9. Godain Hantu

615 34 7
                                    

Sori mayori... Baru nungul lagi :D

Dunia nyata sibuk sekali hingga ga konsen nulis karena harus fokus. Hehe...

Oke, langsung aje deh yee...
Kritik saran monggo dikomen :)

-------------------
-----------------------

"Jadi bener di rumah ini ada hantu?"

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara Dante yang tiba-tiba. Kutolehkan kepala ke arahnya yang tengah menatapku tanpa dosa. Seenak jidat sudah masuk ke kamar tanpa salam, tanpa permisi, dan tanpa ketok pintu.

"Lu kalo mau masuk minimal ketok pintu kek. Ini malah nyelonong aja kayak orang ga punya sopan santun!" hardikku.

Dante mengangkat bahu dengan cuek. Dia malah duduk di kasur kesayanganku.

"Iya sorry. Lagipula pintu kamar lu kebuka gitu dan gue liat ada lu di dalam," jelasnya.

Aku kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Mencari referensi untuk bahan tugas kuliah.

"Jadi gimana? Itu bener ada hantunya?" tanya Dante lagi karena pertanyaan tadi tak kunjung terjawab.

"Menurut lu?"

Aku tau Dante sedang melirik ganas melalui ekor mataku.

"Gue nanya serius, Kak!" tegasnya.

Aku menghela nafas. Lantas mengangguk tak peduli. Perhatianku masih fokus pada laptop. Tugas kuliah ini harus sudah terkumpul besok. Mau ga mau harus dikerjakan sekarang.

"Kok bisa?" Dante mengangkat kedua alis, sangsi.

Aku memutar kedua bola mata tanpa melepas perhatian dari benda kesayangan di depanku ini. Pertanyaan Dante dirasa terlalu bodoh.

"Ya bisalah. Gue rasa setiap bangunan itu ada penunggunya kok. Cuma mengganggu atau nggak ya gue ga tau. Emang lu tau dari mana?"

Aku menyalin materi yang ada di internet sebagai referensi bahan tugas. Setelah selesai, kubuka modul dan mulai mengerjakan soal latihan di kertas folio.

"Cowo lu lha," jawabnya. "Heran aja Kak Strider pagi-pagi buta ada di rumah. Lengkap dengan adiknya. Pas nanya dia bilang mau nemenin lu yang ketakutan."

Aku terdiam sejenak. Peristiwa semalam benar-benar bikin ketakutan. Bahkan nyaris pingsan jika Strider tak segera menyadarkan dan memaksa untuk menatapnya. Sungguh, penampilan Ephraline sangat menyeramkan. Hingga saat ini, aku masih saja merinding ketakutan kala teringat.

"Apa mungkin lu hanya berhalusinasi ya, Kak?" Dante menatapku. "Merasa melihat hantu padahal gak ada apapun dan siapa pun di sini selain kita berempat."

Aku menghela nafas, mulai kesal karena Dante hanya mengganggu dengan pernyataan tidak pentingnya.

"Kalo lu tetep ga percaya ya terserah lah! Tunggu sampe ntu hantu menampakkan diri di depan lu baru bisa percaya kayaknya!" sergahku.

Dante tertawa. Ia bangkit dan menepuk bahuku pelan.

"Boleh. Gue penasaran dengan hantu yang lu maksud," tantangnya.

Dante menyeringai sebelum meninggalkan kamar dan menutup pintu. Aku mendesah. Sok-sokan sekali itu orang. Beneran disamperin Ephraline baru nyaho dia!

Belum ada sepuluh menit keluar, aku mendengar suaranya yang seperti sedang menggoda seseorang. Sejenak tertegun. Lalu menghentikan menulis tugas sambil memasang indera pendengaran baik-baik. Siapa yang sedang digoda Dante ya? Mendadak rasa merinding itu datang karena orang tua belum pulang dan hanya ada kami di rumah. Apa mungkin dia menggoda tetangga? Hatiku sibuk berasumsi tapi kemudian menggeleng lemah karena jika Dante sedang di luar, suaranya tidak akan terdengar sampai kamarku.

Penghuni LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang