Part ● 7

10K 847 4
                                    

"You see but your shadow when you turn you back to the sun"

__Khalil Gibran__

Genre #Werewolf#NotHuman#Fantasy

❤Happy reading❤

*****

Numpang promooo...aku punya cerita genre #RomanceAction #Nostra series.
Pokoknya kalau sempat diintip yaa..sapa tahu sukaa hehe...
Ooh..setelah ini mulai slow updet yaa...soalnya kesibukan didunia nyata nggak tanggung-tanggung. Siipp gakk usah panjang-panjang.

******

Ohio merupakan area perkebunan jauh dari jalan besar, jarak antara masing-masing rumah cukup jauh. Jalan-jalan disekitar masih dikelilingi dengan hutan dikanan kirinya.
Memang tempat yang paling cocok jika ingin menjauh dari keramaian sekaligus sebagai tempat bersembunyi.

Draco berada didepan sebagai penunjuk jalan yang mengarahkan Damian serta beberapa anggota kawanan menyusuri sampai kedalaman hutan dimana dari kejauhan terlihat sebuah kastil besar yang berdiri. Damian mengamati dengan cermat setiap keadaan disekitar kastil. Salah satu tangannya menopang pada sebuah pohon dengan pandangan yang tak beralih dari kastil tersebut.

Walaupun samar ia mendengar geraman-geraman dari arah belakangnya. Bukan dirinya tak menyadari bahwa sebuah aroma memabukkan terbawa angin berasa dari kastil itu. Bahkan beberapa anggota kawanannya memperlihatkan mata yang telah berubah memerah, menimbulkan kilatan-kilatan berbahaya. Sebelum mereka semakin kehilangan kendali damian membalikkan badan menghadap anggota kawanannya.

Geraman berat khas suara alpha ia tujukan pada serigala-serigalanya. Tak lama terdengar suara rintih kesakitan karena aura yang menguar dari sang alpha.
Entah kenapa ia merasa tak menyukai kalau ada orang lain yang begitu terpengaruh dengan aroma memabukkan ini. Sisi posesif dari serigalanya terasa dominan.

"Munduur.." perintahnya.
"Aku yang akan kesana"

Blaylock maju selangkah, meskipun ia ikut terpengaruh dengan aroma ini. Dia cukup mampu untuk mengendalikan responnya.

"Tapi alpha..."

Sebelum Blay meneruskan ucapanya. Damian telah mengangkat sebelah tangannya sebagi tanda bahwa ia tak ingin didebat.

"Kalian tak cukup kuat untuk mengendalikan diri pada aroma ini bukan. Jadi lebih baik kalian berada disini untuk mengawasi"

Damian berbalik untuk menatap penuh kewaspadaan pada kastil itu. Sebelum dirinya berubah menjadi sosok serigala besar berbulu hitam sepekat malam yang kemudian menerobos diantara pohon-pohon untuk menyelinap. Dia biarkan insting serigalanya mengambil alih. Ia cukup yakin jika mengikuti aroma lilac yang membuat dirinya ingin melolong keras ini, dia akan menemukan wanitanya.

Beruntung bahwa Damian adalah seorang alpha yang memiliki kemampuan untuk meredam esensinya. Jadi dia dapat menyelinap tanpa diketahui oleh makhluk-makhluk penghisap darah itu.

Damian Pov

Tanpa menurunkan kewaspadaan terhadap sekitar. Aku terus berjalan menyusuri tiap lorong yang tampak sepi ini dengan wujud serigala ku.
Seakan kesabaranku telah habis untuk dapat segera menemukan wanitaku. Merengkuhnya dalam pelukan dan menghirup aroma memabukkan yang menguar dari tubuh indahnya. Sejak pertemuan pertama seminggu yang lalu, aku masih terus mengingat aroma memabukkan yang cukup untuk menghilangkan kendali diriku.

Saat itu Black meraung-raung dalam benakku untuk mengambil alih tubuhku dan segera menandai wanitanya. Mengingat bagaimana reaksi para kawanan terhadap aroma Elle_ aah menyebut namanya saja sudah membuat tubuhku bergetar meminta kepuasan. Aku harus segera menyelubunginya dengan bau ku sebagai peringatan dan juga menyatakan bahwa ia adalah milikku, serta memperingatkan para pejantan lain untuk menjauhinya. Karena dapat dipastikan, bila ada lelaki lain yang terlihat menginginkan milikku. Aku tak akan berpikir dua kali untuk mencabut jantung dan mengeyahkan nya dari dunia ini.

Aku adalah seorang alpha, tingkat keposesifan ku berbeda dengan serigala biasa. Black tak ingin berbagi apapun dengan yang lain, terlebih jika menyangkut dengan pasangannya. Sampai neraka beku pun hal itu tak akan pernah terjadi. Diujung lorong yang akan kulewati terdapat sebuah pintu besar yang berukiran indah. Bukan karena keindahan ukiran yang ada dipintu yang membuatku tertarik, tetapi aroma lilac tercium cukup kuat dari sana. Setelah memastikan keadaan sekeliling. Aku merubah wujud serigalaku kembali pada wujud manusia. Dengan perlahan kubuka daun pintu itu hingga terbuka kemudian menutupnya kembali tanpa bersuara.

Saat membalikkan badan, mataku langsung tertuju pada pemandangan paling indah yang pernah kulihat. Tepat beberapa langkah didepanku, terdapat sebuah ranjang besar dengan penyangga yang dililit kain-kain teransparan yang menjalin dengan indah sebagai bingkai, terhampar jatuh hingga lantai.

Bukan!!
Tentu saja bukan semua itu yang kumaksud. Tetapi seorang bidadari yang terlelap diatas ranjang itu yang menjadi fokus mataku. Rambut hitam panjangnya terhampar diatas bantal beledu. Wajahnya yang rupawan semakin terlihat menggiurkan dengan bias sinar bulan yang menembus melalui celah-celah jendela besar disisi kirinya. Seakan tubuhku memiliki pemikirannya sendiri, kini aku telah berada dihadapannya. Kurendahkan tubuhku untuk dapat dengan leluasa menghirup aroma memabukkan yang menguar dari tubuh indah berbalut gaun putih yang tak mampu menutupi setiap lekukan tubuhnya.

Black menggeram mencoba untuk menguasai, kemudian fokus mataku tertuju pada bibir tipis berwarna merah yang tampak seperti buah cerry siap untuk kunikmati. Dengan perlahan semakin kurendahkan tubuhku hingga wajahku sejajar dengan wajahnya. Sebelum kusesap rasa manis dari bibir mungilnya yang selalu menggoda. Dapat kurasakan tubuh wanitaku menegang pada posisinya. Namun hal itu tak cukup untuk menghentikan aksiku, justru kutekan bibirku semakin dalam pada permukaan bibirnya. Mereguk rasa manis yang semakin mengacaukan akalku. Menikmati sepuasnya kelembutan dari bibir mungil itu, tanpa melewatkan seinci pun dari bagian-bagian yang mulai sekarang akan menjadi candu ku.

Elliana Pov

Saat kuras diriku tengah terbuai dalam mimpi. Kurasakan tatapan yang begitu intens seolah menelanjangi tubuhku. Membuat badanku bergidik mendamba. Semakin lama tatapan itu terasa makin nyata. Seolah memang dia berada tepat didepanku, hingga beberapa waktu kemudian kurasakan sesuatu yang hangat dan lembut menekan bibirku. Seakan tersadar kubuka kedua mataku,dan tubuhku terasa terpaku. Tepat didepan wajahku, kini dapat kulihat dengan sangat jelas. Bentuk wajah yang selalu membayangiku selama seminggu terakhir ini. Aku masih terpaku dengan pikiran ku ketika kurasakan dia semakin menekankan bibirnya pada bibirku. Menyesap permukaan bibirku dengan rakus seolah ini adalah makanan yang lezat. Lidahnya menjelajah dalam mulutku. Mengeksplorasi setiap inci tanpa terlewati sedikitpun. Otakku menyerukan untuk mendorong jauh tubuh besar yang kini telah setengah menindih tubuhku ini. Tetapi benakku mengatakan bahwa ini terasa benar. Tubuhku tak ingin berada jauh darinya. Segala keresahan yang kualami seminggu ini seakan lenyap tak bersisa. Namun sebuah kenyataan menghantam begitu tiba-tiba. Mengingatkan padaku dengan begitu kejam. Lelaki dihadapan ku ini adalah salah satu yang tak akan mungkin bisa ku miliki. Lelaki ini adalah seorang alpha dari ras were, musuh abadi para vampir. Hidup berdampingan dengan para were adalah hal yang mustahil untuk dilakukan.

Dengan kekuatan yang ku miliki, ku dorong badan besar itu untuk menjauh. Sebagai reaksinya terdengar geraman tak suka dengan apa yang baru saja kulakukan. Dalam benakku pun aku merasa cukup kehilangan saat kehangatan tubuh besar itu menjauh.

"Cara mia...apa yang kau lakukan" geramnya penuh peringatan. Seketika tubuhku sedikit gemetar merasakan sensasi kekuatan bagai bara api yang berasal dari tubuhnya. Bola mata hitam itu berkilat berbahaya. Gaun tidur tipis yang kukenakan pun tak mampu mengurangi rasa panas yang menyapu sekujur tubuhku. Membuatku merasa resah dan ingin rasanya merobeknya agar mengurangi rasa panas.

"Pergilah dari sini" ucapku dengan segala ketegasan yang coba aku kumpulkan.

Tak butuh waktu lama menunggu reaksinya, rahang yang tampak kokoh itu terlihat mengeras. Bahkan sekilas dapat kulihat taring yang memanjang dari mulutnya yang sedikit terbuka. Bola matanya semakin menggelap.

"Tentu saja...dengan membawamu bersamaku pastinya"

Setelahnya perubahan tekanan udara yang semakin membuatku melemas, perlahan merenggut kesadaranku. Dan terakhir kali kurasakan tubuhku seolah melayang sebelum kegelapan menelanku.

****
Hufh...lumayan panjang juga nihh..mesti peras keringat buat nyelesaiin part yang ini.
Jangan lupa kasih vote + coment nya yaaa....
Ditunggu looooohhhhh...
Beneran ditunggu inii...
Next part bakalan cepet dipublise tapi tunggu respon dari pembaca juga...
Masalahnya aku juga lagi mood sm cerita baru ku yang lain...

Arigatou..

The Alpha PurebloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang