Bu Mita berjalan memasuki ruang kelas yang tertempel tulisan 'KARTINI' besar-besar di pintunya. Wajah bersahabat dengan senyum yang khas membuat seisi kelas menatapnya dengan senyum lega. Ada sedikit kekhawatiran kalau-kalau guru yang ditemui saat pertama masuk adalah guru ter-killer sepanjang masa.
"Selamat pagi...." sapanya lembut.
"Selamat pagi Bu...." jawab semua murid-murid serempak.
Sebenarnya tidak semua juga. Maurer dan Daryl hanya menatap guru itu datar sedangkan Bryan sibuk curi-curi pandang pada Kyra dan Rhea.
"Nama saya Bu Mita, atau bisa panggil Mita Sensei. Saya guru bahasa Jepang. Selamat datang di SMA Acantha. Mungkin banyak dari kalian yang sudah kenal karena berasal dari SMP yang sama. Tapi saya harap kalian dapat berbaur dan berteman dengan semua murid walaupun dulunya bukan berasal dari SMP Acantha." kata Bu Mita sembari meniti satu persatu wajah murid-muridnya.
"Oh iya, kalian yang ada di kelompok Kartini ini akan menjadi teman sekelas untuk setahun kedepan. Jadi berkenalanlah dengan baik pada saat MOS ini. Saya juga yang akan menjadi wali kelas kalian nantinya. Jadi, kalian harus baik-baik terhadap saya." candanya diiringi derai tawa seisi kelas.
Sepertinya mereka beruntung memiliki seorang wali kelas yang baik seperti Bu Mita. Acara selanjutnya adalah perkenalan sekolah lengkap dengan visi misinya tak lupa dengan sejarah berdirinya sekolah! Oh God!! Ini adalah hal paling membosankan dan mengenaskan di dunia.
Bagaimana bisa memaksa murid-murinya menatap layar LCD dengan presentasi dari wali kelas yang sangat menyita waktu. Bukan bermaksud kurang ajar, hanya saja mereka semua sudah membaca seluruhnya di halaman pertama map yang diterima pada saat mendaftar di sekolah ini. Apakah tidak cukup?
Akhirnya waktu yang menyesakan telah berakhir, kini waktunya kakak-kakak senior kece memasuki kelas dengan senyumnya yang lebar. Ada empat orang wakil di tiap-tiap kelompok.
"Hi, nama Gue Ben. Kalau ada yang mau ditanya langsung aja tanya Gue, jangan malu-malu." seorang cowok yang tingginya 180-an memperkenalkan dirinya dengan ramah.
"Gue Roy. Kakak kelas paling kece di sini," candanya dan dihadiahi sebuah gepukan keras di bahunya oleh Ben. Membuat seisi kelas tertawa terpingkal-pingkal. Kyra dan Rhea hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku kakak kelasnya itu.
"Gue Riona. Kalo ada yang sakit bilang ya... kalo ada Kakak yang bully harus lapor loh..." ganti Kak Riona, cewek berambut sebahu dengan lesung pipi yang terlihat jelas menambah manis wajahnya.
"Gue Manda. Kalo ada yang ngelanggar aturan siap-siap berhadapan sama gue!" kata Manda galak, sangat jauh dari kesan ramah seperti ketiga senior lain.
Kontan saja hampir seisi kelas menampakkan wajah tegang. Kelas mendadak hening dan terkesan suram. Terlihat wajah-wajah ketakutan di sana. Namun sekali lagi, bukan Rhea dan Kyra namanya kalau takut dengan ancaman dari orang lain. Mereka malah tersenyum mengejek. Manda yang tak sengaja melihat senyum kedua orang itu langsung memelototi mereka.
"Eh! Ngapain lo berdua ketawa liat gue?!" bentak Manda dengan galaknya sambil menatap wajah Rhea dan Kyra bergantian.
Yang ditatap malah tolah-toleh sok bingung seolah mencari seseorang yang dimaksud oleh Manda.
"Iya lo berdua. Cewek dari bangku nomor 2 dari belakang yang sekarang lagi berlagak bingung!" kata Manda geram.
Sadar dengan yang dimaksud adalah diri mereka sendiri, mereka malah mengernyitkan dahi dan saling berpandangan.
"Maju lo berdua!" suruhnya.
Kyra dan Rhea dengan langkah terpaksa maju di depan kelas dan berdiri tepat di samping Manda. Seisi kelas menikmati dua wajah yang terpampang indah dengan jelas. Bahkan kakak kelas mereka Ben, Roy, dan Riona ikut terpana melihat kecantikan mereka, lain halnya dengan Manda.
"Ngapain lo berdua ngetawain gue ha?!" bentak Manda lagi dengan berkacak pinggang.
Seisi kelas menatap wajah mereka berdua dengan iba. Manda memang terkenal sebagai kakak kelas yang suka menggencet adik kelasnya dan sialnya kelas mereka kebagian Manda sebagai pembina.
"Udalah Man. Kan uda janji gak ada gencet-gencetan," Riona berusaha memperingati Manda yang juga teman seangkatannya.
"Tuh anak dua mukanya songong banget! Berani mereka ngetawain gue!" sungut Manda tanpa memperdulikan protes Riona.
"GR banget lo!" ucap Kyra yang sedari tadi diam menatap Manda dengan kesal.
"Whatt??!" teriak Manda dengan shock.
Rhea tertawa keras tanpa memperdulikan teman-teman sekelasnya yang sudah berwajah ketakutan sekaligus kaget mendengar jawaban Kyra. Jangan ditanya lagi dengan geng Maurer, awalnya mereka juga tercengang tapi sedetik kemudian mereka cengar-cengir melihat aksi dua cewek aneh tapi cantik ini.
"Diem lo!" bentak Manda pada Rhea.
Yang dibentak bukannya diam dan ketakutan malah tertawa makin keras."Sudah-sudah. Nanti MOS-nya nggak kelar-kelar, kalian berdua boleh duduk." ucap Ben menengahi.
Manda yang hendak membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu langsung dibekap erat oleh Riona. Rhea masih dengan tawa lebarnya walau tak mengeluarkan suara membuat Kyra menatapnya keki.
"Stress lo!" runtuk Kyra kesal sembari berjalan ke bangku yang di duduki tadi.
Rhea masih terlihat berusaha menahan tawanya sambil memegang perutnya yang terasa sakit karena banyak tertawa pagi ini. Seisi kelas menatap mereka berdua dengan takjub. Bryan menyunggingkan senyumnya pada Kyra yang telah duduk kembali di bangkunya tanpa menggubris senyuman itu. Ganti Rhea yang diberi sebuah senyuman maut dari Bryan. Rhea yang masih saja tertawa lebar itu juga memilih tak memperdulikan Bryan.
Setelah kejadian itu MOS berjalan seperti biasa, kakak-kakak kelas menjelaskan aturan-aturan dan hukuman yang harus dilakukan jika tidak menaati aturan yang diberikannya. Tanda tangan panitia minimal yang harus didapatkan adalah 35 dan guru-guru sebanyak 30. Ck! Males banget! Sebelumnya mereka malah harus melewati tantangan yang walaupun tidak berat tapi memalukan! Contoh menyanyi lagu 'potong bebek angsa' sambil menari ala bebek. Ada juga yang menyuruh menyanyikan lagu dangdut lengkap dengan goyangannya.
"Katanya sekolah mahal! Apaan nih, aturan MOS-nya biasa dan nggak banget!" sungut Kyra yang kini telah duduk di Kantin sekolahan tanpa ada seorangpun yang berjualan.
MOS kali ini mewajibkan membawa makanan dan minuman dari rumah. Tidak ada acara beli-belian!
"Ya udalah... kapan lagi kita dikerjain kayak gini?" sahut Rhea pasrah.
"Lo kenapa sih. Tumben-tumbenan lo ngeluh? Gue bener-bener surprise banget waktu Lo jawab Manda di depan kelas gitu. Biasanya Lo kan anggep angin lalu orang-orang rese kayak Manda. Tapi Lo malah jutekin dia balik. Sumpah ngakak gue!" Rhea kembali berbicara tersendat-sendat karena menertawakan wajah kesal Kyra.
"Berisik lo!" Sungutnya sambil berlalu dari hadapan sahabatnya yang menyebalkan tingkat dewa satu ini.
Rhea segera mengekorinya dan masih tertawa pelan tepat di samping Kyra. Mereka bersdua tak sengaja menoleh lapangan yang kini tengah ramai-ramainya. Banyak siswa-siswi pengikut MOS berkumpul membentuk setengah lingkaran.
Maurer dan geng-nya sedang beradu pandang dengan salah seorang kakak kelas laki-laki yang menghujaminya dengan tatapan tajam. Dengan sangat tertarik Rhea menyeret Kyra untuk menonton adegan tersebut, berharap akan ada aksi gebuk-gebukan gitu. Aneh memang manusia satu ini. Sangat senang bila melihat ada aksi laga live yang tayang. Sedangkan Kyra menuruti langkah sahabatnya dengan ogah-ogahan.
◆◇◆◇◆
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Troublemaker #1
Fiksi UmumTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...