If this chapter turns out to be suck, blame the boredom, Bitches💋
------------------------------------------------------------------------------------------------Aku mencoba mendengarkan apapun yang 4 pria itu katakan pada satu sama lain setelah aku berganti pakaian, namun sayangnya tidak ada satu pembicaraan pun terdengar dengan jelas, mereka memang berbicara dengan bahasa Inggris dan tanpa kode, tapi tetap saja aku tidak bisa mendengar atau mengerti ke mana pembicaraan mereka mengarah. Tapi aku mendengar pria yang lain memanggil pria asing ku dengan panggilan Alex. Dia tidak terlihat seperti seorang Alex di mata ku, dia terlalu... Kasar, untuk jadi seorang Alex. Aku berhenti mendengarkan saat aku mendengar langkah kaki mendekat, dengan sigap memasang EarPods ku di telinga, berpura-pura aku sedang mendengarkan dan menikmati musik ku sedari tadi kalau sampai ia mendatangi kamar ku
"Chloe!" EarPods ku di tarik dari telinga ku dengan kasar
"Apa?!" Balas ku membentak, aku sungguh benar-benar menikmati musik ku!
"Apa yang kau lakukan?" Ia menarik iPod dari tangan ku
"Mendengarkan musik. Kenapa? Aku tidak boleh mendengarkan musik juga?" Tantang ku menyipitkan mata
"Aku sedari tadi memanggil mu" balasnya kembali berdiri "waktunya makan malam" lanjutnya melempar iPod ku ke kasur
"Aku tidak akan memakan makanan siap saji" ucap ku berpura-pura bersikap manja
"Makanan siap saji tidak sehat" ucapnya datar "kau punya waktu 2 menit untuk keluar sebelum aku menyeret mu"
"Kenapa kau selalu mengancam ku?" Tanya ku berdiri dari lantai
"Karena itu satu-satunya cara kau akan mendengarkan ku" balasnya berbalik meninggalkan kamar ku
"Well, kalau kau bersikap lebih baik pada ku, mungkin aku akan mulai mendengarkan mu!" balas ku mengikutinya di belakang
"Well, kalau kau tidak bersikap begitu keras kepala, mungkin aku tidak harus mengancam mu setiap saat" Balasnya mengikuti ku
"Berhenti mengejek ku" aku merasa seperti anak kecil yang mengambek
"Berhenti bersikap menyebalkan" balasnya datar lalu menari kursi "duduk"
"Tidak!" Tolak ku tegas
"Fine, terserah kau. Tak usah makan, tak usah duduk, lakukan sesuai yang kau mau" lalu perut ku berkhianat dengan memberikan signal kekosongannya, tapi pria itu tidak mengatakan apapun, ia hanya meninggalkan ku menuju dapur kecil dan minimalis di pojok ruangan "aku berpikir mungkin kita bisa berbicara, tapi sepertinya kau lebih memilih kesendirian, fine, tidak usah makan, lebih banyak untuk ku" ucapnya menaruh satu pyrex lagsana yang tercium sangat lezat "kembali lah ke kamar mu, kenapa masih berdiri disana?" Ia menatap ku tanpa ekspresi. Mengakui kekalahan ku, aku bergerak menuju kursi yang sudah ditariknya untuk ku sebelumnya
"Aku lapar" ucap ku menyatakan yang sudah jelas "aku belum makan, secara teknis, sejak kemarin" aku tidak tahu mengapa aku memberitahunya itu, aku tidak perlu kasihanan darinya. Tanpa bicara, ia meletakkan potongan lagsana di piring ku baru selanjutnya ke piringnya "aku tidak terbiasa dengan kesunyian di meja makan" ucap ku memancing pembicaraan
"Kau sebaiknya menyesuaikan diri, karena aku menyukai kesunyiannya" balasnya sebelum menyuap makanannya
"Tapi kau sebelumnya mengatakan kita bisa berbicara" ucap ku ingin terus mengisi kesunyian
"Kau sungguh mempercayai omong kosong seperti itu?" Ia meletakkan garpunya dan menatap ku
"Saat ini aku bisa mempercayai apapun" gumam ku menghela nafas
![](https://img.wattpad.com/cover/46694971-288-k350931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)
ChickLitOrang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hidup mereka sebuah tantangan. Namun orang-orang dengan hidup yang penuh tantangan pasti berharap untuk mendapatkan yang sebaliknya. Lalu...