We made a vow

5K 259 1
                                    

Aku dan mama masih betah berjalan-jalan di Mall ini. Padahal sudah 5 jam kami disini. Aku tak merasa lelah karena mama sedari tadi asyik mengajak aku bercerita dan berburu barang-barang yang menarik mata kami.

Sudah lama aku tidak pernah merasakan ini. Mommy meninggal ketika aku berumur 7 tahun. Tak banyak kenangan yang kami punya. Tapi aku tau mommy sangat menyayangiku. Mommy ku yang lembut tutur kata dan perilakunya. Ah, betapa aku merindukannya. Sekarang sudah ada mama yang akan menemaniku. Menemani hari yang aku lewati tanpa seorang ibu disisi ku.

"Kei, kamu cocok deh pakai ini. Ken pasti bakal makin cinta." Mama mengerling kepada ku.

Pipiku merona karena mama menyodorkan sehelai kain berwarna merah yang sangat tipis. Kalau tidak salah ini namanya lingerie. Dan oh lihatlah, pakaian ini terbuat dari jaring-jaring. Aku tidak yakin ini pantas disebut pakaian. Dan aku juga tidak yakin kalau benda itu mampu menutupi tubuhku.

"Engga deh, ma. Kei gak cocok pakai itu. Nanti masuk angin" Aku mencoba menolak secara halus, tidak ingin menyakiti hati mama yang sedari tadi sibuk memilihkan lingerie untukku.

"Justru kamu gak bakal kedinginan kalau pakai ini, Key. Tapi pakainya kalau ada Ken ya. Mama jamin deh kamu gak bakal kedinginan"  mama sepertinya tetap ngotot untuk membelikan lingerie itu untukku.

"Hmm, ya sudah. Kei nurut sama mama aja" Jawabku sambil tersenyum kecil.

Nanti aku bisa menyembunyikan benda itu di lemari. Jadi aku tidak perlu memakai ini dihadapan Kei. Urat malu ku pasti sudah hilang kalau aku sampai berani memakai ini.

"Halo"  mama menjawab handphone nya yang berdering.

"...."

"Iya ada disini. Kamu kesini aja, Ken."

"Ken tadi tanyain kamu. Katanya handphone kamu gak aktif, Kei. Dia mau jemput kesini." Mama berkata setelah mematikan sambungan teleponnya.

"Oh iya, mati ternyata, ma. Mungkin baterai nya habis, ma" Aku mengecek handphone dan ternyata mati. Tadi pagi aku lupa mengisi daya nya.

"Kita tunggu di resto sana aja, Kei. Mama lapar, dari tadi kita belum makan karena asyik keliling." Mama membawaku menuju restaurant yang menjual berbagai masakan nusantara.

Mama mengusulkan untuk duduk di dekat jendela agar Ken lebih mudah menemukan kami. Setelah pelayan mencatat pesanan kami, mama kembali bercerita tentang masa remaja Ken.

Ken remaja dulu sangat pendiam dan tidak mudah bergaul. Ken pindah ke Indonesia ketika ia berumur 10 tahun. Teman-teman di sekolah baru nya tidak ada yang mengerti bahasa Jepang.

Ken kesulitan untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Oleh karena itu ia memilih menyendiri. Hingga kemudian ada seorang murid pindahan di kelasnya. Murid ini ternyata bisa berbahasa Jepang. Dialah yang mengajari Ken bahasa indonesia. Bisa dibilang, dia satu-satunya teman Ken. Bahkan sampai sekarang.

Tapi sayangnya ketika lulus kuliah, temannya ini memilih pindah ke Brunei untuk mengurus perusahaan ayahnya disana. Jadi dia tidak bisa datang ketika pernikahan kami.

"Udah lama nunggu nya?" Ken duduk disampingku setelah mencium pipi mama.

"Engga, makanan nya juga baru datang. Kamu mau makan?"

Ken menggeleng. "Aku udah makan tadi sama klien sekalian meeting."

"Gimana kantor, Ken?"  Mama bertanya kepada Ken.

Ken dan mama tampak serius bercerita tentang perusahaan. Aku hanya diam mendengarkan. Mama dan Ken memerlukan waktu berdua. Semenjak kami menikah dan tinggal terpisah dari mama, mama pasti merindukan Ken yang dulu setiap hari bersamanya.

Sepertinya aku juga harus mengunjungi daddy. Sudah lama aku tidak menghabiskan waktu berdua saja dengan daddy.

****

Kami sampai di rumah jam 8 malam. Ken tampak sangat lelah. Mungkin hari ini pekerjaan nya sangat banyak.

"Aku siapin air hangat ya. Kamu mandi dulu baru istirahat. Biar pegalnya hilang."

Ken mengangguk. Aku menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat.

"Air hangatnya sudah siap. Kamu mandilah dulu."

Ken berjalan ke kamar mandi. Sepertinya Ken sangat lelah, dari tadi dia hanya diam. Entah apa yang sedang menganggu pikiran nya.

Aku mendongak ketika terdengar bunyi pintu kamar mandi yang terbuka. Ken menatapku sebentar lalu menuju lemari baju.

"Kamu mandi dulu. Nanti aku mau ngomong"

Aku mengangguk dan berjalan ke kamar mandi. Badan ku rasanya sudah lengket karena seharian mengitari Mall.

Ken menepuk kasur disebelahnya. Menyuruhku untuk duduk disana.

Aku terkejut karena Ken tiba-tiba memelukku. "Ada apa, Ken? Apa yang mau kamu bicarakan?"

Ken menghela napas "Aku hanya ingin kamu berjanji."

"Janji? Janji apa?" Aku mengernyit bingung.

"Janji untuk tetap bersama. Kita memulai ini memang bukan atas dasar cinta. Kita sama-sama ingin membahagiakan orang tua kita. Tapi aku ingin kita tetap bersama. Untuk kita dan orangtua kita."

Aku terdiam sejenak. "Baiklah" kataku akhirnya.

Ken tersenyum lalu mengelus kepala ku. "Tidurlah, kamu pasti lelah seharian mengitari Mall. Aku juga lelah"

****

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang