Kesedihan Beruntun

5.9K 283 7
                                    

"Kei... Kei... bangun, Kei" suara itu membangkitkan kesadaranku, ditambah lagi dengan aroma yang menusuk indra penciumanku.

Aku membuka mataku perlahan. Awalnya penglihatanku kabur, lama kelamaan terlihat raut wajah Stef yang panik. Aku menelusuri sekitar, ternyata aroma itu berasal dari minyak kayu putih yang diletakkan Stef dekat dengan hidungku.

"Syukurlah kamu udah bangun, Kei. Kita ke Rumah Sakit sekarang ya"

Aku tertegun ketika mendengar kata "Rumah Sakit" sesuatu memenuhi pikiranku. Ah! Aku teringat sesuatu.

"Stef.. bawa aku ke bandara sekarang, Stef" aku meminta pada Stef dengan suara serak dan bergetar.

Stef mengernyit bingung.

"Daddy, Stef. Daddy" isakku menjawab kebingungan Stef

"Daddy kecelakaan, Stef. Tadi asistennya meneleponku. Bawa aku ke Tokyo secepatnya, Stef" pintaku pada Stef. Aku takut terjadi sesuatu dengan daddy. Hanya daddy yang ku punya di dunia ini setelah Ken menduakan ku.

Stef bergegas menyalakan mobilnya. Dengan kecepatan penuh ia menyetir, membelah kemacetan. Aku terus berdoa untuk keselamatan daddy. Air mata pun tak berhenti menetes, kenapa aku dihantam kepahitan di hari yang sama. Hatiku yang sudah retak kini menjadi hancur berkeping-keping. Sungguh, aku tidak sanggup kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada daddy.

Sesampainya di Bandara, Stef menuntunku menuju loket penjualan tiket. Stef yang menjelaskan tujuan kepergian kami pada penjaga konter. Aku bersyukur ada Stef disaat seperti ini. Karena kalau aku sendirian, aku tidak tau apa yang akan aku lakukan. Pikiranku kosong. Kalau bukan karena Stef daritadi yang berusaha mengajakku untuk terus berbicara, mungkin aku sudah tenggelam dalam pikiran buruk yang terus menghantuiku.

"Kei" aku mengalihkan pandangan ke arah Stef ketika mendengar suaranya.

"Tiketnya ada, tapi yang paling cepat penerbangannya 3jam lagi. Gimana?" raut wajah Stef terlihat menyesal.

"Penerbangan lainnya ada gak, Stef? Transit dulu kemana gitu. Biar secepatnya bisa sampai ke Tokyo" aku memohon pada Stef.

"Sama aja, Kei. Kalau yang transit juga baru ada pesawatnya 3 jam lagi"

"Ya sudah, Stef. Pilih yang paling cepat aja" Aku menghela nafas pasrah.

Setelah menyelesaikan proses pembelian tiket, Stef mengajakku menunggu disalah satu lounge.

"Kamu makan ya, Kei? Aku ambilin makanan"

Aku menggeleng. Bukan makanan yang aku butuhkan saat ini. Aku butuh untuk berada di dekat daddy.

"Kamu harus makan, Kei. Biar ada tenaga. Nanti sesampainya disana kamu malah pingsan lagi. Kamu mau secepatnya ketemu daddy kan? Kamu harus punya tenaga untuk menemani daddy disana, Kei" Stef terus saja membujukku untuk makan.

Aku akhirnya menuruti Stef. Ia mengambilkan makanan untukku. Ketika Stef ingin menyuapiku, aku menahannya. Aku bisa makan sendiri, ucapku padanya. Aku merasa tidak enak kalau harus terus-terusan menyusahkan Stef.

Setelah menunggu selama tiga jam, akhirnya sekarang kami sudah berada di pesawat. Aku mematikan ponselku. Tidak ada barang bawaan yang kami bawa. Aku bahkan masih memakai gaun yang sudah acak-acakan ini. Tadi Stef memaksaku membeli baju di konter sekitar bandara. Tapi aku menolaknya. Sudah terlalu banyak aku merepotkannya.

****

Aku terbangun ketika Stef menepuk pelan bahuku.

"Sudah sampai, Kei. Ayo kita turun, supir perusahaan sudah menunggu kita di pintu kedatangan"

Aku bergegas berdiri, ternyata hanya tinggal kami berdua di pesawat. Penumpang lainnya sudah lebih dahulu turun. Pramugari tersenyum ramah ketika kami hendak melewati tangga yang disediakan.

Benar saja, di pintu kedatangan ada seorang pria yang memegang karton bertuliskan nama Stef. Stef menggiringku menuju pria tersebut.

"Kei, kamu bisa bahasa jepang kan? Kamu kasih tau ya tujuan kita kemana. Aku tidak bisa bahasa jepang"

Aku mengangguk lalu menjelaskan kepada pria tersebut dimana Rumah Sakit tempat daddy dirawat. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Pikiranku dipenuhi dengan kondisi daddy. Aku sangat khawatir.

Aku segera berlari begitu mobil tiba di pelataran Rumah Sakit. Segera saja aku menanyakan ke resepsionis di ruang mana daddy dirawat. Stef berhasil menyusulku.

"Kei, tenang Kei. Jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh"

Stef menggenggam tanganku. Memastikan aku tidak kembali berlari. Aku melihat asisten daddy sedang duduk di kursi tunggu yang berada di luar kamar rawat.

"Om, daddy gimana?" tanyaku. Asisten daddy ini orang Indonesia asli, makanya aku berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia.

"Daddy kamu... masih koma, Kei"

Air mataku yang tadi sudah berhenti menetes sekarang keluar lagi. Daddy koma. Perkataan itu terus menerus berputar di kepalaku.

"Gimana ini bisa terjadi, om?" tanya Stef pada om Indra.

"Malam itu sehabis rapat, daddy kamu mau pergi ketemu teman lamanya. Om menawarkan untuk mengantarnya. Tapi daddy kamu bersikeras untuk pergi sendiri, Kei. Dia menyuruh om untuk istirahat saja di hotel karena besok pagi-pagi sekali kami akan kembali ke Indonesia. Tapi, begitu om sampai di hotel. Om dapat telepon dari kepolisian yang mengabarkan kalau daddy kamu kecelakaan. Daddy kamu menabrak pembatas jalan, Kei. Kata dokter, terjadi serangan jantung mendadak. Untung saja daddy kamu segera dibawa ke Rumah Sakit. Tapi... daddy kamu mengalami pendarahan di kepalanya, Kei. Pendarahan di dalam."

Aku terkejut mendengar kenyataan itu. Pendarahan di dalam lebih bahaya daripada pendarahan di luar. Apalagi yang terkena adalah kepala.

Aku terduduk dilantai. Kaki ku sudah tidak sanggup lagi menopang tubuhku. Tangisku makin menjadi. Ya Allah, tolong selamatkan daddy. Hanya daddy yang aku punya di dunia ini. Hanya daddy satu-satunya lelaki yang tidak akan menghianati dan menyakitiku. Aku tidak bisa tanpanya, ya Allah. Cabut saja nyawaku kalau aku harus kehilangan daddy.

****

Akhirnya bisa juga update minggu ini. Untuk kedepannya sabar ya nunggu updatenya. Ada beberapa masalah dan urusan yang menyita perhatianku. Jadi mungkin waktu untuk melanjutkan cerita ini sedikit tertunda. Tapi aku usahain update secepatnya kok.

Cerita ini langsung aku tulis begitu ada ide. Setelah ditulis pun langsung aku post. Jadi aku gak menunda-nunda update kok kalau udah ada cerita yang dibikin :D

Jangan lupa votment nya ya, merciii

Im not the only oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang