Sungguh aku merindukan Abigail, sungguh aneh rasanya aku berbohong padanya saat ia bertanya apa yang aku lakukan di New York, asal kau tahu, aku memberitahunya kalau kedatangan ku kemari karena aku ingin survei kampus.
Bersama Abigail selalu membuat mood ku lebih baik, aku tidak tahu bagaimana, tapi hal itu selalu terjadi. Walaupun ada sedikit saat agak menyebalkan karena seseorang mengambil sedikit kesenangan kita, tapi sepertinya dengan Abigail hal kecil itu akan cepat terlupakan.
Malam ini, adalah saat bebas ku sejak lama. Aku tidak pernah tertawa selantang ini, tidak bahkan saat dengan Ryan, hanya dengan Abigail. Saat club tidak lagi memberikan hal yang kami inginkan, kita keluar dan menemukan hal lain untuk di lakukan. Apa kau pernah mendengar "shootgun a beer"? Kalau kau sesudah pernah, maka itulah yang ku maksud. Kita sudah lama tidak melakukan ini, dan aku merasa sedikit tidak lagi semulus dulu, tapi begitu juga Abigail, yang mengejutkan ku sejak ia ada di sebuah universitas yang bisa mengadakan pesta setidaknya 1 kali setiap minggunya. Apa di sini ia mengubah citranya dan menujukkan kalau ia adalah gadis baik-baik yang hanya disini untuk belajar? Kemungkinan, Abigail memiliki wajah yang cukup polos yang bisa membantunya membuat citra itu.
Di pengunjung malam, Abigail mengantar ku kembali ke hotel dengan janji kita akan bertemu lagi besok setelah kelas terakhirnya berakhir.
"Sudah cukup bersenang-senang dengan teman mu?" Tanya Alexander sesaat aku masuk kamar hotel kita. Dia cukup baik saat ia merelakan kasur utama dan mengambil kasur ekstra yang dipesannya, jadi setidaknya aku harus bersikap baik padanya
"Yeah, bisa dibilang seperti itu" balas ku mengangkat bahu
"Kau dari mana?" Tanyanya berdiri menghampiri ku "aku sangat berbau alkohol"
"Aku seorang anak muda, duh" balas ku mengerlingkan mata
"Kau 19 tahun! Kau belum legal untuk itu" ucapnya bersedekap
"Apa ruginya untuk mu? Tidak seperti aku melakukan semua ini akan membuat mu terlibat masalah" balas ku ketus lalu langsung memasuki kamar mandi. Aku bisa mengambil baju ganti nanti setelah aku selesai mandi.
Aku sengaja mengambil waktu lebih lama di dalam kamar mandi, aku belum ingin keluar dan kembali bertemu dengan bajingan di luar. Tapi pada akhirnya, aku harus, aku tidak bisa terus tinggal dalam kamar mandi, itu tidak baik juga untuk ku, aku bisa masuk angin karena itu. Jadi akhirnya aku pun keluar dan menemukan semua lampu sudah di matikan kecuali 1 lampu di sisi kiri kasur ku.
Walaupun gelap, aku masih bisa melihat Alexander terlelap di kasurnya, dan untuk pertama kalinya, aku menyadari betapa manisnya pria itu tanpa sikap menyebalkannya. Bibirnya sedikit terbuka, nafasnya teratur, dia terlihat sangat polos, dia hampir terlihat seperti Levy, tapi bukan dalam cara kemiripan di wajah.
Sebelum aku membangunkannya dengan tatapan ku, aku pun berbalik dan mengambil baju. Hanya untuk jaga-jaga kalau Alexander tiba-tiba terbangun, aku membawa pakaian ku ke kamar mandi dan memakainya disana sebelum kembali keluar.
Alexander masih di kasurnya, hanya saja ia tidak terlihat senyaman tadi, aku rasa ia memiliki mimpi buruk, dan aku tidak bisa menahan rasa kasihan ku, tapi aku harus, dia tidak pernah melakukan hal apapun selain hal bajingan. Itu tidak benar.. Dia memberi mu kasur utama. Ugh, jangan bilang otak ku mulai lemah.
Aku sudah berjalan ke kasur ku saat tiba-tiba erangan lantang terdengar dan sesuatu di lempar dari belakang ku, dan aku langsung tahu apa yang terjadi
"Xander!" Dia masih tertidur, jadi ini mimpinya "kau akan di denda untuk m--" tapi sebelum aku selesai, dia mendorong ku dan aku yang tak seimbang terjatuh mengenai kepala ku, aku sangat beruntung aku tidak berdiri 2 cm ke kiri, kalau iya, kepala ku akan terantuk ke bingkai kasur hotel
"Oh, shit, fuck, Chloe!" Oh, dan sekarang dia telah bangun!
"Jangan sentuh aku" hardik ku melayangkan tangan ku keras. Dia cukup dekat untuk ku berhasil mengenai wajahnya, dan tangan ku sakit setelahnya, jadi aku cukup yakin Alexander merasakan sakit yang sama, tapi ia tidak mengatakan apapun "kenapa kau mendorong ku?" Tanya ku masih terdiam di lantai
"Kau tidak seharusnya mendatangi seseorang yang sedang tak sadar melakukan sesuatu" hanya itu yang ia katakan
"Ugh, aku akan memiliki benjolan di kepala ku karena mu" ucap ku kesal dan mencoba bangun, walaupun memang sakit, aku harus bangun dari lantai juga pada akhirnya "kau bisa setidaknya mengatakan kau meminta maaf"
"Aku meminta maaf" sungguh itu mengejutkan ku, dan aku cukup yakin keterkejutan itu terpampang jelas di wajah ku "aku bukan orang tak tahu diri, Chloe, saat aku tahu aku salah, aku meminta maaf"
"Kau melakukan banyak sekali kesalahan sejak kita pertama bertemu, tapi kau tak pernah meminta maaf sekali pun saat itu" balas ku bersedekap
"Itu karena aku tidak melakukan kesalahan apapun" balasnya berbalik kembali ke kasurnya.
Argh! Aku sungguh membencinya!
👻👻
Abigail menepati janjinya, dia menelpon ku dan mengatakan kalau kelas terakhirnya sudah selesai dan kita bisa bertemu di cafe tempat kita kemarin bertemu. Cafe itu tidak berada terlalu jauh dari hotel, jadi bukan sebuah masalah untuk ku, aku bisa berjalan kesana.
Aku tahu sebenarnya Alexander ingin membuat masalah, dia hampir saja melarang ku untuk pergi, tapi entah kenapa, ia mengurungkan niatnya dan hanya mengangguk saat aku mengatakan aku akan keluar dan kemungkinan pulang malam, sebenarnya sedikit aneh bagaimana sebelumnya ia selalu membuat segalanya rumit.
Setelah kita berbicara panjang tentang ini itu, kita akhirnya kehabisan topik untuk di bicarakan lagi, jadi untuk sesaat kita hanya diam dan menatap HP masing-masing, lalu Abigail tiba-tiba memecah hening
"Jadi kau ingin melihat kampus?" Tanya Abigail
"Itu juga boleh" aku mengangguk. Lebih baik dari pada diam saja.
Kita sedang di salah satu lorong kampus saat aku melihat pria kemarin. Abigail mungkin memang tidak ingin mengakuinya, tapi aku yakin pria itu, kalau aku ingat benar, dia memanggil pria itu Lyander, dan dirinya ada sesuatu, dan itu bukan kebencian yang ia tunjukkan kemarin. Aku rasa ia menyukainya, dan itu bekerja dua arah, satu-satunya masalah mereka adalah tidak ada seorang pun dari mereka mau mengakuinya. Apa ini pria bajingan ia ia katakan sebagai teman sekamarnya? Karena dia jelas sekali masuk ke deskripsi tak mendetail Abigail..
Kembali pada pria itu, dia melihat ku, ralat, dia menatap ku. Dia memiliki tatapan penuh pertanyaan disana, seperti ia sedang mencoba menebak siapa diri ku sebenarnya, seperti dia sedang mencoba menggali rahasia terdalam ku. Kenapa, aku juga tak tahu.
"Abbs, sepertinya aku sudah cukup melihat-lihat" ucap ku menahan Abigail, sungguh tatapannya membuat ku tak nyaman
"Tidak kah kau ingin melihat fakultas lain? Kau tidak ingin opsi lain selain art?" Tanya Abigail bingung
"Aku sudah cukup melihat" ucap ku mengangkat bahu
"Kau tak sabar ingin segera melewatkan hal membosankan ini dan langsung ke bagian yang mengenyangkan?" Tebak Abigail tak sama sekali curiga
"Tepat sekali" ucap ku tersenyum
"Okay, lets go" balas Abigail tertawa sambil menggeleng
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)
ChickLitOrang-orang dengan hidup yang mudah selalu berharap mendapatkan sesuatu yang lebih rumit untuk memberikan hidup mereka sebuah tantangan. Namun orang-orang dengan hidup yang penuh tantangan pasti berharap untuk mendapatkan yang sebaliknya. Lalu...