One day with you

4.7K 229 10
                                    

"Thanks, Stef. Hati-hati ya" Aku melambai pada Stef. Kami baru saja pulang setelah Stef mendapatkan jam yang diinginkan mamanya.

Aku melihat mobil Ken yang sudah terparkir di garasi. Tumben Ken pulang sore. Biasanya paling cepat Ken akan pulang pukul tujuh malam.

Aku mencari Ken ke kamar, tapi ternyata dia tidak berada disana. Aku pun menuju ruang kerjanya. Lagi-lagi tidak ada Ken disana.

"Bi, lihat Ken gak?" Tanyaku pada Bi Minah ketika kami berpapasan.

"Lagi duduk di taman belakang, non"

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Bi Minah, aku pun melangkah menuju taman belakang. Ken sedang duduk sambil menengadahkan kepalanya. Aku berjalan semakin dekat dengannya, terdengar helaan nafas Ken.

"Kamu udah pulang?" Tanyaku sembari memegang lembut pundaknya.

"Udah" Ken menoleh padaku. Lalu menyuruhku untuk duduk disampingnya.

Begitu aku duduk, Ken langsung menjatuhkan kepalanya ke bahuku. Aku pun mengusapnya perlahan. Mencoba memberikan dukungan.

"Kamu terlihat sangat lelah, Ken. Mau berendam dengan air hangat? Mungkin itu dapat sedikit menghilangkan rasa lelah mu"

Ken menggeleng. "Biarkan seperti ini saja, Kei. Aku ingin seperti ini"

Aku mengiyakan permintaan Ken. Terjadi hening yang cukup lama. Aku membiarkan Ken sibuk dengan pikirannya. Mungkin bukan saat yang tepat untuk memaksanya menceritakan segala masalahnya.

"Kei" Ken akhirnya bersuara setelah sekian lama.

"Iya, Ken"

"Kalau... hmmm" Ken terlihat ragu untuk mengatakannya

"Kalau kamu belum siap cerita, tak apa Ken. Jangan dipaksakan" Aku mengusap punggung tangannya.

"Kamu ingat kalau aku pernah memintamu untuk tetap bertahan disisiku? Mempertahankan rumah tangga kita?"

Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya.

"Kalau misalnya aku berbuat salah. Atau menyakiti hati kamu. Apa kamu akan tetap bertahan?"

Aku mengernyit bingung mendengar pertanyaannya. Kenapa dia menanyakan hal seperti ini.

"Kamu... kenapa bertanya seperti itu, Ken? Apa ada hal yang tidak ku ketahui?" Aku menatap matanya.

Ken menunduk. "Tidak ada, Kei. Tidak ada. Sudahlah, lebih baik kita ke kamar. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu sebelum aku pergi"

Entah kenapa perasaanku tidak enak. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi dan hal itu akan melukai aku. Mungkin hanya perasaanku saja. Jadi aku mencoba mengacuhkannya.

Sesampainya di kamar, Ken terus memelukku. Dia tidak mengizinkan aku melepaskan pelukannya. Bahkan untuk mengganti bajuku saja tidak diizinkan.

"Kei, kalau kamu dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Bagaimana cara kamu memilihnya?" Ken bertanya sambil tetap memelukku.

"Aku akan mengikuti kata hati kecilku. Karena aku apa yang kita inginkan terkadang bukan hal yang kita butuhkan. Jadi kita harus berhati-hati dalam memilih. Jangan sampai salah langkah. Karena bisa saja itu tidak hanya melukai diri sendiri, tapi juga mungkin orang lain, Ken"

Sepersekian detik aku merasakan tubuh Ken menegang. Lalu setelahnya dia kembali tenang. Aku jadi bertanya-tanya akan sikap Ken ini.

Aku mendengar suara dengkuran halus. Rupanya Ken sudah tertidur. Aku melepaskan pelukan Ken. Aku ingin mandi dan berganti baju.

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang