Yuhuuu~
Masih ada yang menanti cerita ini?
Atau sudah pada mual?Lynn berjalan sedikit tertatih, luka pada betisnya telah mengering. Namun, sabetan-sabetan rotan itu masih terasa rasa sakitnya. Seseorang menyamahi langkahnya, Lynn menoleh sekilas. Hanya sebentar, gadis itu kembali meluruskan kepalanya tanpa menghiraukan kehadirannya. Kesal, orang itu menghadang langkah Lynn.
"Maurer, minggir!" sentak Lynn.
"Kaki lo masih sakit? Mau gue antar ke dokter? Butuh tumpangan? Lo mau apa?" Maurer memberondong Lynn dengan pertanyaan.
"Nggak sakit. Nggak mau. Nggak butuh. Mau gue lo minggir sekarang!" jawab Lynn berurutan bernada ketus.
Lynn mendorong bahu Maurer kesamping. Maurer mengangkap tangannya lalu menggenggamnya. Untungnya hari masih terlalu pagi, tidak banyak siswa yang sudah hadir di Sekolah. Sesekali terlihat OB yang membersihkan lantai. Tentu saja mereka tidak mengacuhkan keberadaan Maurer dan Lynn.
"Gue mau nagih hutang lo! Berkali-kali gue nolongin lo tapi, gue nggak dapat apa-apa. Harusnya kan lo tahu kalau di dunia ini nggak ada yang gratis."
Lynn memincingkan matanya sebal. Bukankah dirinya sudah pernah mengatakan jika tidak pernah menginginkan pertolongan laki-laki ini? Dia sendiri yang datang kemudian bertingkah bak super hero! Dan sekarang menginginkan bayaran? Ngajak berantem nih!
"Ogah! Mau bayaran apa lo? Bogem mentah?"
Maurer terkikik geli mendengar jawaban Lynn. Gadis itu memang unik. Hanya dengan melihat wajahnya saja sudah membuat harinya cerah. Lynn menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Maurer. Sentuhan cowok itu mampu membuat jantungnya konser lagu rock dadakan.
"Gue nggak suka yang kasar, gue suka yang halus. Seperti ini...," Maurer menunjuk bibirnya sendiri menggunakan jarinya.
Lynn yang kesal menginjak kaki Maurer tapi cowok itu menghindarinya. Lynn tidak menyerah. Gadis itu masih berusaha menginjak kaki Maurer, pokoknya harus sampai kena! Meurer yang terus menghindar dengan baik tersenyum senang sedangkan, bibir Lynn yang cemberut dengan kerutan kesal di dahinya merupakan bonus bagi Maurer sendiri.
"Gue bercanda," sekali lagi Maurer menangkap pergelangan tangan Lynn.
Gadis itu meronta minta dilepaskan tapi, Maurer tidak mau melepaskannya.
"Ikut gue ke taman bermain ya?" tawaran Maurer barusan membuat Lynn yang tadinya memberontak berubah menjadi lebih jinak.
"Taman bermain?" Lynn membeo. Kali ini dia berhenti meronta, bahkan meskipun cekalan tangan Maurer telah mengendur.
"Iya. Hari minggu gue jemput lo," Maurer tersenyum karena melihat mata Lynn yang berbinar.
Tawa Maurer membuat Lynn kembali tersadar, segera dibuat wajahnya tidak tertarik dengan ajakannya barusan. Lynn melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gue nggak mau!"
"Tapi di sana ada banyak permainan seru, gue denger ada hadiah boneka panda lucu yang bisa didapat dari lempar gelang," Maurer mulai menghasut.
"Boneka panda?" kembali Lynn membeo. Matanya yang berbinar kembali menyorot Maurer.
"Banyak penjual makanan juga di sana...," Maurer kembali melemparkan kailnya.
"Arum manis?" tanya Lynn yang sudah terpancing.
"Banyak!" jawab Maurer antusias.
"Tapi lo yang traktir ya...," seolah melupakan kekesalannya kepada Maurer selama ini, dengan entengnya gadis itu menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...