The End

7.2K 349 40
                                    

Ken tidak bisa langsung ke Bukittinggi malam itu. Tidak ada lagi tiket penerbangan yang tersedia. Akhirnya ia harus menunggu besok hari.  Ken mengambil penerbangan paling pagi. Dari Jakarta hanya ada penerbangan menuju Padang. baru setelah itu dari Padang dia menempuh jalur darat selama 2 jam untuk bisa sampai di Bukittinggi.

Setibanya di Bukittinggi Ken langsung menghubungi Stef menanyakan di Rumah Sakit mana Kei melahirkan. Setelah mengetahui dimana Kei berada, ia meminta supir taksi mengantarkan ke tempat yang dimaksud Stef.

Perjalanan menuju Rumah Sakit terasa lama bagi Ken. Dia gelisah. Ingin segera bertemu dengan Kei. Tapi dia juga tidak berani menemui Kei. Dia sudah begitu jahat pada Kei. Besar harapannya agar Kei dapat memaafkannya. Tapi ia tahu diri, apa yang dilakukannya pada Kei sudah keterlaluan. Dengan diberitahukan mengenai persalinan Kei ini saja dia sudah mengucap syukur berkali-kali. Akhirnya setelah pencariannya kesana kemari, hari ini dia bisa bertemu Kei lagi.

Detak jantung Ken berdebar dengan sangat cepat. Ia grogi memikirkan apa yang harus ia katakan nanti. Ini pertemuan pertamanya lagi dengan Kei setelah semua masalah ini. Ia tidak tahu harus bagaimana.

Sepanjang perjalanan Kei mencoba menyusun kata demi kata yang akan ia ucapkan ketika bertemu Kei. Pertama-tama dia akan meminta maaf, tidak peduli Kei memaafkannya atau tidak. Ia akan berusaha mendapatkan maaf dari Kei. Dia sudah bertekad untuk bisa bersatu kembali dengan Kei. Bukan hanya demi anak mereka, tapi karena dia sadar, dia begitu mencintai Kei. Hanya Kei yang ia inginkan untuk menemani sepanjang hidupnya kelak. Mungkin ini terkesan sangat egois, tapi Ken sangat ingin menebus segala kesalahan yang telah ia lakukan pada Kei.

Taksi memasuki pelataran Rumah Sakit, Ken bergegas membayar ongkos taksi lalu masuk kedalam. Tadi Stef mengatakan akan menunggu Ken di depan ruangan bayi. Maka Ken menanyakan dimana letak ruangan bayi pada resepsionis dan kemudian bersegera menuju tempat tersebut.

Sesampainya Ken di depan ruangan bayi, sudah ada Stef berdiri disana. Ken menghampiri Stef. Dia terdiam. Dia tau Stef pasti akan memarahinya habis-habisan karena sudah melukai sahabatnya. Ken sudah bersiap menerima apapun itu hukuman dari Stef.

"Itu. Disana." Stef menunjuk pada boks bayi didalam ruangan. Ken sedikit terheran karena Stef tidak memaki ataupun memukulnya.

Ken mengikuti arah telunjuk Stef. Disana ada dua bayi yang berdekatan boks nya. Bayi perempuan dan laki-laki. Ken menoleh pada Stef, hendak bertanya.

"Iya, kembar. Itu anak Kei. Anak Kei dan kamu". Ken belum bertanya tapi Stef seperti dapat menebak apa yang ingin ditanyakan olehnya.

Ken merasa haru melihat anaknya. Anaknya yang kembar. Matanya berkaca-kaca demi menyaksikan kedua bayi mungil itu. Dalam hatinya dia berterima kasih pada Kei yang telah melahirkan malaikat kecil mereka. Dia sangat berterima kasih karena Kei mau mempertahankan anak dari lelaki pengecut seperti dia. Sungguh hati Kei sangat tulus, ia sangat menyesal pernah menyia-nyiakan Kei. 

"Kei mana?" tanya Ken akhirnya.

Lama Stef terdiam, hanya memandang lurus kearah bayi didalam sana. Ken mengerutkan keningnya. Merasa heran karena Stef tidak menjawab pertanyaannya. Ken membuka mulutnya, ingin mengulangi pertanyaannya, tapi Stef lebih dulu menyela.

"Ikuti aku". Stef jalan duluan, kemudian diikuti Ken.

Stef kemudian berhenti. Ken pun makin mengernyit. Kenapa berhenti di tempat ini.

"Kenapa berhenti disini?" tanyanya pada Stef.

Stef menghela nafas berat.

"Menurut penjelasan dokter, Kei mengalami abrusio plasenta. Malam itu Kei merasakan nyeri di perut dan pinggangnya. Kontraksi yang hebat. Awalnya Kei berfikir itu dikarenakan dia mau melahirkan. Tapi kami panik ketika melihat Kei pendarahan sangat banyak. Darah Kei sulit membeku yang menyebabkan pendarahan sulit dihentikan. Dokter berhasil menyelamatkan bayinya tapi tidak dengan Kei. Kei sudah berjuang untuk dapat melahirkan bayi-bayinya. Kei sudah tenang sekarang, dia memilih berkumpul kembali dengan orangtuanya. Kei pernah berpesan padaku, untuk meminta kamu merawat anak kalian jika terjadi sesuatu yang buruk padanya"

Ken terduduk lemas di lantai. Sungguh dia tidak menyangka ini yang akan terjadi. Tidak seharusnya Kei yang merasakan penderitaan ini. Kenapa? Kenapa bukan dia saja yang diambil nyawanya. Dia rela asalkan Kei dapat hidup bahagia. Air mata nya mengalir. Tidak pernah sesakit ini rasanya ditinggal seseorang. Bahkan ketika ditinggal Rein tidak sesakit ini. Dia baru menyadari semuanya ketika sudah terlambat.

Dia baru menyadari kalau selama ini dia sudah jatuh hati pada sosok Kei. Tapi ia tidak  mau mengakuinya. Lihatlah, karena kebodohannya sekarang dia kehilangan Kei untuk selama-lamanya.

Ken tergugu. Tak sanggup rasanya ia kehilangan Kei. Ia baru saja ingin memperbaiki semuanya tetapi kenapa Kei memilih meninggalkannya. Apa dia segitu tidak pantasnya untuk bersama Kei? 

"Kenapa Kei? Kenapa kamu tinggalin aku?!" Ken berteriak kencang. Dadanya teramat sakit. Rasanya seluruh hatinya sudah direnggut secara paksa. Diambil lalu dicabik-cabik tanpa ampun.

"Kenapa sesakit ini rasanya, Kei? Inikah balasan Tuhan atas apa yang sudah aku perbuat padamu? Tak pantaskah kita bersama, Kei?" Ken terus saja meracau. Ia tidak sanggup. Ini terlalu berat baginya. Baru saja dia merasa senang dapat bertemu kembali dengan Kei, tetapi tidak pertemuan seperti ini yang diharapkannya. Tidak dengan tubuh Kei yang terbaring Kaku.

"Sudah jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri. Kei sudah tenang sekarang. Tidak ada yang menyakitinya lagi. Sekarang kamu harus kuat demi anak-anak kalian. Ingat pesan Kei.". Stef berusaha menenangkan Ken yang masih saja berharap ini semua adalah mimpi.

Ken masuk ke kamar mayat tersebut, ia membuka kain penutup Kei. Dia memperhatikan dengan seksama wajah Kei. Wajah yang tidak akan dapat ia lihat lagi di kemudian hari. Hatinya nyeri melihat Kei terbaring kaku. Wajah Kei begitu damai. 

"Apa ini yang kamu inginkan, Kei? Damai tanpa ada aku yang menyakitimu." Ken berbisik.

Lama Ken memandangi wajah Kei. Sampai akhirnya Stef mengajak Ken untuk mengurus administrasi. Jenazah Kei akan dibawa ke Jakarta. Kei akan dikebumikan dekat dengan makam kedua orangtuanya seperti permintaan Kei. 

Ken akhirnya mendapatkan balasan atas kelakuannya selama ini, kehilangan cinta sejatinya untuk selama-lamanya. Jangan pernah menyia-nyiakan cinta yang kamu dapat. Karna ketika cinta itu pergi untuk selamanya, hanya hampalah yang akan menemani hari-harimu. Tidak semua orang beruntung mendapatkan kesempatan kedua, dalam kisah Ken ini, tidak ada yang namanya kesempatan kedua. Kita harus menggunakan waktu yang kita punya untuk mencurahkan rasa cinta kita pada orang terkasih, sebelum semua kesempatan yang kita miliki hilang.

************

Gimana endingnya? Ngeselin ya? Dari awal nulis cerita ini, aku udah menetapkan pengen ending yang kaya gini. Kei akhirnya meninggalkan Ken buat selama-lamanya. Kei yang sudah tenang tidak disakiti siapapun itu. Ken yang akhirnya mendapatkan balasan dengan kehilangan cintanya. Serta Ken yang harus mengurus kedua anaknya yang sangat mirip dengan Kei. Itu pasti akan berat buat Ken karena teringat akan sosok Kei.

Udaaaah segini dulu cerita nya. Makasih buat yang udah mau baca cerita ini. Udah nungguin cerita ini. Makasih buat yang udah like dan comment. Kalian luar biasaaaaaa :D

Berapa lama ya aku nulis cerita ini? Wkwkwkwkwk ;)

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang