3. She Has Come... Again!

1K 86 18
                                    

Hari Minggu sore, rumah sepi banget. Ayah dan ibu lagi kondangan di daerah Sentul. Adikku, Dante, yang paling resek tapi super perhatian itu lagi kencan sama pacarnya. Kakak perempuanku sudah lama menikah dan mereka tinggal di kawasan Kemang Pratama. Tinggallah aku sendirian di rumah yang lumayan luas ini. Berasa jadi satpam. Kadang aku mikir mereka itu pinter banget. Alih-alih jatah bulananku dibayar dobel, padahal sekalian aku disuruh jaga rumah kalo mereka bepergian.

Orang tuaku memang super sibuk. Pergi pagi dan pulang malam. Dante, biarpun masih SMA, tapi aktivitasnya segudang. Ketua OSIS, basket sekaligus pengurus organisasi pencinta alam, sehingga tiap weekend tiba, dia sering tidak ada di rumah karena sibuk mendaki gunung ataupun sekedar menghadiri rapat OSIS. Sementara aku? Aku hanya perempuan yang sangat malas untuk ikut organisasi atau kegiatan mahasiswa lainnya di kampus. Aku hanya sekedar menjadi mahasiswi yang baik. Tidak ada yang patut dibanggakan. Pintar? Tidak juga. Cantik? Sepertinya tidak. Aku sering minder untuk urusan kecantikan, secara teman-temanku banyak yang memiliki postur tubuh seperti model dengan dandanan ala barbie. Aku mah apa atuh? Kalo lagi jalan barengan sama mereka serasa jadi upik abu. Walaupun menurut mereka, aku cukup menarik. Dengan postur tubuh yang tidak begitu kurus, rambut sebahu, tinggi tidak lebih dari 160 senti dan berkulit kuning langsat, mereka beranggapan aku layak menjadi model jika mau. Terlebih dengan adanya "the power of make up" yang pastinya bisa mengubah upik abu menjadi Cinderella.

Aku tidak begitu suka berada di luar rumah. Kepalaku akan pusing jika terkena panas dan menghirup asap. Maklum saja, aku punya penyakit migrain jika terlalu banyak beraktifitas. Ditambah aku pernah menderita penyakit typhus, sehingga oleh ibuku, aku dilarang untuk bersibuk-sibuk karena beliau menganggap fisikku lemah dan gampang sakit. Aku merasa ibuku lebay. Tapi aku tidak membantah karena itu sangat benar. Aku pernah dua hari tidak masuk kuliah setelah ospek karena migrain parah dan masuk angin. Yah tau sendirilah, ospek itu sangat melelahkan. Kegiatannya bermacam-macam dan dilakukan sampai sore selama seminggu. Jelas aja fisikku drop. Sangat mengesalkan sekali waktu itu. Baru saja masuk kuliah tapi absen udah tercoreng karena sakit.

Jadilah aku seperti sekarang ini. Anak rumahan, anak mami. Atau apalah itu anggapan orang, aku tidak begitu peduli. Aku baru akan keluar rumah jika memang sangat penting dan mendesak. Seperti kuliah misalnya. Jika aku merasa bosan di rumah, aku membuang kebosananku dengan window shopping sambil belanja bulanan di mal yang dekat dengan rumahku atau menghabiskan waktu bersama Strider, pacar tersayangku.

Seperti yang terjadi pada hari Minggu ini, aku menghabiskan waktu soreku di ruang keluarga sambil menonton drama Korea favoritku yang kasetnya aku pinjam dari temanku yang maniak Korea. Bajakan? Udah pasti. Tapi tak apa. Toh aku mendapatkannya dengan gratis dan tidak perlu streaming di internet yang menghabiskan kuota paket internetku.

Aku sudah dengan manisnya leyeh-leyeh di sofa nan empuk semenjak siang. Menyaksikan adu akting Park Shin Hye dengan kekasihnya yang sama-sama berprofesi sebagai reporter. Sesekali aku menyelinginya dengan bersosial media menggunakan handphone kesayangan, yang walaupun keluaran jadul tapi masih bisa kugunakan. Sehingga aku tidak terlalu fokus dengan isi ceritanya. Toh aku sudah menontonnya berulang-ulang, jadi aku sudah hafal di luar kepala. Maklum saja, itu adalah salah satu drama Korea paling favorit yang aktrisnya tengah naik daun di negeri ini.

Tiba-tiba saja aku tertegun. Bukan karena melihat tayangan televisi yang kini tengah menampilkan adegan kissing yang dilakukan oleh Park Shin Hye bersama kekasihnya di tengah guyuran hujan salju. Bukan itu. Tetapi ekor mataku menangkap sekelebat sosok yang tengah berjalan di bawah tangga. Sosok yang seperti aku lihat beberapa waktu lalu, yang selalu membuatku tidak bisa tidur nyenyak tiap kali memikirkannya. Aku selalu berpikir, aku tidak akan pernah melihatnya lagi setelahnya. Tapi ternyata aku salah. Dia menampakkan dirinya lagi. Dan itu kembali membuatku didera merinding yang teramat sangat. Sontak jantungku berdebar tidak karuan.

Penghuni LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang