pencarian part 3

13.4K 526 17
                                    

 Vanilla POV      

Aku tidak ingin menjadi bayangan kakakku, aku ingin orang-orang melihatku sebagai Vanilla..bukan Cateluna! Ya....aku selalu berharap itu.

Kami tidak sama...jelas berbeda, hanya karena sedarah dan wajah yang mirip bukan berarti aku adalah dia.

aku senang saat pria tampan sedikit aneh ini mengetahui perbedaan yang kumaksud, walau hanya berdasarkan  cover nya saja... tapi setidaknya dia melihat perbedaan antara aku dan kakak.

berdiri seperti tiang jemuran bukanlah gayaku, menjadi boneka dengan tatapan kosong juga bukan mauku..kehilangan kata-kata dan bingung mau bicara apa, sudah jelas itu bukan diriku.

Aku terjebak dihadapan pria yang sanggup menggetarkan hati banyak kaum gadis manapun tanpa tahu namanya.

Pria yang tak perduli bagaimana perasaan gadis disekeliling terhadapnya ini begitu santai melempar ribuan pesonanya yang sulit dibendung.

Bahkan semakin lama aku bisa merasakan aroma manis perfume berbaur dengan keringat jantan, menghidupkan daya pikat tersendiri jika terus bersamanya..

Oh Tuhan...jangan salahkan aku jika makhlukmu membuatku berfikir yang macam-macam hingga berdosa nantinya.

Sejak tadi aku ingin pergi, tekatku sudah bulat ketika mencium sesuatu yang tidak beres di antara mereka, aku yakin keduanya terlibat masalah pelik sampai-sampai kakakku yang cuek dan teramat tegar itu bersembunyi. entah apa alasannya,  aku tidak mau melangkah terlalu jauh untuk cari tahu...itu urusan mereka (menyebut kata mereka saja sejumput rasa iri tiba-tiba menaungi hatiku)

Ya. Intinya aku bersyukur kalau kakak masih menghormati ayah dan ibu, dugaanku kalau dia menikah tanpa izin atau restu orang tua ternyata salah membuatku merasa lebih baik.

Namun anehnya tubuh tidak bisa berbohong, mataku tak lelah membaca aura hangat mengumpat dibalik matanya yang mendominasi pembicaraan kami, pandangan bunglon itu membuatku menelan ludah dalam-dalam, gelora kuat menyembul dari setiap gerakanku.

Sial!

"aku harus pergi!"kataku melewatinya, aku bisa gila jika disajikan pemandangan yang terus menggerogoti pertahananku.

baru beberapa aku melangkah dia dengan santai menarik lenganku hingga aku nyaris terjerembab kalau saja aku tak pintar menjaga keseimbanganku berdiri.

    "aku bilang jangan pergi...kau tidak mendengarku?"pertanyaan itu seperti  ancaman namun manis rasanya.

     "aku bilang kau salah orang...aku bukan orang yang kau cari..."sanggahku dingin, mataku bergerak mengikuti gerakan matanya yang sulit dimengerti, pria itu menjilat bawah bibirnya lalu melepaskan cengkramannya.

     "teruslah berakting sampai kau lelah..tapi ingat sejauh apapun kau pergi, tidak akan ada jalan lolos lagi dari pengamatanku..."ujarnya sinis, tersenyum miring.

aku mengernyit heran, memutar acuh bola mataku, pria ini jelas butuh penjelasan agar ia tak malu nantinya saat tahu siapa diriku "apa kau tidak tahu kalau kakakku adalah..."

                                                                                            "Luna? Cateluna itu kau..?!"

      kata-kataku terhenti, suara itu bukan  karena pria ini, aku mendongak menatapnya yang hanya diam tanpa menyela dengan mata mengarah ke orang yang menyapaku, perlahan aku menoleh mencari arah suara yang masuk ke tengah percakapan kami, orang itu mendekat dan sosok keibuan dengan wajah kaget itu nampak bersyukur.

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang