Aku masih belum ingin pergi meninggalkan New York. Dua hari bersama Abigail dan aku masih belum merasa puas. Walaupun memang secara teknis aku selama ini mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat dalam waktu kurang dari satu tahun, aku masih merasa tidak ada yang bisa mengalahkan perasaan ku saat aku bersama Abigail, dan maksud ku adalah dalam cara yang sepenuhnya platonik dan menyenangkan, tidak dalam sisi romantis atau apapun yang sejenisnya. Tapi seperti selalu, Alexander datang dan menghancurkan apapun yang membuat ku senang. Dia harus memaksa ku kembali ke Washington dengan alasan dia memiliki kehidupan disana, begitu juga dengan diri ku, yang ku balas dengan aku tidak lagi memiliki kehidupan sejak ia sudah merampasnya dari ku, yang membuat dia marah dan berakhir menyeret ku di tengah bandara, literally.
Saat kita mendarat, pria bisu ada lagi disana, namun kali ini dia berbicara, walaupun tidak pada ku. Pria itu memiliki suara yang sangat berat yang bisa membuat mu merinding dan menganggap dirinya sebagai pembunuh berantai saat kau mendengarnya berbicara di telepon, di aslinya saja sudah cukup menyeramkan, apalagi saat aku menyadari lekukan tak normal di dalam jaketnya yang menunjukkan kalau ia membawa senjata untuk sebuah alasan, seperti Alexander membutuhkan penjagaan ketat saja..
Selama perjalanan kita kembali ke apartemen, Alexander tidak sekali pun mengajak ku berbicara sejak sesaat kita mendarat teleponnya sudah melekat di telinganya tanpa henti kecuali saat ia berbicara pada si pria bisu. Aku tidak mengerti apapun yang Alexander katakan sejak ia berbicara sangat cepat dan berapa darinya menggunakan kode. Aku curiga kalau Alexander itu bagian dari sesuatu yang ilegal. Maksud ku, dia meminjamkan uang sebesar yang ia pinjamkan pada orang tua ku.. Tidak ada yang meminjamkan uang sebesar itu kecuali kalau mereka adalah yang ilegal, bahkan bank pun tidak meminjamkan uang sebanyak itu, dan kalau iya, pasti sang peminjam menjamin sesuatu yang lebih sepadan dan bank tidak akan menerima seseorang sebagai jaminan, tidak seperti pria ini.. Aku sungguh berharap aku tahu nama belakangnya, mungkin aku bisa mencarinya di sekitar rumah nanti.
"Chloe, apa kau memiliki urusan diluar rumah?" Tanya Alexander mengejutkan ku
"Huh?" Aku menoleh "sepertinya tidak" balas ku bingung. Kenapa ia bertanya seperti itu pada ku?
"Bagus" ucapnya mengangguk
"Xander--"
"Sudah ku katakan jangan panggil aku itu" balasnya tajam
"Kenapa?" Tantang ku melupakan keinginan bertanya ku sebelumnya
"Aku hanya tidak menyukainya" balasnya datar "panggil aku Alex atau Alexander, tapi tidak Xander"
"Siapa nama belakang mu?" Tanya ku tanpa berpikir
"Itu harus kau cari tahu sendiri" balasnya kembali sibuk dengan HPnya
"Kenapa 1 bulan?" Lalu HPnya berdering, dia baru akan mengangkatnya saat aku entah menemukan keberanian dari mana mengambil HP tersebut langsung dari tangannya
"Kembalikan HP ku" ucapnya mengancam. Tanpa melihat siapa penelponya, aku mematikan ringernya
"Tidak sampai kau menjawab pertanyaan ku" balas ku menggeleng
"Pertanyaan apa Chloe?" Tanyanya tak sabaran
"Kenapa kau memberiku waktu satu bulan" ucap ku kembali mematikan ringer saat HP mulai kembali berdering
"Karena kau memiliki kelas 2 minggu kemudian" balasnya singkat "sekarang kembalikan HP ku, setiap detik telepon itu tak terjawab aku kehilangan sesuatu"
"Kelas apa?"
"Kau akan kuliah Chloe" balasnya pasrah "kau akan mulai minggu depan"
"Aku tidak daftar di universitas mana pun" balas ku menggeleng "dan aku tidak mendapat tawaran dari manapun"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)
ChickLitOrang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hidup mereka sebuah tantangan. Namun orang-orang dengan hidup yang penuh tantangan pasti berharap untuk mendapatkan yang sebaliknya. Lalu...