Part ● 10

9.5K 748 2
                                    

"And if our hands should meet in another dream, we shall build another tower in the sky"

__Khalil gibran__

Genre #Werewolf#NotHuman#Fantasy

❤Happy reading❤

Terimakasih...terimakasih bagi yang sudah menunggu lanjutannya cerita misa-chan♥ hehe...berasa penulis beneran *(huwahaha..narcis..
.
.
Ohh sebelumnya misa cuma mau konfirmasi ajah...kalau story ini mungkin sedikit berbeda dengan story fantasi werewolf yang lain baik dari istilah-istilah ataupun karakternya.. semua murni fantasi misa sendiri jadi jalan cerita suka-suka misa-chan yaaa...:-)
Yahhh gak lama-lama deehh...

.
.
.
.
.

Malam kedua sebelum memasuki malam bulan penuh, para anggota kawanan tampak disibukkan dengan berbagai persiapan untuk upacara yang nantinya akan dilakukan. Malam dimana Elliana berakhir perang dingin dengan Damian adalah terakhir kali keduanya berada diruangan yang sama. Sejak itu tak sekalipun Ian mengunjunginya. Hanya saat malam ketika dirinya merasa kantuk yang luar biasa, Elliana samar merasakan kehangatan yang melingkupi badannya. Berat badan yang beberapa malam terakhir begitu familiar dalam ingatannya. Tapi begitu ia terjaga semua itu seolah terasa seperti mimpi. Karena sepanjang hari dalam kamar itu hanya ada dirinya. Tak ada tanda-tanda keberadaan lelaki itu.

***
Disebuah ruangan yang sempit dan pengap, terasa udara begitu lembab dan menusuk hidung. Disekitarnya hanya ada kegelapan, bukan jenis tempat yang nyaman untuk ditinggali. Tempat itu lebih mirip dikatakan sebagai penjara bawah tanah, selain karna hanya ada undakan kecil beralas matras yang cukup menampung seorang saja. Disisi lainnya terdapat rantai-rantai baja yang tergeletak menancap kokoh dikedua sisi dinding. Dan disanalah terlihat siluet seseorang dengan rantai yang melilit dikedua tangan hingga mencapai pergelangan kakinya. Darinya menguar aura gelap yang begitu pekat, menambah sesak tempat sempit itu. Beberapa langkah didepannya berdiri seseorang yang tengah melipat kedua tangan didepan dadanya. Wajahnya menampakkan seringai. Tak jauh dari tempatnya, tepat didepan pintu besi yang terbuka ada seorang lagi yang dengan waspada mengamati situasi.

"Haruskah aku mengatakan senang bertemu denganmu lagi? Atau apa?" Tanya lelaki tersebut.

Sejenak keadaan masih senyap. Tampaknya orang yang diajaknya bicara sama sekali tak berniat untuk menanggapinya. Bagus pikir lelaki tersebut. Artinya orang ini cukup mengerti posisinya untuk tidak mendebat. Akan tetapi saat ini yang dia butuhkan adalah jawaban. Karena orang didepannya ini bisa saja menjadi ancaman, selain karena tindakannya yang mampu menyusup sejauh ini dalam kawanan. Barisan perlindungan diluar packnya begitu rapat, terlebih ketika dia membawa matenya dalam teritorinya. Penjagaan sengaja ia lipat gandakan karena tak menutup kemungkinan jika para lintah itu akan menyerang secara tiba-tiba. Dan selama ini damian tak sedikitpun meragukan para warrior dalam kawanannya. Mereka terdiri dari kumpulan were terlatih dan setara dengan para master vampire. Sangat kecil kemungkinan jika pertahanan yang selama ini tak dapat ditembus oleh siapapun dapat dikecoh oleh seekor lintah yang bahkan postur badannya hanya setengah dari seorang anggota warriornya.

Hal ini cukup menjadi perhitungan yang tak bisa diabaikan terlebih jika penghisap darah satu ini adalah seorang wanita. Ku ulangi sekali lagi seorang wanita, yang mampu menyusup sejauh itu tanpa diketahui oleh para penjaganya. Meski pada akhirnya sang beta menyadari bahwa ada penyusup yang memasuki wilayahnya dan kemudian menangkapnya, tetapi lagi-lagi Damian harus kagum dengan kemampuan wanita ini. Kali ini tak ada lagi nada ejekan ataupun mencemooh, yang ada hanya suara berat dengan ketegasan serta aura intimidasi yang menguar dari lelaki alpha tersebut.

"Sekali lagi kutanya padamu women, bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" Kedua iris gelap Damian menyorot tajam pada sepasang manik mata hijau zamrud yang berkilat milik wanita yang tertawan didepannya.

The Alpha PurebloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang