Author POV
Sudah seminggu berlalu semenjak kepergian Rein. Ken yang awalnya mencari-cari dimana keberadaan Rein akhirnya menyerah ketika surat gugatan perceraian dikirimkan oleh Rein kepadanya. Ini kedua kalinya ia di gugat cerai oleh istrinya. Ia tidak tau apa sebenarnya yang menjadi masalah. Apa sebenarnya alasan Rein ingin bercerai darinya.
Tidak ada perasaan terluka ketika ia menandatangani surat itu. Tidak ada perasaan sedih karena harus berpisah. Dia pun tidak mengerti. Entah mengapa ini terasa benar, walaupun ia masih bertanya-tanya ada masalah apa sehingga Rein memutuskan berpisah. Padahal dulu mereka mengaku saling cinta. Ken menjadi bertanya-tanya, apakah benar yang mereka rasakan adalah cinta? Atau hanya rasa kasih saying. Entahlah. Dia sudah tidak ingin memikirkan ini semua. Rasa bersalahnya pada Kei lah yang lebih sering muncul daripada rasa sedihnya akibat perceraian dengan Rein. Mungkin ini juga karena Rein yang meninggalkannya begitu saja. Mungkin egonya yang membuat ia menjadi tidak terluka. Mungkin.
Sementara itu, di tempat yang berbeda dengan Ken, Rein tampak memohon pada seorang pria. Rein memohon ingin dipertemukan dengan seseorang.
"Ayolah, Stef. Aku sudah menceritakan semuanya padamu. Aku dan Kei sama-sama korban dari si pengecut itu. Biarkan aku menemui Kei, menjelaskan semuanya. Karena sungguh, tidak enak menjadi orang ketiga di pernikahan seseorang. Walaupun aku tidak tau kalau aku adalah orang ketiga. Tapi aku benar-benar tidak enak pada Kei" bujuk Rein pada Stef.
Setelah beberapa kali meminta Stef untuk bertemu, baru kali ini Stef menyanggupi permintaan Rein. Rein tidak menceritakan tujuannya ketika mengajak Stef bertemu. Karena kalau dia menceritakannya, ia tidak yakin apakah Stef masih mau bertemu dengannya.
"Sudah aku bilang, Rein. Kei tidak pernah sedikitpun marah padamu. Dia sudah menerima ini. Aku tidak ingin masalalu nya kembali mengusiknya. Karena butuh waktu yang lumayan lama agar Kei bangkit kembali. Di saat yang dia kehilangan suaminya, pada saat itu dia juga harus kehilangan daddy nya. Aku tidak mau dia kembali terpuruk, Rein"
Rein terkesiap. Dia tidak mengetahui duka besar macam apa yang telah dilalui Kei. Perasaan bersalah yang dirasakan Rein menjadi lebih besar. Di saat ia bahagia bersama Ken, Kei justru malah sedang terpuruk karena kesedihan yang dialaminya.
"Stef aku mohon Stef, pertemukan aku dengan Kei. Aku tidak akan bisa tenang mengetahui bahwa selama ini Kei terpuruk sedangkan aku bahagia bersama suaminya. Ini gak adil untuk Kei. Tolong Stef. Kalau nanti Kei mengusirku, aku janji akan menjauhi kalian" Rein terus saja meminta pada Stef.
Stef menghela napasnya. "Baiklah, Rein"
Stef akhirnya menyetujui karena tidak tega melihat wajah Rein yang merana. Semua karena lelaki itu, Kei dan Rein menjadi menderita. Mereka berdua korban dari lelaki brengsek itu. Stef berjanji tidak akan memberitahukan sedikitpun informasi mengenai Kei pada lelaki itu. Sekalipun lelaki itu bersimpuh dihadapannya. Tidak akan dia biarkan lelaki itu mengganggu hidup Kei lagi.
****
Keesokan harinya Stef menjemput Rein di hotel tempatnya menginap. Stef berjanji mengajak Rein menemui Kei hari ini. Tadi ketika Stef pergi, Kei sedang menyirami tanaman dihalaman belakang. Hobby baru Kei adalah merawat tanaman-tanaman. Ini dilakukannya untuk menghindari stress dan perasaan sedih.
"Siap?" Tanya Stef pada Rein. Mereka sudah tiba di depan rumah Kei. Rein sedari tadi hanya duduk terdiam di mobil. Jari jemarinya saling bertautan, menandakan betapa gugupnya ia.
Rein mengangguk. Mencoba meyakinkan dirinya. Bagaimanapun Kei tetaplah korban yang paling tersakiti disni, walaupun Rein juga korban. Tetapi tetap saja ia merasa bersalah dan takut untuk bertemu Kei. Nyalinya seketika menciut.
Stef menggandeng tangan Rein ketika memasuki rumah. Stef menyadari kegugupan yang dirasakan Rein. Ia mencoba menenangkan Rein.
"Kei gak bakal gigit kamu kok, Rein" Stef mengerling pada Rein. Mencoba membuat suasana menjadi lebih santai.
Sontak saja Rein mencubit pinggang Stef. Dia kesal karena Stef mengajaknya bercanda disaat seperti ini. Walaupun dia juga berterima kasih karena kegugupannya mulai berkurang.
"Kei" panggil Stef pada Kei yang sedang duduk di bangku taman. Kei menoleh. Awalnya ia terdiam ketika melihat Rein yang berada disamping Stef. Namun kemudian Kei tersenyum lembut pada Rein.
"Rein, lama gak ketemu ya kita" sapanya pada Rein. Kei berdiri dari duduknya. Berjalan mendekati Stef dan Rein.
Rein membelalakkan matanya. "Kei, kamu hamil?" sontak saja ia bertanya ketika melihat perut Kei yang membesar.
Kei terdiam. Lalu tersenyum sambil mengelus perutnya. "Ia aku hamil, Rein" jawabnya.
Rein sungguh ingin bertanya apakah itu anak Ken. Namun ia tau, tidak sepantasnya ia bertanya seperti itu. Toh kedatangannya kesini untuk menjelaskan semuanya pada Kei dan berharap Kei memaafkannya.
"Aku tinggal kalian berdua dulu ya. Aku ada urusan di kantor" Stef menginterupsi. Sebenarnya ini hanya alasannya saja karena ia tidak ingin mengganggu pembicaraan Rein dan Kei. Biarlah mereka berbicara berdua, pembicaraan sesama wanita.
Setelah ditinggal Stef. Kei mengajak Rein untuk duduk di dalam rumah. Langit kelihatan mendung pagi itu.
"Kei..." Rein mencoba mendapatkan perhatian Kei. Karena sedari tadi Kei tampak termenung.
"Ya Rein?"
"Sebenarnya tujuanku kesini ingin menceritakan sesuatu. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui"
Kei mengernyit. "Apa itu, Rein?"
"Jadi begini Kei, sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu. Sungguh aku tidak mengetahui kalau ternyata Ken sudah menikah denganmu. Aku tidak tau kalau kalian adalah suami istri"
Kei tampak ingin menyela pembicaraan Rein. Namun Rein memberikan isyarat agar Kei mendengarkan penjelasan Rein terlebih dahulu. Kei akhirnya menurut.
"Hari itu, aku ada janji temu dengan klien di sebuah Café. Klien yang aku tunggu tiba-tiba berhalangan hadir. Diluar sedang hujan, mobilku di parkirkan jauh dari pintu Café. Jadi aku memutuskan untuk tetap berada di Café itu sampai hujan cukup reda. Saat itulah aku mendengar semua percakapan Ken dengan mamanya. Ken ternyata duduk di belakangku. Dia tidak mengetahui kalau aku mendengar pembicaraannya. Selama ini dia berkata kalau mamanya sedang berobat di Amerika makanya tidak bisa hadir di pernikahan kami. Berkali-kali aku mengajak Ken untuk menjenguk mamanya, tetapi dia selalu menolak dengan berbagai alasan. Barulah akhirny aku tau kalau ternyata Ken sudah menikah. Pernikahannya denganku tidak pernah diketahui oleh mamanya. Hari itu, dia menceritakan semua pada mamanya. Tentang perceraian kalian dan tentang pernikahannya denganku. Aku merasa marah karena dibohongi. Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah dan meminta pengacaraku untuk mengurus berkas perceraian kami. Aku ingin secepatnya bercerai dari laki-laki brengsek seperti dia. Besoknya aku memberanikan diri menemui mama Ken. Aku menceritakan semuanya. Aku meminta maaf karena sudah menghancurkan pernikahan kalian. Dan dari mama Ken lah aku tau kalau ternyata kamulah istri Ken. Makanya aku langsung mencari Stef, aku memintanya untuk mempertemukan aku dengan kamu. Karena sungguh aku merasa sangat bersalah padamu, Kei. Maafkan aku, Kei"
Rein terisak setelah menceritakan semuanya. Tak pernah sedikitpun dia bermimpi memiliki pernikahan yang rumit seperti ini. Dia hanya ingin bahagia bersama orang yang dicintainya tetapi ternyata dia malah terluka.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Rein. Semua bukan salah kamu. Mungkin memangsudah begini seharusnya. Tidak pernah sedikitpun aku membenci kamu. Aku sudah merelakan semua yang terjadi padaku. Begitupun kamu, Rein. Kamu harus merelakan ini semua. Supaya hidupmu tenang" Kei tersenyum lembut.
Dia pernah merasakan terpuruk seperti Rein. Merasakan sakitnya dibohongi. Menyimpan rasa marah terus menurus tidak akan membuat hidupnya tenang.
Dan hari ini, satu permasalahan pun selesai. Tidak ada yang mengganjal lagi di hati Rein.
****
Akhirnya bisa update lagi :D
Votmentnya jangan lupa ya ;) Buat yang comment di part sebelumnya maaf belum sempat aku balasin, tapi aku baca kok setiap komen kalian. Makasih ya :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Im not the only one
RomansaYou'll know if you read this story ;) Cover: @wallpaper_here