Javier pov
"Aku memang tidak bisa membuatnya tersenyum, tapi aku berusaha tidak membuatnya menangis"
namun kenyataannya..aku tidak melakukan keduanya, tidak membuatnya tersenyum dan selalu membuatnya menangis!
kami berpandangan seolah dunia ini hanya ada aku dan dia..siulan para burung saling bersautan indah, dan kepakkan sayap-sayap mereka diudara sekilas teracuhkan, suara ranting-ranting pohon menari bersama angin sekitar menjadi melodi sendu alam yang menghiasi duka serta lara antara aku dan vanila.
Alam pun merasakan apa yang kami rasakan...!
aku benci mengakui ini... menghindari vanilla tidak semudah yang kubayangkan, tubuh dan hatiku telah bersatu untuk merelakannya keberadaannya namun saat sebagian tubuhnya menyentuhku, keyakinanku yang kuanggap kuat seketika lebur dihadapannya, aku tak menyangkal.. bahwa aku satu pria lemah dari pria lainnya.
timbul penyesalan,
Menyesal saat kulihat kehancuran terpancar mengerikan dimatanya,dibuat setegar karang hanya demi berdiri tegar dihadapanku, dia menantiku dengan bahasa tubuhnya yang menundukkan kepalanya amat dalam didadaku, menekan dibagian manusia manapun akan merasa lemah, menyampaikan banyak hal... hal yang sudah kulakukan sangat jahat! terlalu jahat sampai ia menyadari aku sedang mengabaikannya dan sialnya ia menemukanku.seharusnya vanilla membenciku, tapi tubuhnya tak pandai berbohong...
Ya Tuhan ...kurasakan suara debar didadanya, air mata yang jatuh meresap basah dikulit pori-poriku, tubuh yang seakan berbicara....pemiliknya menginginkanku.
meskipun perlahan tubuh itu lepas dari pelukan kemudian memberi jarak akan tetapi mata indahnya tak bisa menjauhi pandanganku.
"kehadiranku merusak semuanya javier, sejak awal aku adalah sumber masalahnya aku tahu itu..bukan kakakku, bukan dia...."suara bergetar itu selaras getaran di mulut dan tubuhnya, menyalahkan dirinya sendiri, reflek aku menyela .
"buk...." namun belum sepenuhnya kata-kataku terucap, sepasang mata nanar vanilla yang redup itu memejam, mendengar suaraku tertahan.
seketika mulutku kaku, lidahku mendadak kelu, sebagian kata kata itu sedikit ada benarnya hingga tak jadi ku bantah kenyataan pahit keluar dari mulutnya memang menggambarkan apa yang telah terjadi.
kataku yang menggantung itu semakin memojokkan vanilla dalam fikirannya sendiri, tak mendengar reaksiku lagi, vanilla pun melanjutkan kalimatnya.
"aku tidak tahu mengapa semuanya serumit ini, aku juga tidak tahu takdir akan menemukan kita dengan cerita seperti ini...sampai detik ini aku tidak tahu bagaimana mengakhiri semuanya javier...maafkan aku karena aku sungguh tidak tahu harus berbuat apa..."
"vanilla..."kusebut namanya dengan tarikan nafas tertahan, setengah frustasi, luapan emosi dan rasa kasihanku tak mampu menggerakkan syaraf jemariku untuk menjamah tubuhnya agar kembali kepelukkanku.
dia pun menahan setiap tetesan air mata hingga bahunya bergetar lebih besar dari getaran sebelumnya,
Sialannya aku tak bisa menenangkan gejolak ditubuhnya."maafkan aku..."sesengguk tangisan ditahannya menjadi irama paling pilu yang mematikan gerakan apapun ditubuhku, mematikan seperkian detik sesuatu tercerna dikepalaku.
aku terdiam menatapnya dalam ...sedalam ketakutanku jika suatu saat nanti tak ada kesempatan untuk melihatnya, perasaan kacau yang timbul keheningan, perasaan kalut sesaat yang sempat merajai fikiranku.
jika ku rangkai seluruh kejadian, semua masalah ini memang berpusat darinya...menyalahkan vanilla juga tidak salah.
tapi satu pertanyaanku
KAMU SEDANG MEMBACA
PRELUDE
Romance" love you like crazy! " Aku tidak menganggap diriku gila sebelum mengenalmu. Aku normal... sangat normal Kau yang tidak normal karena merusak semua ke normalanku. Membencimu? ...sangat! Mencintai mu...? Tunggu... Aku butuh proses untuk mencinta...