembab menyentuh bibirku. Ali menciumku? For the first time! Aku merasa jantungku turun seketika. Ali semakin menekan bibirnya di bibirku, aku hanya diam tak membalas ataupun menolak. Dan kini ia tak hanya menempelkan bibirnya tapi mulai melumat bibirku lembut aku semakin terbang dibuatnya dan tak berapa lama ia melepaskan ciumannya. Kecewa? Ya itu yg kurasakan? Tapi kenapa, apa aku menikmati ciuman ini? Oh bukan hanya menikmati tapi sangat. Ali menempelkan keningnya di keningku menatapku lembut dan ibu jarinya mengelus bibirku yg basah karnanya.

"Aku cinta sama kamu. Sangat mencintai kamu dan aku takut kehilangan kamu" ucapnya yg berhasil membuat jantung semakin kencang berlari. Oh tuhan.. jantungku akan benar2 merosot mendengar ungkapannya.
"Makanya aku gak bisa nahan diri aku karna terlalu cemburu melihatmu di genggam laki2 lain. Aku gak rela jika ada pria lain yg menyentuhmu" lanjutnya lagi. "Aku juga mencintai kamu li.. sangat." Ingin rasanya aku meneriakkan itu padanya namun kenapa rasanya lidahku kelu. Aku takut jika ungkapannya itu hanya sesaat hanya karna rasa bersalahnya padaku.

"Aku gak maksa kamu buat balas perasaan aku. Tapi yg aku minta jangan pernah tinggalin aku, ttp sama2 aku. Aku akan buat kamu mencintai aku" aku tatap matanya mencari kebohongan didalamnya namun yg kutemukan justru ketulusan dan tatapan cintanya.

"Aa..aku.. aku.."

"Kamu gk perlu jwab sekarang jika ka.." ucapnya terpotong olehku

"Kamu gk perlu nunggu aku dan kamu gak perlu buat aku untuk mencitai kamu" aku menghela nafas sejenak sblm melanjutkan ucapanku. Kulihat ia menatapku bingung sekaligus sedih

"Karna aku.. aku juga cinta sama kamu" ucapku akhirnya. Dia tersenyum lantas memelukku erat menghujani kepalaku dengan kecupannya. Lalu melepas pelukannya dan menangku wajahku.
"Makasiih.. aku gak bisa janjiin kamu apapun tapi aku bakal berusaha buat gak nyakitin kamu, aku bakal bahagiain kamu sebisa aku." Aku mengangguk kembali memeluknya

****

Hari pertama setelah ungkapan cinta kami berdua, aku dan ali semakin dekat dan mesra. Ali yg memang sangat jail tak henti2 nya menggodaku hingga membuatku merona.

"Sayaaangg.." panggilnya padaku. Sayang?

"Iya li"

"Kok gitu sih jawabnya?" Ucapnya membuatku bingung

"Terus aku harus jawab apa?"

"Ya jawab, iya sayang, iya baby, atau iya honey, romantis dikit kek manggilnya kan td aku panggil kamu sayang" ucapnya membuatku terkekeh. Aduuhh kenapa dia jd manja seperti ini?

"Iya sayang"

"Gitu dong.. kita buatin pesenan mama sama papa yuk!!"

"Pesenan mama papa? Apa?" Ucapku tak mengerti

"Masa kamu gak tau sih yaang?" Aku menggeleng.

"Itu loh yg kemarin di bahas di meja makan?" Ucapnya yg semakin membuatku tak mengerti?

"Apaan sih li? Aku gak tau"

"Yaampun yaang. CUCU!" Ucpanya menekan kata cucu. Sontak membuat pipiku terasa panas. Pasti merona deh

"Ehh.. itu ya?" Kataku gugup

"Heem.." ali menaik turunkan alisnya

"Itu.. ehh.. aku" gimana caranya bilang ya? Ini memang kewajibanku dan sudah menjadi haknya juga tp Aku gk mungkin melakukan itu sekarang.

"Hahaha... udah sih itu pipi gak perlu merona gitu bkin aku makin gemes deh.." ucapnya mecubit kedua pipiku

"Ihhh ali... sakiiit"

"Aku gak bakal maksa kamu kalau belum siap" ucapnya sambil tersenyum dan mengelus pipiku yg tadi di cubitnya. Aku jd merasa bersalah.

"Bukannya belum siap, tp aku gak mungkin lakuin itu sekarang dan beberapa hari kedepan" kataku dan ali mengerutkan keningnya pertanda bingung dengan ucapanku
"Aku lagi haid honey, maaf ya" lanjutku lagi menjawab kebingungannya. Dia tersenyum

"Gpp sayang..aku ngerti kok. Berati nanti boleh ya. Dan mulai sekarang kamu siapin tenaga aja karna aku gk bakal berhenti jika sudah mulai" godanya lagi dan pasti pipiku sudah sangat merona

"Apaan sih kamu" aku memukul pelan lengannya

"Hahaha... " tawanya menggelegar. Puas dia menggodaku terus dan membuatku merona

"Yaang.. baju ku mana?" Panggilnya menyadarkan lamunanku

"Eh iya.. maaf ya aku lupa, sebentar aku siapin dulu" aku mengambilkan kemeja polos berwarna hijau tosca untuknya serta dasi berwarna senada serta jas hitam untuknya kerja hari ini. Aku membantunya mengancingkan kemeja serta memasang dasi. Setelahnya aku memasangkan jas untuknya. Selesai, kami turun untuk saparan bersama yg lainnya.

Unpredictable loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang