5. Her Name Is Ephraline

820 68 14
                                    

Back to Keira pov

Menjelang sore, tepat setelah adzan Ashar menggema...

Aku berencana pergi ke perpustakaan pribadiku untuk menghabiskan waktu dengan berleha-leha di sana sambil membaca beberapa novel kesayangan. Kegiatan yang seperti biasa kulakukan ketika suntuk pasca kuliah mendera. Hari ini benar-benar melelahkan dan menguras tenaga bagiku.

Kuis yang mendadak, serta presentasi kelompok yang sebagian besar anggota kelompokku tidak hadir sehingga aku dan temanku, hanya kami berdua, cukup kelimpungan menghadapi pertanyaan dan tanggapan teman-temanku yang cukup kritis mengenai materi yang kami sampaikan.

Belum lagi pada tugas yang seabrek, tugas makalah, materi presentasi untuk minggu depan. Argh... jadi mahasiswa kok kayak gini amat yah?! Tiba-tiba saja aku sudah mengeluh, sehingga aku perlu sedikit refreshing untuk mendinginkan otakku yang sudah panas ini.

Hufftt... Bentar lagi otak gue ngebul! Argh... Aku membatin.

Begitu sampai rumah, aku langsung masuk kamar dan mengganti baju serta cuci muka. Untungnya aku sudah makan siang di kantin kampus sehingga aku hanya perlu menyiapkan minunan hangat dan oh... aku ingat bahwa aku masih menyimpan biskuit di dalam tasku. Aku segera mengambilnya dan memindahkannya ke kantong baju untuk kubawa ke perpustakaan.

Setelah meletakkan teh manis hangatku di atas meja perpustakaan, aku mengambil beberapa novel di rak buku. Memilih yang mana saja yang ingin kubaca ulang.

Aku menghela nafas karena mulai sedikit bosan, padahal belum mulai membaca. Akhirnya, jemariku terulur untuk mengambil novel yang cukup tebal karya Stephanie Meyer.

Fyuuhh... Tentang kisah cinta manusia dan vampir lagi sepertinya, gumamku sambil mengigit bibir ketika aku membaca sinopsisnya. Aku mendesah sejenak sebelum kubawa novel itu lalu menghempaskan pantatku di sofa mini yang memang sengaja kuletakkan di perpustakaan pribadiku.

Aku menyesap sedikit minuman hangatku sebelum tenggelam dalam bacaan.

***

Aku melihat perempuan itu.

Lagi.

Astaga. Aku sampai membelalakkan mataku karenanya.

Aku langsung mengenalinya dari rambutnya yang sangat panjang itu. Tetapi ada yang aneh.

Kali ini dia tampak tidak menakutkan sama sekali. Wajahnya juga terlihat bercahaya. Dan oh... senyumnya terlihat sangat manis. Astaga, dia siapa? Keningku langsung berkerut.

"K... Kau...?!" suaraku tercekat di tenggorokan. Selanjutnya aku bungkam.

"Aku Ephraline. Ephralina Majestica." katanya memperkenalkan diri tanpa kuminta.

Aku membuka mulut lagi. Namun tidak ada suara yang keluar.

"Aku hanya ingin minta tolong padamu." Ephraline berbicara to the point.

Aku membulatkan mata.

"Apa?" tanyaku singkat, karena merasa masih shock.

"Tolong pindahkan rumahku. Aku ingin hidup tenang. Dan aku tidak bisa tinggal bersama kalian."

Aku makin terbelalak. Tentu saja. Dia meminta untuk pindah rumah. Apa maksudnya? Keningku makin berkernyit heran.

"Aku tidak mengerti." akhirnya aku bisa kembali bicara walau masih sedikit terbata.

"Di sini... Ada rumahku!" katanya setengah misterius.

Aku terdiam. Masih tidak mengerti. Atau aku hanya merasa bodoh?

Penghuni LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang