Mr and Mrs Scandal -2-

8.1K 407 26
                                    

Javier Pov

     " menjadi sesuatu yang lain... hanyalah menukar satu bentuk duka ke bentuk duka lainnya"
                                         -Ajahn Brahm-

Untung saja aku tidak mati malam itu..seluruh kenangan jeanita dan cateluna yang datang menyergap nyaris membuatku lupa, tenggelam didalam air bisa membuatmu tenang...namun juga mampu membunuhmu.

Semalaman kepalaku terasa pening, entah berapa lama aku berada didalam sana sampai dadaku sesak dan pagi ini aku dihadiah Tuhan..penyakit flu dengan demam tinggi.

      Aku tak pernah rewel atas penyakitku, kebiasaanku meminum obat dan tidur cukup lama sudah lebih dari cukup. Kutarik selimut tebal hingga menutupi seluruh tubuhku...tapi sialannya detik itu juga dering ponselku terdengar bergesek oleh permukaan meja kecil disamping tempat tidurku, pertama kali ku acuhkan...tapi suaranya lama kelamaan semakin berisik.

Aku masih mengacuhkannya.. tapi si penelpon tetap bersi keras memanggil.

Tak perduli itu ibu atau ayahku...kalau aku sakit aku benar-benar tak ingin diganggu.

Lambat laun bukannya berhenti suara getarnya malah semakin terdengar..hanya jeda karena tak diangkat lalu suara panggilan kembali masuk.

    "Arghh....ku mohon aku butuh istirahat!" Teriakku mengeluh sendiri, menutup telinga rapat-rapat.

Trrrttt....trttttt

Damn!!!

Seharusnya ku setting silent saja tadi..bukannya vibration sialan!

Si penelpon masih tak berhenti menghubungiku...karena jengah ku ulurkan tanganku keluar dari selimut meraba-raba kearah meja, setelah mendapatkan ponselku..mataku menyipit oleh cahaya layar, tulisan unknown number  disana membuat nafasku melayang kesal seiring gerakan bola mataku berputar malas.

Sudah menganggu...dan penelponnya misterius pula, jangan harap aku mengangkatnya.

Jemariku bergerak cepat mencari ke settingan profile , beberapa notification  serentak masuk..aku ingin membuangnya tanpa membacanya tapi tak sengaja...icon  panah panggilan  bergeser ke kanan itu justru tergeser oleh jariku dan suara si penelpon terdengar.

      Sial! Kenapa aku mengangkatnya?!

"Hallo.. hallo dengan javier margot?" Suara itu terdengar dari ujung sana, mataku memejam membuang udara dari mulutku. Dengan malas menjawab singkat "ya..."

Niatnya panggilan itu akan ku akhiri cepat, tapi ketika ia berbicara lagi "saya adik Ram... nama saya shawn...kakak saya sudah menceritakan semuanya tentang perjanjian anda dengannya...tapi karena kakak saya tidak bisa bicara langsung pada anda jadi...saya mewakilinya..saya juga akan.."

"Tunggu!" Kusela cepat sebelum semakin jauh, tubuhku kembali tegap bersandar dikepala ranjang dengan alis menyatu "apa maksudmu dia menceritakan tentang perjanjian padamu?  Seharusnya ini menjadi rahasia kami" mataku bergerak bingung.

Bagaimana bisa ram main seenaknya cerita tanpa konfirmasi padaku?! Memang dia tidak meminta bayaran sedikitpun tapi tetap saja hal ini bukan rahasia untuk khalayak umum.

Suhu badan di tubuhku kian memanas ketika fikiranku semakin semerawut, aku memejamkan mataku sebentar hingga bulir air mata yang tak bisa kutahan itu jatuh karena demamku benar-benar tinggi. "Saya lebih dari mampu dibandingkan kakak saya...dia memang sudah terjun di dunia akting sejak dulu tapi saya lulusan dari Margie Haber Studio di Los Angeles, California...dengan nilai terbaik. Saya tidak mau sombong tapi...anda tidak akan kecewa dengan kemampuan saya"jelas shawn menceritakan sepak terjangnya yang entah mengapa aku merasa lucu.

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang