PRELUDE - iridescent and redemption/ part 8

1.1K 60 14
                                    

Javier pov

"terimakasih...tolong jangan bilang siapa-siapa" pesanku sebelum carl supir pribadi keluarga margot yang secara tiba-tiba ku minta pertolongannya pergi dari jalanan sepi yang hanya dipenuhi tiang dan pagar berhiaskan pohon peniti.

"baik tuan... "jawab carl membungkuk sopan, dia tersenyum ramah seperti biasanya.  Dan masih bisa di andalkan walaupun sudah menua.

"hati-hati... "kataku menepuk bahunya lalu masuk ke dalam mobil

Carl pun pergi setelah ku biarkan dia membawa mobilku yang sedikit aneh saat aku menaikkan kecepatan,  sebagai gantinya  aku menggunakan mobil yang dibawanya menuju rumah singgah jeanita di salah satu kawasan paling jauh dari sebelumnya.

Ku kira.. Sebuah apartemen.  Ternyata rumah yang jauh dari penduduk. Rumah dengan halaman amat luas dan pagar sangat besar.

Kalau tidak salah... Tempat ini tidaklah asing,  kalau tidak salah juga tempat ini memberikan beberapa kenangan saat aku memindahkannya dulu dari rumah yang pernah mengadobsinya, keluarga teramat kejam dan  paling gila pada jeanita kala itu.

Siapa sangka kami bertemu  kembali ditempat ini, padahal aku sengaja membuatnya terbengkalai.

Setelah menutup mobil dengan dada membusung lega, menghirup segarnya udara aku segera menghampiri jean yang rupanya menungguku di bangku taman,  mataku mengelilingi halaman rumah dan kikuk saat jean justru menatapku penuh makna.

Belum bicara sepatah katapun dia bangun  dari duduknyablalu memelukku, mengeratkan kepalanya sampai ku katakan "jean...? "tanya ku menahan tubuhnya agar tak jatuh.

Isak tangis terdengar

...jean menangis?!

Dewi bulan ku..

Ada apa?!

...
Kenapa menangis lagi?!

****prelude****

"aku dan james.... Entahlah, hubungan kami sulit dijelaskan"ujarnya menuai tatapan seriusku.

Ku letakkan ponselku dimeja, mencari sapu tangan dan menyodorkan ke cinta pertamaku.

Wanita yang sudah kuanggap adikku sendiri,  dia meraih sapu tangan biru tua dari tanganku dan menyeka air matanya

Tatapanku kian pilu mendengar jean terus bicara sesuatu yang seharusnya tidak perlu ku campuri.

Tapi menjadi lain hal jika dia ingin bercerita,  atau curahan hati untuk meringankan bebannya,  namun tetap... Hubungan mereka bukan urusanku lagi.

"aku.... Tidak tahu harus mulai dari mana mengatakannya padamu, saat ini aku sangat bingung vier... " dan ku ubah posisiku lebih maju,  mendekati jean lalu mendaratkan kepalanya di bahuku.

"katakan perlahan lahan.... Aku akan mendengarkannya... Tenanglah aku tidak akan  kemana-mana jeanita... "kataku meyakinkan jean agar  lebih leluasa menceritakan apapun isi hatinya.

Semoga keputusanku untuk mendengar jeanita saat ini bukan keputusan salah,  karena bagaimanapun sejak ia memelukku kemarin,  kurasakan luka ditangisnya.

Apa james menyakitinya?!

Ku eratkan kepala jean,  selintas wanita beraroma manis ini menarik kepalanya perlahan dari dadaku.  Matanya membulat dengan tangan mengusap wajahku.

Ku pandangi jean yang begitu merana,  bibirnya gemetar mengatakan serangkai kalimat pahit "aku tidak tahu lagi... Bagaimana memperbaiki hubungan kami"ujarnya memejam pedih,  menuai kerutan alisku dan kedua tanganku menguat dibahunya,  air mata jean tumpah lebih deras.

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang