16. Sharp as Knives

1K 86 3
                                    

Kau tahu apa lagi yang aneh? Alexander tidak pernah meminta nomer telepon ku, tetapi ia bisa menghubungi ku. Tapi jujur, saat ia menelpon ku, aku tidak terkejut. Tentu saja ia akan mempunyai nomer ku tanpa harus ia minta langsung dari ku. Dia Alexander, kenapa harus ditanya lagi? Dia sangat resourceful.

Lalu saat aku tidak menjawab permintaannya untuk datang, dia benar-benar datang dan menjemput ku seperti yang dia katakan akan lakukan dalam SMS ancamannya. Memang ia tidak membuat ku malu di depan teman sekelas ku, tapi tetap saja, dia tidak berbicara omong kosong, menurut ku itu sama memalukannya. Aku seharusnya tahu dan tidak menentangnya tadi.

"Apa apa, Xander?" Tanya ku ketus setelah kita keluar dari jarak pendengaran teman sekelas ku

"Ayah mu dirumah sakit" ucapnya singkat sambil membukakan pintu mobil

"Apa kau serius?!" Aku bergerak lebih cepat "kenapa?"

"Ibu mu mengatakan serangan jantung ringan" balasnya setelah memasuki mobil

"Kalau begitu kita harus cepat!" Ucap ku menahan panik

"Kalau kau mendengarkan ku sejak 17 menit yang lalu, kita kemungkinan sudah sampai" gerutunya ketus

"Well, kau seharusnya memberitahu ku untuk apa" balas ku tak mau kalah

Untuk sisa perjalanan kita sunyi. Sungguh, aku tidak mengerti, kalau memang sesuatu terjadi dengan ayah ku, kenapa ibu ku tidak memberitahu ku secara langsung? Kenapa harus melalui Alexander? Apa dia tidak ingin menghubungi ku karena... Aku bahkan tidak bisa menemukan alasan apapun. Mungkin aku harus bertanya langsung nanti kepada ibu ku.

10 menit kemudian, kita berhenti di lahan parkir St. Mercy Hospital. Aku tanpa menunggu lagi, langsung melompat keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan

"Tenang, Chloe. Ibu mu mengatakan ayah mu sudah baikan" Alexander menarik bahu ku

"Kalau ia masih di rumah sakit, dia belum baikan" balas ku melanjutkan jalan ku, tetapi kembali ditarik

"Ayah mu masih di sini karena dia sedang dalam tahap observasi" balasnya, kali ini ia bergerak, membawa ku bersamanya "dia akan baik-baik saja" dan entah kenapa, aku mempercayainya.

Kita tidak berhenti di meja informasi untuk bertanya, Alexander langsung menggiring ku menuju lift dan menekan lantai 7, dan saat lift terbuka, bau antiseptik tercium pekat di udara. Sungguh aku membenci rumah sakit.

Kita berjalan melewati kamar-kamar sampai kita menemukan kamar no.7113 dan nama ayah ku berada di slot nama pasien. Tanpa mengetuk, Alexander membuka pintu kamar tersebut.

Aku melihat orang tua ku, mereka tidak mendengar kami masuk, aku melihat mereka sedang berbincang, di tangan ayah ku terdapat selang IV, tetapi ia tersenyum, setidaknya dia tidak terlalu parah.

"Papa" panggil ku mendekatinya

"Oh.. Chloe" ayah ku memang tersenyum, tapi bukan senyum cerahnya, senyumnya terlihat sedih "bagaimana kuliah mu?" Tanyanya melepas pelukannya

"Bagaimana kuliah ku? Bagaimana dengan mu, Papa?" Balas ku menahan air mata. Kau tidak tahu seberapa aku merindukan ayah ku

"Tidak ada yang serius" ucap ibu ku menepuk bahu ku

"Kenapa kau tidak menelpon ku, mama?" Tanya ku menatapnya kesal

"Aku tidak mengijikannya" ucap ayah ku membela ibu ku

"Tapi kau menghubungi Xander?" Tanya ku lagi pada ibu ku

"Aku harus memberitahu mu dengan suatu cara" ucap ibu ku terdengar lelah

The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang