"A..ku..ku..rang a..aa.paa.." ujar Verrel sesenggukan di bahu Yuki.
"Lo kurang pinter..Emm maksud gue lo bego banget mau aja jadi mainan tuh cewek" ujar Yuki menenangkan Verrel.
"Kalau bego berarti lebih parah dong dari kurang pinter" jawab Verrel masih menangkupkan kepalanya di bahu Yuki.
"Ya itu lo sadar" timpal Yuki.
Air mata Verrel banjir. "Dia terlalu sempurna buat aku".
"Salah..lo yang terlalu sempurna buat dia" ujar Yuki.
"Aku tau kamu bilang begitu hanya agar aku terhibur"timpal Verrel.
Yuki mengangkat kepala Verrel. Merapikan rambut Verrel dan kerah kemeja Verrel kemudian perlahan membuka kacamata Verrel. Tindakan Yuki membuat Verrel salting, jelas sekali rona merah terlukis di pipi mulus Verrel.
Yuki membuka dompetnya melipat sisi-sisi tertentu sehingga nampak kaca dompet mendominasi ruang dalam genggaman Yuki.
"Coba kamu lihat ini" ajak Yuki pada Verrel.
Verrel menatap duplikatnya pada penangkap bayangan maya, tegak, sama besar itu. Verrel seperti tak mengenali dirinya di cermin.
"Ya kaaan sudah gue duga..lo itu Rel selain pintar, hmm maksud gue terlepas dari masalah cewek, lo pinter kan di akademik. Nah sekarang lo lihat tampang lo juga ga kalah keren dari pesona Cinta" cerocos Yuki.
Verrel tak berkutik, cengo maksimal. Entah mengapa seketika Verrel merasa narsis dengan wujudnya sendiri.
"Yee lu malah keasyikan. Tapi ya Rel yang terpenting itu bukan kemasan luar yang membuat lo nampak sempurna" ujar Yuki menatap bola mata Verrel. Verrel membalas tatapan Yuki heran.
"Ini yang membuat lo akan terlihat sempurna dan spesial" kata Yuki sambil menaruh jari telunjuknya ke dada Verrel.
"Hati aku?"tanya Verrel.
"Hmm..iya hati tapi sebenarnya jantung sih..dialah segumpal darah yang apabila baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya" kilah Yuki.
"Lo sempurna karena hatimu. Itu yang membuat lo terlihat lebih baik ketimbang cewek itu" ujar Yuki lagi.
Air mata Verrel terjun kembali dari habitatnya.
"Eh..eh kok malah mewek lagi sih Rel..gue sal.."
GREP. Belum sempat Yuki meneruskan kalimatnya, Verrel memeluk Yuki erat kedalam pelukannya.
"Gue ga bisa nafass" erang Yuki namun Verrel tak melepaskan pelukannya. "Thanks ya" bisik Verrel.
"Pulang..." teriak seorang pria
menghardik."Al" ujar Yuki dan Verrel bersamaan. Verrel spontan melepaskan pelukannya.
"Lo ya gue cari kemana-mana taunya lo asyik pacaran. Eh kalo lo hamil gimana, muka gue mau taro di mana sama nyokap lo?"cerocos Al.
"Hamil!!..yang bener aja emang gue sama Verrel ngapain" Yuki sewot.
Al bersusah payah mendorong kursi rodanya agar posisinya semakin mendekat pada Yuki.
"Gue bilang pulang" Al menarik tangan Yuki kasar.
"Lo kenapa sih. Tanpa lo giniin gue juga memang mau pulang kali. Emangnya gue tarzan apa yang bisa seharian tinggal di alam terbuka seperti ini" omel Yuki.
"Ka..mu..kamu cemburu ya" spontan kata itu meluncur bebas dari mulut Verrel tanpa sempat Verrel kontrol.
"Siapa yang lo maksud heuh..gue cemburu? Ya gak mungkin lah" ujar Al membela diri.