Yuhuuu~
Masih ada orang? Kelihatannya pembaca saya bakal turun drastis. Gpp. Makasih ya yang udah follow saya.Siapin tissue buat bab ini. Semoga tulisan saya bisa buat kalian nangis. Amin.
"Pa! Ini nggak adil! Yura yang akan menjadi penerus, bukan Lynn!" Emosi Yura meluap membuat dirinya lepas kontrol. "Yura yang selalu menurut semua perintah Papa!" tambahnya.
"Apakah kau tidak memiliki sopan santun? Turunkan suaramu dan bicara baik-baik!" tegas Justin.
Bukannya melunak, Yura makin hilang kendali. Ditariknya rambut Lynn ke belakang hingga gadis itu terjengkang. Justin berdiri dari tempat duduknya hendak bertindak tapi, Maurer terlebih dahulu memisahkan mereka. Tepatnya menjauhkan Yura dari Lynn. Yura yang menyerang, bukan Lynn. Seperti biasa, Lynn selalu mengalah. Tidak pernah membalas perbuatan Yura meski tahu dirinya bisa melakukan.
"YURA!" bentak Justin yang ikut hilang kesabaran.
"Sekarang Papa bentak Yura," desis Yura saat menggelengkan kepala dan menatap Ayah kandungnya tidak percaya, "kenapa? Kenapa Yura? Salah jika Yura menyakiti Lynn? Salah jika Yura membenci Lynn? Salah? SALAH?!"
"Yura. Berhenti berteriak! Lo terlihat kacau!" ucap Lynn. Yura melayangkan tatapan emosinya kembali pada Lynn.
"Lo!" Yura menunjuk Lynn dengan telunjuknya. Dia berjalan pelan ke arah Lynn, Justin menahan Maurer yang akan memisahkan mereka. Pria paruh baya itu menggeleng pelan.
"Kenapa lo harus muncul lagi? Kenapa lo nggak tinggal di Jepang aja? Kenapa lo selalu rebut yang gue punya?!" Yura menatap Lynn marah.
"Yura...," panggil Verla pelan.
Yura tidak mengacuhkan panggilan Ibunya, jaraknya dengan Lynn makin dekat. Lynn tidak bergeming dari tempatnya. Fokusnya berada pada Yura. Mengawasi setiap gerak-gerik gadis itu tapi, tidak berniat memberikan ancaman balik kepadanya.
"Lo selalu berpura-pura baik! Sok ngalah sama gue! Kenapa? Supaya dunia tahu jika lo cewek lemah dan gue cewek jahat? Supaya mereka mengasihani diri lo yang rapuh itu?" Yura kembali meluapkan emosinya. Tidak ada yang menjawab bahkan Justin sekalipun. Lynn menatap Yura balik tanpa emosi.
"Apa lo nggak pernah marah sama Papa? Apa lo nggak pernah marah sama Mama gue? Apa lo nggak pernah marah sama gue? Apa lo nggak pernah benci kami?" tanya Yura dengan menekankan kata 'benci', "bohong kalau lo nggak pernah! Lo muna! Lo selalu diam atas semua perlakuan gue! Lo pikir gue nggak tahu seberapa bencinya lo pada kami?" Lynn masih membungkam mulutnya rapat-rapat.
"JAWAB!" bentak Yura sambil mendorong bahu Lynn kasar, "ada Papa di sini! Ada Mama gue juga! Maurer? Mungkin dia bisa dihitung 'teman' yang akan menjadi saksi kebusukan lo!"
"Kenapa gue muncul lagi?" Lynn mengulang pertanyaan Yura. Tatapan mata mereka saling beradu. Yura yang dikuasai oleh amarah sangat kontras dengan Lynn yang terlihat kalem.
"Karena gue capek bersembunyi. Gue lelah mengakui kesalahan yang nggak pernah gue buat," Lynn memberi jeda sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "seingat gue, lo yang selalu rebut milik gue! Gue nggak pernah ngelakuin hal itu ke lo!"
Yura mendengus mendengar jawaban Lynn. Baik Justin maupun Verla tidak ingin menyela pembicaraan kedua anak mereka. Bukankah lelah jika hidup dengan saling memusuhi? Bicara dan saling memahami. Hal sederhana yang bisa menghilangkan rasa benci itu. Maurer kini paham mengapa Justin membiarkan anak mereka saling berhadapan di bawah pengawasan.
"Berpura-pura lemah?" ganti Lynn yang mendengus, "apa lo tahu betapa berat perjuangan gue supaya mereka semua nggak tahu seberapa mengenaskannya diri gue? Gue selalu mengatakan pada diri gue sendiri kalau gue akan baik-baik saja! Tanpa Mama gue akan bisa mandiri! Tanpa Papa gue bisa bela diri gue sendiri! Tapi apa?? Gue kesepian... gue sedih saat anak lain bisa makan bekal buatan Ibunya! Gue sedih ketika melihat anak lain bisa tertawa bersama Ayahnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...