PART 19

16.2K 1.2K 87
                                    

1K VOTES! Makasih yaaaa ^^
Yuhuuu~
Typo bertebaran~

"Selamat pagi Pak Justin..." sapa Bu Erny ramah ketika berjalan mendekati sosok pria yang berdiri tegap.

Mereka berjabat tangan kemudian, Bu Erny mempersilahkan pria paruh baya itu duduk di sebelah Yura. Pria yang dipanggil Justin itu menatap Lynn tajam sejak masuk ke ruangan itu. Lynn sendiri membalas tatapan pria yang tidak lain adalah ayahnya sendiri dengan tatapan yang tidak tidak bisa diartikan.

Mendadak suasana menjadi tegang. Ada dinding yang tak kasat mata namun kentara jelas di antara kedua orang berbeda generasi itu. Bu Mita berdehem, sebelum mulai mengajukan pertanyaannya kembali.

"Siapa pria dalam foto itu?" tanya Bu Mita lembut.

Lynn diam. Kedua matanya terfokus pada sosok Ayahnya yang memandangnya dengan sorot kekecewaan dan menghakimi.

"Lynn, jika kamu tidak mengatakan yang sebenarnya, pihak sekolah akan salah paham dengan foto tersebut. Kami bisa memiliki pandangan negatif kepadamu karena foto itu!" ucap Bu Erny mengingatkan.

Lynn menutup bibirnya rapat. Percuma mengatakan kebenarannya, Yura akan mudah memutar balikkan fakta seperti yang dilakukannya dua tahun lalu. Senyum sinis di bibir Yura membuat Lynn mengerti jika gadis itu telah menyiapkan sandiwaranya dengan baik.

"Cowok di foto itu adalah Ethan." Kedua guru itu kompak memandang Yura yang menyebutkan sebuah nama yang sudah tidak asing lagi.

"Saya tahu karena saya saksi matanya, Lynn menggoda Ethan untuk melakukan hal yang tidak senonoh itu kemarin sore."

"Benar apa kata Yura?" tanya Bu Erny saat pandangannya kembali lagi pada Lynn.

Kesal karena gadis itu tidak juga menjawab, Bu Mita memanggil Ethan lewat announcer agar segera datang ke ruang BK. Tak sampai lima menit, sosok Ethan yang wajahnya masih lebam mucul di balik pintu.

"Duduk!" perintah Bu Erny dingin.

Ethan menurut, duduk di kursi terjauh dari Lynn, Yura, ataupun kedua guru itu. Cowok itu tampak enggan dan tidak nyaman berada di ruang BK.

"Jelaskan tentang foto itu!" suruh Bu Mita tanpa basa-basi.

"Kemarin, saat saya akan pulang sekolah, saya melihat Lynn di Kelas. Sebagai Kakak kelas yang baik, saya menyapa dia dong Bu! Eh, Lynn malah menggoda iman saya. Saya kan cowok normal yang..."

"Cukup!" sentak Justin tiba-tiba.

Ethan langsung menutup mulutnya, tidak melanjutkan cerita bualannya yang telah dikarangnya bersama Yura semalam. Nada otoriter dan wajah tegas berwibawa Ayah kandung Lynn itu membuat nyalinya ciut tidak bersisa. Yura segera memanfaatkan peluang ini untuk memanasi keadaan.

"Gue sudah bilang ke lo Lynn, berhenti menggoda cowok dengan tubuh lo! Tapi, kenapa lo nggak pernah dengerin gue? Karena Ethan adalah pentolan Sekolah, lo ingin dia jadi milik lo?!" kata Yura seolah-olah dia menyanyangkan tindakan bejat saudara tirinya itu.

"Apa benar semua yang dikatakan Ethan barusan?" tanya Bu Erny.

Lynn masih saja mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Menulikan indera pendengarannya dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kedua gurunya itu. Bahkan, gadis itu sama sekali tidak berusaha untuk menyangkal ucapan Ethan.

Muak melihat Lynn yang sama sekali tidak mau bersuara, Justin turut angkat bicara. Suara baritonnya terdengar datar namun, menyimpan amarah di dalamnya.

"Bicara atau berdiri di kursi itu!"

Bu Mita, Bu Erny, dan Ethan yang tidak mengetahui maksud Ayah Lynn mengernyit bingung. Senyum puas terukir di bibir Yura. Membayangkan suara pekikan dan tangisan yang berupa permohonan sangat menyenangkan.

I'm Not A Troublemaker #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang