Yuhuuu~
Part depan aja ya baru Maurer-Lynn mesra2nya. Hihi
Ada flashback Lynn kecil do bawah xD
Typo bertebaran
Tangannya bergetar. Mulutnya terbuka lebar dengan mata membelalak kaget. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika mendengar kalimat Lynn. Ibunya yang jatuh meluruh di lantai dengan tangis yang membanjiri wajahnya, makin membuat Yura bertanya-tanya. Isak tangis Lynn yang dapat didengarnya seolah mengatakan jika dia tidak sedang bermimpi.
Emosi yang kembali menguasai Yura tidak membiarkan Lynn menangis sendiri terlalu lama. Yura ganti mencengkram kaos Lynn. Disekanya air mata yang mengalir dari sudut matanya menggunakan punggung tangannya.
"Lo ngomong apa barusan? Lo fitnah kan? Mama nggak mungkin lakuin hal menjijikan itu!"
Lynn tidak langsung menjawab. Dia berusaha untuk meredakan tangisnya, Ini pertama kalinya Lynn mengeluarkan emosinya setelah sekian lama. Pertama kalinya setelah Ibunya meninggal Lynn menangis. Lelehan air matanya tak juga mengering meski mati-matian gadis berparas rupawan itu menahannya.
"Jawab! Lo bangsat brengsek!!" maki Yura kasar.
"I-tu benar. Yang dikatakan Lynn be-benar!"-- ucap Verla susah payah disela tangisnya-- "Mama yang menyebabkan Ibunya meninggal. Lily meninggal karena menyelamatkan kamu dan Mama!"
Tangan Yura terlapas dari kaos Lynn. Yura terpaku untuk kedua kalinya. Dia hanya bisa berdiri dengan memandangi ibunya yang menangis sesenggukan. Yura sibuk mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia salah mendengar. Apakah ibunya baru saja mengatakan jika Ibu Lynn meninggal karena menyelamatkan dirinya dan Ibunya? Orang yang paling dibencinya adalah penyelamat hidupnya?
"Bohong!" Yura menggeleng lemah.
Verla menggigit bibirnya sendiri. Menyeka air matanya dan menatap Yura menerawang. Wanita itu memberanikan diri menceritakan semuanya pada putri kandungnya. Memang salahnya membiarkan Yura berlarut-larut tidak mengetahui yang sebenarnya. Sejenak, Verla mengangkat wajahnya menatap Justin. Pria itu membantu Verla berdiri kemudian mengangguk.
Verla menelan ludah sebelum menceritakan semuanya. Tentang hal-hal yang tidak diketahui oleh Yura. "Seperti yang Mama bilang, dulu Mama adalah kekasih Papamu. Kami berpisah meski masih saling cinta. Di saat kami bertemu lagi malam itu, kami tidak sadar melakukan hubungan itu. Padahal Mama tahu jika dia telah memiliki Istri. Sebulan kemudian, Mama mengetahui jika Mama hamil.
"Lily, Ibu Lynn. Wanita yang sangat cantik. Mama yang merusak hubungan mereka. Mama memberitahukan jika Mama hamil! Lily kecewa, tapi menerima kita masuk ke dalam keluarga bahagianya. Kami hamil bersama-sama."
"Mengapa Mama menceritakan ini? Mama nggak salah! Tante Lily juga menerima kita di keluarga ini! Yura anak Papa! Tentu Yura berhak berada di sini! Dan jika Tante Lily meninggal karena kecelakaan, itu bukan salah Mama!" sentak Yura keras kepala.
Verla menundukan kepalanya dan menggeleng pelan. "Malam itu, Mama memutuskan pergi dengan membawa kamu yang tertidur. Mama tidak tahan karena orang-orang selalu memandang Mama hina. Memandang Mama sebagai penghancur Rumah Tangga mereka! Mama berlari keluar rumah meski Lily berteriak agar kita kembali. Saat itu hujan, Mama tidak perduli! Yang Mama tahu, Mama harus pergi dari tempat ini!"
Yura tak menyela. Tangannya mengepal. Wajahnya seakan mengatakan jika telah menebak kejadian selanjutnya.
"Jangan katakan!" lirih Lynn dengan nada memohon.
Mata Verla yang memerah menatapnya. Senyum di sudut bibirnya seolah mengatakan jika dirinya tidak pernah membenci anak tirinya itu. "Kamu benar-benar mirip Lily. Baik hati...."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...